Lima hari sudah terlewati pasca mama Rony meninggal. Lelaki yang menjabat sebagai pimpinan tertinggi di BEM itu sama sekali belum tampak batang hidungnya di kampus. Jangankan itu, pesan chat teman-temannya saja belum satu pun dibaca.
Langit sudah menjingga ketika gadis itu menuju balkon gedung 2 kampusnya.
Dia menikmati segelas kopi sembari melihat senja yang mulai dilahap malam.
Satu helaan napas berat dilepaskan.
BEM sedang kacau karena tadi siang berita korupsi Rony tiba-tiba menyebar di media.
Katanya Terry Wahyudi, vendor jaket yang sedang diburu BEM kampus sebelah karena membawa kabur uang PDH kampus mereka sempat saling berteleponan dengan Rony, hingga muncullah kabar bahwa keduanya saling berhubungan dalam kasus-kasus tersebut. Apalagi saat ini uang jaket BEM UJM ikut dibawa lari oleh Terry, dan bertepatan Rony tak ada kabar.
Hal itu diperkuat oleh seorang anonym yang melaporkan hal yang sama di sebuah akun Tiktok, dan media kecil mempublikasikannya hingga media-media besar mempertanyakan dan merepotkan BEM meski sudah disangkal bahwa itu hoax.
BEM belum berani memberikan statemen secara resmi di media karena belum ada instruksi apa pun dari Rony, Presma mereka.
Salma selaku wakil juga belum memberikan instruksi untuk konferensi pers karena belum ada bukti yang mematahkan berita tadi.
Iya tahu, Salma sendiri percaya--tidak, maksudnya dia sangat percaya bahwa Rony tak mungkin melakukan hal itu. Namun itu hanya Salma dan teman-teman kostnya, tidak dengan Angga dan lainnya. Mereka membutuhkan bukti bahwa Rony benar-benar tak terlibat dengan vendor.
Salma menghela napas berkali-kali. Seminggu ini dilewati dengan sangat berat. Salma harus berdiri memimpin BEM yang tengah dihantam berbagai masalah. Beberapa hari ini tak terhitung berapa kali kampus memberikan surat peringatan pada BEM karena aksi lapangan.
Meski Rony sedang rehat, tetapi semua hal yang sudah direncanakan dari sebelumnya tetap berjalan sebagai mana mestinya dan Salma sebagai wakil dari presmanya itu sedang membawa tanggung jawab besar atas sekian banyak hal dalam minggu itu.
Salma dipaksa bersikap netral meski nalurinya berpihak pada sisi kanan, Salma dipaksa melakukan semuanya padahal tubuhnya lelah, Salma dipaksa berpikir rasional disaat kepalanya ingin pecah.
Wanita itu melirik ponselnya di mana layarnya menampilkan room chat dengan Rony.
Dia sedang bimbang untuk menelepon atau sekadar mengirim pesan pada presmanya itu, menanyakan tentang kebenarannya. Kebenaran atas berita yang sedang beredar itu.
Salma menimbang beberapa kali. Dia takut mengganggu waktu kesedihan Rony.
Tiba-tiba pesan dari Paul muncul.
Powl
Rony udah nurunin sabda. Lu pulang, istirahat aja, Mak. Sekarang giliran yang lakik kerja. Yang cewek-cewek udah pada pulang juga.Tak berapa lama, Salma dikejutkan dengan langkah seseorang yang terdengar mendekatinya.
Awalnya Salma mengira itu usikan makhluk astral di waktu surup, ternyata saat dia menoleh tampaklah sosok lelaki dengan setelan celana kargo army dan kaos hitam dilapisi jaket varsity di tubuhnya.
Lelaki itu tersenyum tipis saat bertatap pandang dengan Salma.
"Hah, kaget👐," kelakarnya ketika melihat Salma memegang dadanya dan bernapas lega melihat sosok yang satu pijakan dengannya itu bukan makhluk halus, melainkan makhluk tampan ciptaan Tuhan--eh emm m-maksudnya nggak gitu.
Skip.
Salma berdeham.
"Lain kali ucapin salam, Bwang," ujarnya sembari langsung membalikkan tubuh kembali menatap hamparan kota Jakarta. Alasannya aneh, Salma tak ingin lelaki itu melihat binar matanya yang berubah antusias karena melihat sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalo Suka Bilang! [END]
Teen FictionSeason 1 Rony suka Salma, Salma suka Rony. Terus masalahnya di mana? Nggak ada, mereka aja yang goblok. Canda. Orang yang saling suka emang ngga sadar kalo yang disukai ternyata menyukai balik. (SOON AKAN DIREVISI)