42. Liburan Macam Apa Ini?

8.1K 573 62
                                    


"Dari awal kita kenal, lu memang orang yang spesial bagi gua Dim. Lu satu-satunya orang yang bisa gua andelin, orang yang tahu suasana hati gue, orang yang selalu peka kemauan gua. Lu udah jadi orang itu. Lu istimewa di hidup gua."

Salma menatap lembut ke arah sahabat yang selama ini dia anggap sebagai kakaknya, ternyata menyimpan perasaan padanya.

"Dim  ...."

Diman ikut menatap lembut ke arah Salma.

"Kenapa, Sal? Karena ada seseorang yang istimewa di hati lu?"

Salma diam.

Iya.

Ingin sekali dia langsung menjawab itu, tetapi Salma tahu itu akan menyakiti Diman karena sepertinya lelaki itu tahu siapa orangnya.

Memang Diman selalu mengerti tentangnya.

"Gua ga bisa jawab sekarang, Dim," kata Salma memilih kalimat yang halus agar Diman tak sakit hati.

Diman tersenyum tipis. "Gua kasih waktu lu buat mikirin semuanya ya."

"Kalau gua ngga bisa, Dim?"

Diman langsung menggeleng. "Apa pun jawaban lu, gua tunggu. Meskipun itu penolakan. Gua tetep pengen denger, tapi nanti."

Salma tersenyum lembut dan mengangguk-angguk. Tiba-tiba hatinya terasa memiliki beban. Entah apa itu, Salma tak mau menebaknya.

***

Salma menatap Rony dengan pandangan sedih. Sedangkan Rony memandang Salma dengan tatapan tegas.

Membuat Salma merasa, lelaki di depannya ini sedang memberi batasan padanya.

Sial, ternyata dia salah baca pertanda?

Tiba-tiba ponsel Salma berdering, peneleponnya adalah Novia.

"Kenapa Nop?" tanya Salma ketika panggilan tersambung.

"Gawat, sini cepet Sal," katanya yang membuat Salma mengangguk.

Dia mematikan ponselnya lalu mengajak Rony kembali ke resort sewaan mereka.

Salma dan Rony menjadi orang terakhir yang masuk ke dalam resort sewaan untuk para ciwi-ciwi. Mereka langsung duduk.

Biasanya Rony akan dengan otomatis duduk di sebelahnya, tapi kini lelaki itu memilih duduk di sebelah Novia yang berada di seberangnya.

Salma merenung sejenak sebelum akhirnya Novia mengambil atensi.

"Angga nyari perkara," katanya membuat semua orang memasang telinga mereka.

"Tadi Risa, BEM fakultas yang jadi wakil panitia UJMFEST kemarin, telepon gua kalo vendornya marah-marah karena belum dibayar."

"Bukannya janjinya H+2?"

Novia menggeleng. "Dijanjiin omongan H-1, terus ganti D-day, ternyata dikontrak ditulis H+2 tanpa sepengetahuan mereka."

"Kalo udah di ttd, ya itu salah mereka. Kan udah kecantum di kontrak. Harusnya dibaca yang bener."

Novia mengangguk. "Yang jadi masalah bukan itu, si Risa bisa handel. Tapi dananya. Di bendahara acara, terkumpul total hanya setengah. Dia udah dihubungin beberapa manajemen karena artisnya belum dibayar lunas. Gimana, Ron? Ada jalan keluar?"

"Dari sponsor kemarin belum nyukupin ya? Terus hasil danusan?"

Novia menggeleng. "Belum cukup Ron."

"Btw kampus mau bantu ceunah 'kan?" tanya Paul.

Kalo Suka Bilang! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang