Happy Reading!
Karin berlari dan langsung memeluk lengan suaminya. "Kau dengar kan, sayang. Dokter bilang kita harus berusaha lebih keras agar aku cepat hamil." ucap Karin manja. Mereka baru saja keluar dari ruangan dokter dan melakukan pemeriksaan. Dan tentu saja hal yang paling penting adalah mengambil sperma Arvind.
Langkah Arvind terhenti lalu menatap Karin. "Kau bisa pulang sendiri, kan? Aku masih ada pekerjaan lain." ucap Arvind lalu melepas lengan istrinya kemudian melangkah pergi tanpa memperdulikan Karin yang sudah mencak-mencak karena marah.
Arvind memasuki perusahaannya, ia langsung mengambil langkah lebar agar tiba di ruangannya.
"Selamat pagi, pak." sapa Bian. Ia sudah menunggu sedari tadi.
Arvind mengangguk lalu melangkah menuju kursi kebesaranmu.
"Apa kau membawa yang aku inginkan?" tanya Arvind.
Bian mengangguk lalu mendekat kemudian meletakkan beberapa amplop besar.
"Dugaan tuan benar, nyonya Karin tidur dengan beberapa pria saat tuan di Amerika."
"Hn." Arvind tidak terkejut. Lagipula wanita jalang seperti Karin tidak mungkin bisa tahan tanpa sex.
"Itu adalah beberapa foto yang saya ambil sesaat sebelum mereka memasuki hotel. Di amplop lain juga ada video cctv saat mereka melakukannya." jelas Bian. Sedang Arvind dengan tenang melihat satu persatu foto yang ada di dalam salah satu amplop.
"Hn. Ada yang lain?" tanya Arvind meletakkan semua foto di tangannya.
"Dua bulan yang lalu, nyonya juga menabrak seseorang hingga dilarikan ke rumah sakit."
Arvind mengernyit. "Lalu?"
"Nyonya menggunakan nama tuan untuk menekan korban lalu memberikan uang untuk tutup mulut." ucap Bian lalu memberikan rekaman cctv mobil yang digunakan nyonya Karin saat menabrak korban.
Arvind mengangguk. "Hanya itu?"
Bian ikut mengangguk. "Benar, tuan. Nyonya Karin hanya berfoya-foya bersama orang tuanya. Menekan beberapa orang dengan menggunakan nama tuan kemudian saat lelah pergi mencari seorang pria."
"Hn. Kau boleh pergi!" ucap Arvind.
Bian mengangguk sopan lalu melangkah meninggalkan ruangan itu. Sedang Arvind langsung menyimpan semua bukti yang ia punya lalu membuka laptopnya dan mulai bekerja.
Di rumah atau lebih tepatnya di ruang tamu. Karin terlihat sedang mengamuk. Ia membanting semua barang yang ada di sana lalu berteriak histeris.
Ayyara dan beberapa pelayan lainnya hanya bisa diam dan melihat semua yang terjadi. Mereka terlalu takut untuk bertanya atau menghentikan apa yang nyonya mereka lakukan.
"A_apa nyonya baik-baik saja?" gumam Ayyara pelan namun sepertinya didengar oleh pelayan yang berdiri di sampingnya.
"Nyonya sudah biasa melakukan ini. Sepertinya bertengkar dengan tuan Arvind."
Ayyara menoleh pada pelayan yang berbisik pelan padanya.
"Ini sudah biasa?" kaget Ayyara. Padahal semua yang ada di ruang tamu adalah barang mahal. Bukankah sayang kalau dihancurkan begitu saja.
Pelayan itu kembali mengangguk. "Kita hanya harus menunggu sampai emosi nyonya Karin mereda lalu membersihkan semua kekacauan ini."
Ayyara mengangguk mengerti dan benar setelah tiga puluh menit mengamuk, nyonya Karin sudah tenang dan bermain ponsel di sofa.
Beberapa pelayan langsung maju dan membersihkan semua kekacauan yang terjadi. Begitupun Ayyara, tidak mungkin ia diam saat pelayan lain bekerja.
"Apa yang kau lakukan? Cepat kembali ke kamar!"
Semua pelayan tersentak begitupun Ayyara saat mereka mendengar teriakan nyonya Karin.
"Kau tidak dibayar untuk melakukan semua ini. Jadi cepat kembali ke kamar!" titah Karin dan wanita itu menatap ke arah Ayyara.
Ayyara segera melepas pecahan kaca dari tangannya lalu menatap nyonya Karin.
"Tapi nyo__"
"Apa kau mau membantahku hah?" bentak Karin. Ia sudah emosi karena suaminya dan sekarang karena Ayyara. Gadis itu harusnya mempersiapkan diri untuk proses inseminasi buatan yang akan dilakukan. Tubuh Ayyara harus sehat agar prosesnya tidak gagal.
Ayyara menatap pelayan lain seolah meminta maaf lalu melangkah menuju kamarnya, namun_
"Tunggu!" Karin kembali bicara membuat Ayyara berhenti lalu berbalik.
"Ada apa, nyonya?" tanya Ayyara pelan.
Karin meletakkan ponselnya lalu berdiri dan melangkah mendekati Ayyara.
"Kenapa cara jalanmu aneh?" tanya Karin curiga membuat Ayyara gelagapan.
"Ti_tidak nyo.. "
"Apa yang kau lakukan?" tanya Karin semakin menyudutkan Ayyara.
Ayyara hanya menggeleng. Tidak mungkin ia bilang bahwa kemarin tuan Arvind masuk ke kamar dan menidurinya. Dan bahkan tadi malam tuan Arvind kembali melakukannya semalaman.
"Ayyara jatuh tadi pagi di kamar mandi, nyonya."
Bukan Ayyara tapi seorang pekerja dari dapur yang mengatakan itu.
Karin melotot. "Bodoh! Bukankah sudah kubilang untuk menjaga dirimu hah?"bentak Karin membuat Ayyara menunduk.
"Maaf nyonya."ucap Ayyara pelan.
"Sudahlah. Cepat kembali ke kamar dan istirahat!" titah Karin membuat Ayyara mengangguk lalu melanjutkan langkahnya kembali menuju kamar.
Karin menatap wanita paruh baya yang bekerja di dapur. "Berikan dia makanan yang sehat dan jangan biarkan gadis itu melakukan apapun!" ucap Karin membuat bi Umah mengangguk.
"Baik, nyonya."
Karin segera mengambil ponselnya lalu melangkah menuju kamar utama. Sedang para pekerja lain langsung saling bicara.
"Kenapa nyonya sangat perhatian pada pelayan baru itu?"
"Benar. Bukankah harusnya dia ikut melakukan apa yang kita kerjakan."
"Ck! Bahkan dia tinggal di kamar yang cukup besar di samping dapur."
Sedang bi Umah hanya diam saat pekerja lain saling bicara. Satu hal yang ia tahu. Ayyara sangat spesial hingga tuan Arvind sendiri lima bulan yang lalu menitipkan gadis itu padanya.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Tuan Arvind
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Ayyara, gadis berusia dua puluh tahun yang berasal dari keluarga miskin. Bukan hanya miskin, keluarganya juga memiliki setumpuk hutang. Untuk membayarnya, Ayyara terpaksa menerima tawaran dari wanita kaya untuk melahirka...