11. Perkara Berak

7.6K 515 26
                                    

Setelah siang main game seru-seruan, malamnya welcome party mengadakan acara diskusi formal lagi dengan para alumni juga rektor III kampus. Temanya pasti tidak jauh-jauh dari latihan dasar kepengurusan.

Malam ini diskusinya sedikit panjang karena ada tiga pemateri yang membahas tentang kepemimpinan, mental, dan lain-lain.

"Menurut Moejiono, kepemimpinan atau leadership sebenarnya adalah akibat dari pengaruh yang terjadi secara satu arah. Hal itu terjadi karena seorang pemimpin mungkin memiliki sebuah kualitas tertentu. Kualitas tersebut adalah sesuatu yang membedakan dirinya dengan para pengikutnya. Nah, contohnya presma kalian ini, Mas Rony. Silakan dilihat pria ganteng ini," ujar Pak Hanung selaku rektor III kampus UJM sembari menepuk bahu Rony yang sekarang menjadi moderator untuk acara itu.

Rony si rendah hati langsung menggeleng. "Nggak, Pak. Sama dengan lainnya," katanya.

"Merendah untuk meroket kau ya, Ron," celetuk Novia.

Pak Hanung tergelak. "Ini salah satu sifat pemimpin. Tidak jumawa ketika dipuji dan rendah hati. Artinya Mas Rony ini masuk kriteria leadership."

Rony menunduk dan tersenyum salah tingkah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Saya kasih pesan untuk Mas Rony dan semua kepala dari kementrian yang sudah terpilih. Tugas seorang pemimpin itu untuk berkontribusi dalam kesejahteraan orang lain. Hal itu adalah bentuk dari pertanggungjawaban sosial. Artinya, setiap mengambil langkah dan tindakan, kalian harus selalu memikirkan secara rasional. Mempertimbangkan banyak hal sebelum akhirnya menjadi keputusan. Kadang ya kita harus berkorban. Itulah pemimpin. Ini teori Servant ya, bukan teori saya," kelakar Pak Hanung.

Rony mengangguk-angguk sopan mendengar pesan dari Pak Hanung, lalu acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan lain sebagainya termasuk pembagian hadiah dari Pak Hanung bagi yang sudah bertanya.

Acara diskusi selesai pukul sebelas malam, tak ada kegiatan lagi setelahnya alias jam bebas. Orang-orang berpencar, ada sebagian yang sedang duduk santai mengobrol di sebelah api unggun, ada yang sudah tidur, ada yang sedang memanggang dan lain sebagainya.

Di dekat api unggun ada para kepala dari setiap kementrian yang memilih mengobrol santai menikmati hangatnya kobaran api. Sebenarnya banyak yang ingin bergabung, tetapi para anggotanya sungkan menembus circle petinggi di BEM. Apalagi pembahasan mereka sungguh tinggi karena menembus langit ke tujuh.

Serius ini.

Asek.

"Kenapa ya langit itu berlapis-lapis? Padahal satu aja cukup? Oiya sama kayak cinta, padahal jatuh cinta ke Nabila satu kali aja cukup, nggak perlu berkali-kali."

"Oh gitu Powl, jadi lu jatuh cinta ke banyak orang? Wah, parah lu, Powl," ujar Rony sembsri menunjuk Paul.

"Iya parah lu, Ul," sahut Salma memprovokasi.

Paul langsung ketar-ketir.

"Heh ndak ada kek gitu-gitu."

Salma memeluk Nabil yang duduk di sebelahnya.

"Kasihan anakku. Udah kubilang jangan deket-dekat bule, kau bandel sih."

Nabila hanya tergelak melihat drama dari kakak-kakaknya.

"Wah parah lu Powl. Cukup tahu aja y," ujar Rony sembari duduk di samping Salma.

"Ndak gitu, maksudnya gua yang jatuh cinta berkali-kali ke Nabila."

Salma mengelus lengan Nabila. "Putusin aja ya, Nak. Entar Mamak carikan yang lebih dari si Bule."

Nabila terkekeh. "Aku nggak pacaran sama Kak Paul," sela Nabila yang membuat Paul berhenti menjelaskan sesuatu pada Rony.

Kalo Suka Bilang! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang