Bentrokan selesai setelah malam hari.
Total ada dua puluh orang yang terluka, tiga diantaranya luka parah, sedangkan tujuh belas lainnya luka ringan. Termasuk Paul, Danil, Rahman, dan Rony.
"Lu mau gua atau Nabila yang bersihin ini luka?" tanya Salma pada Paul yang kini duduk mengemper di lantai dengan tampilan berantakan.
"Maunya sih Nabila, tapi dia pasti ngga tega lihat luka gua," ujar Paul sembari memandang Nabila yang tengah membantu membersihkan gas air mata dari wajah teman-teman lainnya.
"Cepet! Kalo lu ga mau ama gue, mending gue obatin yang lain," ujar Salma tak sabaran.
Paul menatap Salma sembari berdecak. "Iye udah, sini duduk," katanya sambil menarik lengan Salma hingga wanita itu berjongkok di samping Paul.
Salma mulai membuka kotak P3K.
"Lu tahu nggak cara bersihin luka?" tanya Paul dengan nada menyepelekan.
"Kaga sih," sahut Salma acuh tak acuh.
Paul melotot. "Yang bener, Mak! Entar luka gua tambah parah gimana?"
"Ya lu kan kaya, tinggal ke rumah sakit. Repot amat," ujar Salma dengan enteng.
Paul menjauhkan wajahnya ketika Salma mendekatkan kasa yang sudah disiram dengan alkohol. "Kalo luka gua makin marah, gua cekek lu."
Salma berdecak. "Diem. Udah percaya gua aja."
Paul menatap Salma tak percaya.
Wanita itu memelototi Paul, hingga bule itu menurut.
"Badjingan! Perih, Mak!" umpat Paul ketika Salma langsung menjejelkan kasa alkohol itu ke lukanya yang menganga.
Paul berusaha menjauhkan kepalanya, tetapi Salma menahan dengan satu tangannya.
"Diem! Bentar lagi selesai," katanya sembari terus menekan luka Paul dengan bibir mengerut dan mata menajam menatap luka itu.
Agak-agaknya Salma punya dendam pada Paul🤣
Banyak!
Paul menepis lengan Salma, lalu dia segera menutupi lukanya. "Asu lu, Mak!" umpat Paul sembari meringis merasakan nyut-nyutan di dahinya.
Salma terkekeh tanpa dosa, lalu dia ikut duduk mengemper di samping Paul. "Mampuss," cicit Salma sembari memasukkan kembali isi P3K.
Paul memukul paha Salma. "Lu kalo cemburu jangan dilimpahin gue, Jing! Samperin sono, amuk orangnya."
Salma menolehkan kepalanya ke arah Paul, menunduk dan melotot. "Jangan gosip ya, Jing," bisiknya.
Paul tersenyum jumawa.
"RON!" teriaknya tiba-tiba yang membuat Salma tak berkutik dan semakin melotot.
Rony yang duduk beberapa meter dari mereka menoleh, termasuk Flower di sebelahnya yang sedang membersihkan luka Rony.
"Wey??" tanya lelaki itu.
"Anuh, ini, Ron ...," kata Paul yang membuat Salma mencubit perut sobatnya itu.
"Adedededede," aduh Paul dengan berdrama padahal Salma tak mencubit sekuat Nabila.
Rony tak menggubris dua orang yang tak jelas itu. Dia bangkit lalu memberikan sepatah dua patah kata sebelum akhirnya menyuruh teman-temannya pulang.
"Gua pulang juga ya, Ji. Badan sakit semuak," kata Danil yang dari tadi bergoleran di lantai tak peduli meski tempat itu kotor. Tubuhnya sudah kepalang kotor dengan banyak hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalo Suka Bilang! [END]
Teen FictionSeason 1 Rony suka Salma, Salma suka Rony. Terus masalahnya di mana? Nggak ada, mereka aja yang goblok. Canda. Orang yang saling suka emang ngga sadar kalo yang disukai ternyata menyukai balik. (SOON AKAN DIREVISI)