22. Lu Kalo Cemburu Bilang

8.6K 534 40
                                    

Salma, Rony, Paul, dan Danil di pagi hari sudah pergi ke kampus untuk memenuhi panggilan rektorat perihal postingan kemarin.

Fira, yang semalam telah disidang sampai larut malam dan akhirnya mengaku memposting pamflet tersebut, juga ikut datang ke rektorat.

"Dia sendiri? Tak ada tim atau temannya?" tanya Pak Boy, selaku Wakil Rektor.

Rony mengangguk. "Mengakunya sendiri, Pak."

Pak Boy menggaruk dagunya lalu terkekeh. "Ini kambing hitam kalian atau gimana? Masa pamflet seperti itu dibuat sama dia seorang. Motifnya apa?"

Salma menoleh ke arah anggota Indi yang belum tiga bulan dilantik itu. "Coba kamu jujur Fir, motif kamu apa, dan dengan siapa kamu membuat itu."

Fira yang sedari tadi terdiam dan menundukkan kepalanya mulai berbicara. "Saya sendiri, Pak. Saya tidak ada motif lain selain ingin mengungkapkan kecurangan di kampus."

Pak Meltho di seberang tersenyum tipis. "Kamu dapat data dari mana? Jujur, siapa yang bersama kamu. Data seperti itu tak bisa diakses oleh mahasiswa, Nduk. Kecuali kamu mengarangnya."

"Pak Meltho secara tidak langsung mengakui kalo Anda memang korupsi," ujar Fira yang membuat Pak Meltho kembali tersenyum.

"Kalo saya sedang dicurigai korupsi, anggota BEM di sebelah kamu tidak akan membiarkan kamu ikut ke sini. Mereka akan pasang badan untuk kamu meskipun cara membongkar kamu salah."

Fira tak membalas ucapan tersebut.

"Kampus sudah memeriksa saya sejak semalam sampai sekarang, staff akademik masih mencari data yang kamu mengada-ada itu. Sampai detik ini saya masih bersih."

Pak Boy membuka berkas tentang profile Fira.

"Mahasiswa baru, beasiswa negara karena tidak mampu."

Pak Boy mengangguk-angguk.

"Kalau memang sendiri, kamu akan bertanggung jawab sendirian dan tentu saja kamu akan menerima konsekuensinya sendirian. Beasiswa kamu akan dicabut, kemungkinan kamu juga di drop out, dan yang pasti ini akan ditempuh dengan jalur hukum. Kamu yakin akan menanggung itu semua sendiri?"

Salma melihat tangan Fira saling menggenggam erat sebelum akhirnya dia mengangguk.

Sejak semalam dia berbicara dengan wanita itu, Salma sudah tahu bahwa Fira hanyalah boneka dari seseorang. Wanita itu saja tak tahu saat disuruh menjelaskan data yang tercantum di pamflet postingan kemarin, bicaranya tak seperti orang yang berwawasan luas, pandangannya kosong dan sering tak fokus. Jika yang melakukannya adalah orang-orang seperti Paul, Rony, Danil, Rahman, bisa saja Salma percaya.

Tapi ini Fira, yang selama tiga bulan ini terlihat tak terlalu aktif berbicara atau menyampaikan pendapatnya di BEM. Bahkan menurut anggota lain, Fira terlihat tak bersemangat mengikuti organisasi.

Pak Boy bertatapan dengan Pak Meltho sebentar sebelum akhirnya mengangguk.

Fira tetap mengaku dan setuju jika ditempuh ke jalur hukum, maka Pak Boy dan Pak Meltho mengikuti sesuai prosedur kampus dan hukum.

Untuk hukum sebenarnya tidak juga, Pak Boy dan Pak Meltho hanya mengatakan itu di depan Fira tak sungguh-sungguh ingin membawa hal itu ke jalur hukum. Mereka sedang menyelidiki latar belakang Fira. Sangat tidak mungkin wanita itu berjalan sendirian.

"Kami akan merilis permohonan maaf di media atas kekacauan kemarin dan mengonfirmasi bahwa postingan itu hoax dan tak terbukti. Jika berkenan, nanti ada tim dari media kampus yang akan mewawancarai Pak Meltho dan Pak Boy," ujar Rony yang membuat dua petinggi kampus itu setuju.

Kalo Suka Bilang! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang