Sunrise 24: Sebuah Sebab Tentang Sendu

5K 863 333
                                    

***Hallo, assalamualaikum aku datang. Hihihi. Jangan lupa follow wp dan IGku yaaa siapa tau kapan2 kita seru2an main GA lagi, kayak kemarin ada GA dadakan di Instagram hadiah random dari Ezekiel.***

Proof GA SAS Part 1

Rajin2 komen yaaa siapa tahu, Teman-teman jadi yang beruntung dapat lunch box dari Bu Bening:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rajin2 komen yaaa siapa tahu, Teman-teman jadi yang beruntung dapat lunch box dari Bu Bening:)

Selamat membaca Sunrise 24:)

***






















"Kondisi jantung Ibu sudah mulai kurang baik, Bu." Dokter Hamid saat itu hanya bisa tersenyum simpul kepada Helma dan Brama.

Helma sudah menjadi pasiennya sejak lama. Perempuan paruh baya itu divonis mengidap jantung koroner dan beberapa komplikasi lainnya, yang mana semuanya bisa bermuara kepada satu efek yang paling bahaya, yaitu serangan jantung. Kematian mendadak sedang menari-nari di hadapan Helma saat ini.

"Tolong jaga diri baik-baik. Patuhi semua anjuran tim medis, ya, Bu."

Helma mengangguk. Wanita itu bangkit dari duduk, berdiri bersama rengkuhan dari Brama. Keduanya lantas keluar dari ruangan, berjalan dengan perlahan hingga tiba di sebuah koridor di tepi taman.

"Kalau mama nggak ada, siapa yang akan jaga Lilian, Pa?" Helma berkata lirih dengan mata berkaca-kaca. Tangannya masih digenggam erat oleh Brama.

"Kita akan jagain Lilian sama-sama, Ma."

"Tapi kita sudah tua, Pa. Mama nggak bisa tenang kalau Lilian belum punya pendamping hidup." Kini, setetes air mata jatuh dari mata Helma.

Dengan gerakan lembut, Brama membawa istrinya ke dalam pelukan hangat.

***

Tepat saat Natha berusia 10 tahun, Lilian menikah dengan Bhayangkara Soedjarwo, seorang putra dari sahabat karib Brama. Kara saat itu menyandang gelar duda. Bercerai karena diselingkuhi istri.

Saat bertandang ke kediaman Brama untuk melakukan transaksi jual beli tanah, di sanalah Kara menaruh hati kepada Lilian. Brama dan Helma tentu merasa berbahagia. Kedua orang itu juga menceritakan segala tentang Lilian, termasuk kejadian kelam itu beserta Natha yang menjadi hasil dari sejarah tragis tersebut.

Kara tidak keberatan.

Dia menerima Lilian dan Natha dengan tangan dan hati terbuka. Mencintai keduanya dengan tulus. Membahagiakan Lilian dengan semampu yang ia bisa.

Pria berdarah Jawa Betawi itu bahkan tak keberatan saat harus tinggal satu atap dengan mertua meski sudah memiliki rumah sendiri. Semua yang demi kebahagiaan Lilian, Kara berikan.

Untuk sejenak, keberadaan Kara membuat Helma dan Brama berhenti mengusik kehidupan Akshaya dan Bening.

Sesekali, Helma akan datang untuk mengantar Natha. Wanita tua itu tidak ingin Akshaya lepas dari tali kekang keluarganya. Ada Natha yang harus Akshaya perhatikan, sebab Lilian masih juga tak bisa menerima anak itu dengan lapang dada.

SUNRISE AT SIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang