Happy Reading!
"Terima kasih, Ayyara. Terima kasih." ucap Arvind bahagia. Sedang Ayyara hanya diam membeku. Ini adalah pertama kalinya tuan Arvind memeluknya seperti ini, pelukan tuan Arvind begitu hangat dan nyaman.
"Tuan bahagia?" tanya Ayyara pelan.
Arvind mengangguk. Ia masih memeluk tubuh Ayyara."Sangat." sahut Arvind lalu mengurai pelukan mereka kemudian mengecup kening Ayyara lama.
Ayyara memejamkan matanya menikmati kecupan tuan Arvind dikeningnya.
"Jika kau menginginkan sesuatu, katakan saja padaku." ucap Arvind setelah menarik dirinya. Ia bahkan mengubah panggilan mereka menjadi aku dan kamu.
Ayyara mengangguk lalu tersenyum manis. Entah mengapa ia suka mendapat perhatian seperti ini dari tuan Arvind.
Arvind menyentuh perut Ayyara. "Ingat! Ayyara, aku ingin kau dan bayi kita selalu baik-baik saja."ucap Arvind dengan tatapan lembut membuat Ayyara sekali lagi terkesima. Perkataan tuan Arvind seolah mereka adalah pasangan suami istri yang akan dikaruniai seorang anak.
Ayyara menyentuh tangan tuan Arvind yang berada di perutnya. "Saya akan menjaganya, tuan. Nyonya Karin juga pasti akan menjaga kami dengan baik." ucap Ayyara membuat Arvind mendengus.
"Aku akan membunuhnya jika dia menyakiti kalian." ucap Arvind lalu menarik Ayyara menuju tempat tidur. Posisinya kini Ayyara duduk menyamping di pangkuan tuan Arvind.
Ayyara tersenyum. "Nyonya Karin tidak mungkin menyakiti kami, tuan. Bahkan nyonya mengajak saya pindah ke rumah orang tuanya."
Arvind melotot. "Pindah?"
Ayyara mengangguk. "Nyonya bilang jika saya hamil, maka kami akan pindah dari rumah ini."beritahu Ayyara membuat Arvind segera memerintahkan Ayyara untuk turun dari pangkuannya.
"Tuan, ada apa?" tanya Ayyara. Kenapa wajah tuan Arvind terlihat emosi.
Arvind tidak mengatakan apapun dan langsung beranjak pergi menuju kamar utama.
Ceklek
"Sayang." panggil Karin semangat lalu bergegas berlari memeluk tubuh suaminya.
Arvind berusaha menahan diri untuk tidak mendorong Karin yang tengah memeluknya erat.
"Lepas, Karin!" titah Arvind.
Karin menggeleng lalu mendongak menatap wajah suaminya. "Aku punya kabar bahagia, sayang." ucap Karin membuat Arvind menghela napas. Ia sedang malas meladeni akting Karin.
"Apa?" tanya Arvind seadanya.
Karin tersenyum lalu menarik lengan suaminya."Coba tebak!"
"Hn."
"Ck! Ayolah, sayang. Tebak dulu! Aku jamin bahwa kabar ini akan membuatmu sangat bahagia." ucap Karin manja.
Arvind menatap wajah Karin. "Kau hamil."
Apa?
Karin melotot kaget. "Sayang, dari mana kau tahu?" tanya Karin lalu kembali memeluk tubuh Arvind. "Tadi pagi aku iseng menggunakan tespeck dan ternyata garis dua." beritahu Karin antusias. Ia yakin suaminya pasti akan sangat senang.
"Baguslah. Jaga kandunganmu dengan baik." ucap Arvind lalu mendorong Karin agar menjauh.
"Sayang.. Kau tidak senang?" tanya Karin heran. Bukankah ini adalah kabar baik. Lalu kenapa respon yang diberikan tidak sesuai harapannya.
"Aku senang. Sangat senang." balas Arvind lalu melangkah memasuki kamar mandi.
"Ck! Apa yang terjadi?" gumam Karin bingung lalu segera mengambil tas serta kunci mobilnya. Sepertinya ia harus mengadu pada mertuanya.
Di dalam mobil, Karin terus berpikir tentang apa yang salah. Kenapa Arvind tidak senang dengan kehamilannya.
'Apa ini ada hubungan dengan wanita itu.' batin Karin. Mungkin saja perselingkuhan yang ia kira hanya main-main itu ternyata serius.
"Ck! Sial." maki Karin lalu menekan pedal gas mobil lebih kuat agar segera tiba di rumah mertuanya.
Tiba di rumah mertuanya, Karin segera memasuki rumah.
"Nyonya sedang berada di taman belakang." ucap pelayan yang membuka pintu.
Tanpa kata lagi, Karin bergegas menuju taman belakang.
"Mama." panggil Karin membuat Juwita menoleh lalu menghela napas. Suasana hatinya sedang buruk dan wanita itu malah datang menemui dirinya.
Karin segera mengeluarkan tespeck yang tadi pagi Ayyara gunakan.
"Karin hamil, mah." ucap Karin tanpa basa basi lalu meletakkan tespeck di atas meja.
"Dia sudah hamil?" tanya Juwita kaget namun sesaat kemudian ia langsung tersenyum.
Karin membeku."A.. apa maksud mama?" tanya Karin. Dia siapa yang dimaksud? Sedang Juwita sendiri langsung meralat perkataannya.
"Tidak. Mama senang kau hamil. Itu artinya keluarga Sanjaya akan segera punya pewaris." ucap Juwita seadanya.
"Tapi tadi mama bilang dia.. Dia siapa yang mama maksud?" tanya Karin lagi.
Juwita menghela napas. "Mama hanya salah bicara karena terlalu senang," jelas Juwita lalu mengambil tespeck di atas meja. "Berapa usianya?" tanyanya.
Karin menggigit bibir bawahnya. "Karin juga tidak tahu, mah."
Juwita menggeleng."Kenapa tidak tahu. Harusnya kau dan Arvind segera pergi memeriksakannya. Mama tidak mau kejadian sebelumnya terulang lagi." omel Juwita membuat Karin menyeringai. Sekarang saatnya.
"Iya, mah. Karin juga maunya begitu tapi Arvind sepertinya tidak senang atas kehamilan ini." ucap Karin semenyedihkan mungkin.
Juwita menghela napas. "Kalau begitu biar nanti mama yang bicara dengan Arvind. Anak itu tidak boleh mengabaikan wanita yang mengandung anaknya." ucap Juwita yang sebenarnya kalimat itu ia tujukan untuk wanita yang benar-benar mengandung cucunya.
Karin mengangguk lesu. "Karin rasa ini ada kaitannya dengan wanita yang Arvind bawa ke pesta, mah. Arvind mungkin selingkuh dengan wanita itu." ucap Karin. Ia menginginkan pembelaan dan juwita pasti akan memberikannya. Lagipula mertuanya itu tidak akan pernah tega pada wanita yang mengandung cucunya.
"Mama mengerti. Mama juga akan bicara mengenai hal ini. Arvind hanya harus fokus dengan wanita yang mengandung bayinya. Dan untuk wanita lain harus secepatnya disingkirkan." ucap Juwita penuh makna.
Karin mengangguk lalu tersenyum. Ia merasa punya pendukung yang sangat kuat.
"Terima kasih, mah." ucap Karin.
Juwita mengangguk."Bagaimana jika mama yang menemanimu ke dokter." tawar Juwita membuat Karin melotot lalu segera menggeleng.
"Mama tidak perlu repot-repot. Karin tahu mama sangat sibuk." ucap Karin beralasan.
Juwita mengangguk. Ia tidak mau memaksa. Lagipula besok ia berencana menemui Ayyara, gadis yang mengandung cucunya.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Tuan Arvind
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Ayyara, gadis berusia dua puluh tahun yang berasal dari keluarga miskin. Bukan hanya miskin, keluarganya juga memiliki setumpuk hutang. Untuk membayarnya, Ayyara terpaksa menerima tawaran dari wanita kaya untuk melahirka...