🌼24

103K 3.9K 220
                                    

Happy Reading!

Tok tok

"Masuklah!"

Ayyara segera membuka pintu setelah terdengar sahutan dari dalam.

Ceklek

"Nyonya memanggil saya?" tanya Ayyara pelan.

Karin yang sedang memasang anting segera berbalik. "Apa kau merasa tidak enak badan?" tanya Karin penuh harap.

Ayyara segera menggeleng. Tubuhnya masih sama seperti hari biasa.

"Apa tidak ada tanda-tanda kehamilan?" tanya Karin mulai kesal. Padahal sudah dua bulan setelah inseminasi buatan. Tapi kenapa belum ada hasilnya juga. Padahal ia sudah melakukan segala yang terbaik agar Ayyara bisa segera hamil.

"Tidak, nyonya."

"Ck! Sial." maki Karin lalu meremas rambutnya. Hampir dua bulan ini, suaminya selalu menginap di luar, jikapun pulang pasti tidur di ruang kerjanya.

Sedang Ayyara hanya bisa menunduk diam. Ia juga ingin segera hamil agar bisa pergi dari rumah ini. Sudah dua bulan ini ia tidak bisa istirahat dengan tenang karena tuan Arvind selalu datang ke kamarnya. Entah itu hanya tidur atau melakukan sesuatu yang melelahkan. Untungnya tuan Arvind tidak menyentuhnya lagi tiga hari terakhir ini. Pria itu hanya tidur memeluknya. Masalahnya bukan itu saja, Ayyara juga mulai merasa tak nyaman pada jantungnya. Rasanya setiap kali bersentuhan dengan tuan Arvind jantungnya seperti ingin meledak.

'Apa jantungku bermasalah?' batin Ayyara. Jika itu benar maka mungkin tidak akan baik jika seandainya ia nanti hamil.

"Tapi kenapa sakitnya hanya saat bersama tuan Arvind saja." gumam Ayyara tak sadar membuat Karin bereaksi. Ia seperti mendengar nama suaminya disebut oleh Ayyara.

"Apa yang kau katakan?" tanya Karin membuat Ayyara melotot lalu menggeleng cepat.

"A..apa? Tidak ada, nyonya." ucap Ayyara gagap.

"Aku mendengar kau menyebut nama suamiku."

Ayyara menutup mulutnya. Sepertinya ia sudah gila. Bagaimana jika nyonya Karin curiga.

"Mungkin nyonya sa.. salah dengar." ucap Ayyara gugup.

"Hahh.." Karin menghela napas kasar. Mungkin karena terlalu memikirkan suaminya, ia jadi berhalusinasi mendengar nama Arvind disebut.

"Baiklah. Kau boleh pergi! Jika ada tanda-tanda kehamilan segera beritahu aku."

"Baik nyo__"

"Siapa yang hamil?"

Eh?

Ayyara melotot lalu berbalik dan ternyata tuan Arvind berdiri tepat di belakangnya.

Karin yang kaget segera saja berdiri dan mendekati sang suami.

"Sayang, kau pulang?" tanya Karin manja lalu mengisyaratkan agar Ayyara pergi.

Arvind dengan sigap menghalangi langkah Ayyara.

"Sayang.. " tegur Karin. Pasalnya suaminya hampir memeluk Ayyara. Jarak keduanya begitu dekat.

Arvind tersenyum tipis lalu menatap Karin.

"Kau hamil?"

"Ah apa? Tidak. Maksudku belum__" Jawab Karin bingung.

"Kalian membahas kehamilan. Aku pikir kau hamil." ucap Arvind membuat Karin menggigit bibir bawahnya.

"Tidak, sayang."

"Lalu__" Arvind beralih menatap Ayyara. "Atau kau yang hamil?"

Karin segera menggeleng lalu memeluk lengan suaminya"Sayang, Ayyara belum menikah. Bagaimana bisa dia hamil."

Arvind segera melepas pelukan Karin pada lengannya. "Baguslah. Karena yang seharusnya hamil adalah dirimu." ucap Arvind tajam membuat Karin memucat.

"I..iya sayang. Aku pasti akan segera hamil. Tapi bukankah kita harus lebih berusaha. Maksudku kita sudah lama tidak melakukannya." ucap Karin dengan wajah dan suara yang menggoda.

Arvind hanya menatap datar bahkan saat telapak tangan Karin merayap di dadanya. Sedang Ayyara tengah bersusah payah menahan rasa mual yang mendadak muncul saat melihat dan mendengar suara nyonya Karin.

Karin semakin berani tanpa peduli bahwa ada Ayyara di sana. Ia bahkan menggesekkan payudaranya ke tubuh suaminya. "Aku menginginkan milikmu yang besar berada di dalamku."

"Huekk"

Arvind dan Karin spontan menolek ke arah Ayyara.

"Huekk ugh maaf.. " cicit Ayyara pelan lalu berlari dari sana sambil menutup mulutnya.

Sedang Karin dan Arvind mendadak dilanda keheningan.

'Ayyara mual. Apa dia hamil.' batin Karin senang. Jika itu benar maka ini akan menjadi kabar bahagia dan ia harus segera menyusun rencana untuk mengatakan kehamilannya pada semua orang.

Begitupun Arvind, ia sudah menduga bahwa Ayyara tengah berbadan dua. Hal itu ia ketahui saat tiga hari yang lalu Ayyara mengeluh nyeri saat ia meremas payudara wanita itu. Bukan hanya itu, Ayyara juga menjadi lebih sedikit sensetif dari biasanya.

Tanpa sadar, Arvind tersenyum kecil. Akhirnya ia akan menjadi seorang ayah. Arvind berjanji akan menjaga Ayyara dan calon bayi mereka.

"Sayang.. "panggil Karin saat melihat suaminya melamun namun juga tersenyum.

"Hn?" Arvind kembali memasang wajah datar.

Karin menyentuh perutnya. "Sebenarnya tadi aku merasa sedikit mual."

"Hn"

"Ayyara bilang itu bisa saja tanda-tanda kehamilan." ucap Karin membuat Arvind menghela napas. Sepertinya wanita itu mulai berakting.

"Tapi Ayyara yang mual." ucap Arvind membuat Karin kaget.

"Dia sedang sakit. Perutnya bermasalah sejak kemarin dan hueek"Karin mendadak berhenti dan menutup mulutnya.

Arvind hanya menatap datar sedang Karin langsung berlari memasuki kamar mandi.

"Huekk hueekk"

Arvind mendengus saat mendengar suara muntah Karin yang dibuat-buat.

"huekk"

"Ck!" decak Arvind lalu melangkah pergi. Lebih baik sekarang ia memastikan keadaan Ayyara.

-Bersambung-

Mengandung Anak Tuan ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang