34. Evaluasi Triwulan

7.4K 650 43
                                    

Evaluasi Triwulan dilaksanakan di salah satu Villa Bandung dan dihadiri sekitar 60 orang anggota BEM.

Detik ini, pukul setengah sepuluh malam, rapat evaluasi belum juga selesai dilaksanakan dan mungkin akan berlangsung lebih lama lagi sebab presma mereka--Rony Parulian tiba-tiba menjadi orang yang teliti dan mengomentari segala hal.

Nada suaranya begitu tegas dengan ekspresi wajah yang begitu serius. Matanya menatap tajam kepada bawahannya, keningnya mengerut sampai alisnya hampir menyatu.

Sampai detik ini sudah ada dua anggota yang menangis karena intimidasi Rony.

"Dana sebesar ini buat apa aja?" tanya Rony sembari menatap Tiara dan Lyodra yang tengah mempresentasikan proker yang sudah dan belum terlaksana dari Menko Kemasyarakatan.

Tiara menggeser slide power point di layar proyektor.

"Itu untuk proker Kampung Bersih, Pak."

Rony menautkan jari-jarinya lalu meletakkan dagunya di sana. "Ya gua tahu kalo buat Kampung bersih, gunanya lu berdiri di situ buat apa kalo cuma nyuruh gua baca?"

Tiara tersenyum polos lalu segera menjelaskan apa saja penggunaan dana itu sebelum diamuk Rony.

"Selain itu kami juga melukis tembok-tembok rumah warga, Pak. Jadi dananya kami gunakan untuk membeli peralatannya."

Rony mengerutkan keningnya.

"Kok gua baru tahu? Di proposal kan nggak ada proker itu?"

"Itu permintaan dari para warga, Pak."

Rony menegakkan punggungnya membuat Lyodra dan Tiara menyiapkan hati mendengar kuliah tujuh menit dari presmanya itu.

"Terus kalian acc tanpa persetujuan gua?"

"Udah izin Bu Salma, Pak."

Salma yang sedang melamun langsung cengo mendengarnya.

"Gua?" tanya Salma sembari menunjuk dirinya sendiri.

Rony melirik Salma di sebelahnya dengan tatapan dua kali lebih tajam.

"Iya, pas gua urus pencairan dana ke Novia," ujar Lyodra mengingatkan.

Salma menegakkan tubuhnya lalu berdehem sebentar. "Oiya, gue menyetujui ide itu, tapi bukan berarti kalian jalan gitu aja tanpa proposal. Kan kalian tahu prosedurnya gimana."

Rony menoleh ke arah Novia. "Dananya kenapa di-acc tanpa proposal, Nov?"

Novia yang duduk di samping Paul langsung menyenggol kaki lelaki itu. "Asu kena juga gua cukk," bisiknya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Rony.

Mereka berdebat untuk waktu yang lama, Salma niatnya membantu, tetapi dia malah kena kultum juga oleh Rony, hingga akhirnya Novia meminta maaf atas kesalahannya yang tak mengikuti aturan.

"Kedepannya kalo begini lagi, dananya gua anggap nggak sah dan harus dikembalikan ke BEM. Terserah siapa di antara kalian yang harus ngembaliin uangnya."

Lyodra, Tiara, dan Novia mengangguk.

"Bukan cuma untuk Menko Kemasyarakatan, untuk lainnya juga. Ini biar nggak ada kesalahpahaman dan lebih menjaga ke depannya."

"Bangsat, gue bakal kena kultum juga nih keknya. Kemarin minta dana keperluan demo kaga pake proposal," bisik Danil pada Paul.

"Siap-siap lu, Nil," ujar Paul yang ikut mengecilkan suaranya sembari menahan tawa.

"Tapi kwitansinya ada, masa masih dikasih siraman rohani ama si Rony?" tanya Danil.

"Lu tahu si Badjingan itu kek mana," jawab Paul sembari melipat tangannya.

Kalo Suka Bilang! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang