16. Kepribadian Ganda Rona

8.6K 513 20
                                    

Semalam Salma menyentuh kasurnya pukul setengah empat pagi karena harus menjenguk mama Rony dulu di rumah sakit. Pukul tujuh paginya Salma sudah ada di kampus karena ada matkul empat SKS yang sayang sekali jika dilewatkan.

Sampai kini pukul satu siang, dia harus rapat dengan Menko Pergerakkan membahas tentang proker-proker mereka sekaligus membahas tentang aksi pengajuan keringanan UKT UJM yang meningkat drastis untuk para maba.

"Paling tinggi dapet 17,5 Sal," lapor Danil pada Salma.

"Waduh, belum setara UI aja UKT udah naik segitu. Mana cuma nama doang yang megah, gedung 1 masih butut," celetuk Rahman.

"Kan peninggalan sejarah, Bro," sarkas Danil menanggapi wakilnya.

Salma hanya terkekeh mendengarnya karena dia sedang melihat pengaduan mahasiswa di program kegiatan Lapor Pak.

Lapor Pak sendiri adalah proker BEM tahun kemarin yang bergerak di bidang pengawalan terkait isu-isu yang terjadi di dalam masyarakat. Salah satu contonya kenaikan UKT bagi maba itu.

"Masalah aksi massal entar bahasnya pas ada Rony aja, kita bahas proker lainnya."

Kepala Menko Pergerakan itu mengacungkan jempolnya, lalu dia mulai membahas tentang proker baru mereka untuk mengajak mahasiswa lainnya ikut mengawal isu-isu yang sedang terjadi. Salah satunya dengan program UJM MACARA (Mahasiswa Berbicara). Program yang bertujuan memberi wadah untuk mahasiswa sebagai upaya melatih penyaluran-penyaluran aspirasi maupun melatih kemampuan untuk berpikir kritis secara langsung.

Rapat berjalan hanya sampai sore hari. Sebenarnya masih banyak yang harus dibahas, tetapi Salma ada kesibukan lain, jadi rapat itu akan kembali dilaksanakan besok saat Rony sudah kembali.

Setelah rapat, Salma tak sempat merebahkan tubuhnya karena setelah maghrib-an dia harus reguleran di dua tempat.

Capek gais, tapi Salma cewek kuat kok. Tenang aja.

"Lu duduk aja, wajah pucet begitu. Biar aku yang gantikan," ujar Novia yang menahan lengan Salma ketika wanita itu akan bangkit dari kursinya.

"Kaga lipstikan aja ini, gue beneran sehat kok."

Novia mengangguk. "Hooh, percaya gua. Tapi kau tetep duduk, aku mau nyanyi malam ini," ujar Novia sembari menarik tubuh Salma agar duduk kembali. Sedikit bar-bar, tapi tak apa. Itu memang love language mereka berdua. Physical attack.

Akhirnya Salma menurut. Dia pun kembali duduk di samping Diman.

"Thanks, Piyak," ujar Salma yang hanya dibalas acungan jempol oleh wanita kelahiran Medan itu.

Setelah kepergian Novia, Salma menidurkan kepalanya di atas meja. Tiba-tiba rasa pusing langsung menyerangnya.

Kaga jadi kuat gais, ternyata Salma juga manusia.

"Tidur berapa jam?" tanya Diman.

Salma mengacungkan tiga jarinya sebagai jawaban untuk Diman bahwa dia baru tidur selama tiga jam.

"Ayo, gue anter pulang ke kost," ajak Diman yang mendapat gelengan dari Salma.

"Kasihan, Piyak," jawabnya.

"Gue bilangin Bang Neyl buat nemenin dia."

Salma pun mengangguk.

Room chat

Diman
Ada yang free nggak?

Powl
Wey wey ada apa?

Syarla
Duain

Diman
Yang free bisa temenin Piyak reguleran? Di cafe biasanya.

Powl
@bang neyl

Anggis
Lah bukannya Salma yang lagi reguleran?

Kalo Suka Bilang! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang