Hayoo, coba baca betul-betul, ya, betulan damai apa tidak ini chapter. Soalnya, beberapa orang bilang baca SAS nggak ada happy-happynya, nyesek dan sedih muluuuu wkakaakaka. Oleee, masa, sih?
Senyum dulu, to? xixixixiixi
***
"Besok, saya dijemput jam berapa?" Seorang wanita cantik tinggi semampai itu bertanya setelah menyerahkan seamplop uang. Wajahnya murung, berniat sailing untuk pre wedding, nyatanya kini pergi sendirian, calon suaminya berubah menjadi setan, menghamili selingkuhan. Tentu saja semua agenda batal. Kecuali, rencana jalan-jalan di Labuan Bajo, sayang untuk dilewatkan.
Dia pada akhirnya melampiaskan kesuntukan hatinya kepada orang lain. Bisa saja dia melunasi tagihan dengan transfer, tapi kali ini, dia memutuskan untuk menarik tunai, dan meminta Compastrip untuk mengirim orang agar mengambil uangnya di hotel.
Tak disangka, yang datang justru dua bocah ingusan.
"Ada keterangan akan dijemp ... aws!" Ezekiel mengeluh, malang sekali nasibnya. Dari kemarin kakinya diinjak-injak terus. Sedangkan Yada yang tadinya sedang menghitung uang kini mengangkat kepala dan tersenyum manis.
Anak itu, memang kadar hospitality-nya tidak main-main.
Yada versi bertemu tamu, akan 100% berbeda dengan Yada versi sehari-hari. Dia akan murah senyum, banyak bicara, dan sangat ramah.
"Besok penjemputan jam 09.30 WITA, ya, Kak. Kapalnya nanti ke jetty. Biar saya urus nanti ke depan resepsionis. Kak Gemora kalau boleh tahu menginap di kamar nomor berapa?"
Ezekiel menatap wajah Yada dari samping. Andaikan Yada seramah itu setiap hari, Flores pasti terasa damai.
Selanjutnya, Yada tersenyum malu-malu sambil meminta izin melanjutkan menghitung uang. Soalnya, nominalnya 35 juta. Meskipun masih ada sabuk uang dari bank, tapi harus tetap dihitung. Kalau kurang bisa berabe, Lesmana bisa mengamuk.
"Kak, uangnya sudah pas, ya. Maaf, ya, saya hitung manual. Invoice terbaru nanti dikirim sama Mas James, Kak. Ini confirmation letter-nya, ya. Ada nomor kapten kapal Catnasze, dan ini nomor tour guide yang besok bertugas." Yada tersenyum sekali lagi, memasukkan uang ke dalam tas, dan pamit.
Kedua anak itu terlihat masih berdiri di lobi Hotel Ayana yang megah sampai Gemora pergi kembali ke dalam area hotel. Dalam hati, Ezekiel berhitung mundur. Kalau Gemora sudah tidak terlihat sama sekali, wajah ramah Yada pasti ikutan musnah.
"Apa lihat-lihat?" Yada menoleh dengan sengit.
Ezekiel berdecak sinis. Benar, kan?
Sampai kapan pun juga Yada adalah pemain pro soal pura-pura ramah di depan tamu. Ya, bagus, sih. Profesional namanya. Tapi, sebagai orang yang setiap hari bertemu, wajah judes Yada membuat Ezekiel bosan setengah gila.
"Kamu belum minta maaf, ya. Jangan sok galak." Ezekiel menantang Yada. Lumayan, pikirnya. Berdebat di Ayana meskipun cuma di lobinya. Bagaikan naik kasta. Biasanya, mereka berdebat di kantor Compastrip.
Yada menghela napas. Benar juga, sejak hari itu sampai sekarang sudah tanggal 15 Agustus 2022, Yada belum benar-benar minta maaf kepada Ezekiel.
Bertemu setiap hari pun, sebatas komunikasi di tempat PKL. Sinis-sinis sedikit, bercanda-bercanda sedikit. Selebihnya, canggung.
"Kamu pikir aku tidak ingat kalau kamu sudah PHP aku dan papa? Ih, mimpi. Aku masih marah begini, kamu malah diam-diam saja. Benar-benar tidak peka kamu, Da. Kasihan nanti Dea yang jadi pacarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNRISE AT SIX
RomanceJika banyak perceraian selesai dengan rujuk sebab mengatas namakan kebahagiaan anak, maka ini tidak terjadi kepada Kamacandu Danurdara Prayada. Ia justru tidak akan suka jika Bening harus kembali kepada mantan suaminya meskipun pria itu sudah melak...