***Hai halo, aku datang lagi. Jangan lupa follow WP-ku dan rajin komen, yaaa, dapetin GA dari Buya. Yuks, masih ada waktu sampai SAS tamat:D***
Selamat Membaca Sunrise 20 yang isinya 3.740 kaata hahaha
***
Kata orang, kalau masih ada marah dan cemburu, bisa jadi memang masih ada rasa yang tersembunyi jauh di dalam sanubari.
Tapi, ketika sudah biasa saja, tidak marah, tidak merasa ada masalah, tidak cemburu, bahkan tidak gerah, bisa jadi perasaan itu memang sudah lari tunggang langgang dan tidak lagi tersisa barang secercah.
Itulah yang dirasakan Bening untuk Akshaya, untuk Elbark, untuk pria mana pun yang selama ini mendekatinya.
Ada perasaan bersyukur karena dipertemukan dengan pria sebaik dan setulus Elbark. Kagum yang ia bina selama ini, sebatas apresiasi atas betapa Elbark sangat memenuhi kriteria sebagai suami dan ayah idaman bagi kebanyakan orang. Namun, hanya sampai di sana.
Sedangkan untuk Akshaya, ada rasa welas asih dan kasihan yang tak pernah hilang sejak detik di mana mereka berpisah. Bahkan, sejak mereka pertama menjalin hubungan. Bening mengasihi Akshaya sebagai orang baik yang hidup di takdir yang kurang baik.
Bening tidak mempunyai alasan untuk membenci Akshaya, namun juga tidak punya keinginan untuk kembali bersama.
Seperti sekarang, Bening bangun di sepertiga malam dan membuka pintu balkon, ia tertegun saat melihat ada Toyota Rush terparkir tepat di depan warung.
Bening sudah paham, itu mobil Akshaya.
Minggu, 31 Juli 2022, Bening mengikat rambutnya sembari menuruni tangga. Ia lantas membuka folding door perlahan, lalu mendekati mobil dan mengetuk kacanya.
Akshaya yang terlelap kini membuka mata sepenuhnya. Kaget, kepalanya celingukan ke samping kanan dan kiri. Lalu, membelalakkan mata saat mendapati Bening sedang berdiri di samping pintu jok penumpang. "Bening."
Akshaya menghela napas. Menenangkan kepalanya sejenak sebelum menginjakkan kaki ke aspal dan keluar dari mobil untuk berhadapan dengan Bening.
"Mas ngapain parkir di sini? Jam 1 malam ini, lho." Bening menatap kasihan kepada Akshaya.
Pria itu kini kurus. Matanya lebih sering sayu ketimbang berkobar penuh semangat seperti dulu.
"Mau bantuin Yada antar makanan ke dermaga," kata Akshaya pelan. Ia tersenyum, sedikit salah tingkah saat menangkap sorot khawatir dari mata mantan istrinya.
Bening tersenyum kecil. Kasihan sekali ayah dari anaknya. Perjuangannya tak pernah habis. Kini, bahkan rela bermalam di mobil hanya demi meraih hati Yada. "Boleh, Mas. Tapi, besok-besok, kalau mau bantuin Yada, datang jam 5 pagi saja."
"Oh, oke." Akshaya balas tersenyum. Di antara sunyi Labuan Bajo saat dini hari, jalanan kosong, dan lolongan anjing dari kejauhan, Akshaya menatap wajah Bening dengan begitu tenang.
"Terus kenapa kamu udah bangun, Ning?"
"Kan, aku masak. Yada aja masih tidur. Mas Aksha, lebih baik pulang dulu. Nanti kalau mau bantuin Yada, bisa datang lagi. Lumayan, buat istirahat lagi, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNRISE AT SIX
RomansaJika banyak perceraian selesai dengan rujuk sebab mengatas namakan kebahagiaan anak, maka ini tidak terjadi kepada Kamacandu Danurdara Prayada. Ia justru tidak akan suka jika Bening harus kembali kepada mantan suaminya meskipun pria itu sudah melak...