Yuhhuuuu, masih ada yang nungguin Yada nggak, ya. Hhihiiiihi :D Nyengir dulu akh, sebelum panen tampolan. :D
Selamat membaca Sunrise 26, diupdate tengah malam, ngeronda hihi.
***Dea menyangga kepalanya dengan kedua tangan. Sementara matanya sibuk mengamati Natha yang sedang gesit mengatur ini itu untuk acara pengajian besok malam.
"Ketahuan Yada kamu tatap itu orang terus menerus, makin benci nanti anak itu sama Kak Natha." Ezekiel, baru keluar dari goa. Anak itu menjadi lebih bersih. Tidak terlihat kucel seperti kemarin-kemarin.
"Memang kenapa?"
"Cemburu lah, Bodoh!" Tangan Ezekiel melayang, mendorong kepala Dea dengan keras dari belakang.
"Eze! Lae!" Dea memekik kesal. "Baru turun gunung sudah bikin masalah!"
"Eits, Maipa Deapati, tidak boleh bicara kotor!" Ezekiel menatap Dea dengan begitu puas. Wajah anak itu terlihat menyebalkan sekali. Sedangkan mulutnya rajin sekali memamah biak jajanan yang dia beli di Dennys Mart.
Dua anak itu memang sedang duduk di samping Benaya Bajoo. Menikmati semilir angin yang lumayan kencang namun tetap terik di bangku yang dilengkapi dengan meja berpayung.
"Tapi, aku serius, Dea. Yada suka sama kamu. Jangan berani-beraninya kamu naksir sama kakaknya. Nanti, Flores terbelah tiga, Dea. Paham, to?"
Dea mencibir. Lalu merebut Taro yang sedang dipegang Ezekiel. "Siapa yang naksir Kak Natha? Aku cuma lagi lihatin, Kak Natha itu maco sekali. Kayaknya, predikat cowok terganteng se-Labuan Bajo yang dipegang Bang Stuart dan Pak Elbark bakalan tergeser sama Kak Natha. Kamu lihat itu, to, Ze?" Dea kembali menyamankan duduk, lalu mengarahkan telunjuknya ke arah depan di mana Natha berada.
"Putih, bersih, rambutnya keren, otot lengannya luar biasa. Jakunnya sama lesung pipinya mengandung kamehameha. Jangan-jangan perutnya Kak Natha juga kotak-kotak. Sudah begitu, tersenyum terus. Ramah sekali orangnya. Dan ... pekerja keras. Aku yakin, 5-10 tahun lagi, Kak Natha bakalan jadi pengusaha sukses di sini."
Ezekiel memutar bola matanya. "Sukses apanya? Kacung begitu, Dea."
"Apa kamu bilang tadi?" Lagi-lagi Dea tidak habis pikir, Ezekiel ini mulutnya sebelas dua belas dengan Yada. Sama-sama suka mengandung cabai setan satu kilo. "Kacung?"
"Iya, lah. Kamu punya mata lihat, to? Di mana ayah Yada dan Yada? Toe manga! Hanya itu orang saja yang sedari kemarin heboh kerja sendiri. Apalagi namanya kalau dia ada di dunia Yada untuk jadi kacung saja? Beuh, jangan mimpi dia bisa geser nama papaku dari tahta cowok terganteng dan terkaya di sini."
"Halah, sombong! Tercium dirjen pajak baru tahu rasa!"
"Buat apa tahu rasa? Papaku taat pajak, Dea. Memangnya ka ...."
"Kalian mau bakso nggak?"
Ucapan Ezekiel terhenti, dia dan Dea lantas menoleh, mendapati Natha kini sudah duduk di depan mereka sambil mengipasi wajah.
"Panas banget di Labuan Bajo. Tapi, aku baru tahu kalau di sini mayoritas orangnya justru kulitnya sawo matang dan putih. Yang hitam-hitam dikit aja."
"Orang Flores, kan, banyak yang asal muasalnya keturunan Portugis. Masyarakat sini, campuran etnis, Kak. Melayu, Melanesia, Portugis. Jadi, suka salah kalau orang berpikir orang NTT pasti hitam-hitam. Suka bilang orang NTT galak. Jahat lagi. Ya, memang ada yang hitam. Ada yang putih. Ada yang baik ada juga yang jahat. Tapi semua kota di Indonesia juga begitu, kan? Memang di Jakarta semua orang putih dan baik?" Ezekiel membalas dengan sedikit sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNRISE AT SIX
RomanceJika banyak perceraian selesai dengan rujuk sebab mengatas namakan kebahagiaan anak, maka ini tidak terjadi kepada Kamacandu Danurdara Prayada. Ia justru tidak akan suka jika Bening harus kembali kepada mantan suaminya meskipun pria itu sudah melak...