SH 15

34K 1.6K 15
                                    


Wibawa perempuan itu tidak ditentukkan dengan gaya hidup namun dengan cara bicaranya

{Segaris Takdir}




























Hingga siang hari Fatimah masih belum keluar kamar, dia izin mengajar padahal harusnya ada ulangan hari ini

Berbeda dengan Manaf yg mau tak mau harus berangkat ke sekolah karna ada rapat tahunan yg wajib dia datangi

Pun dia berangkat hanya untuk rapat, tidak mengajar

Sedari pagi dia hanya duduk didepan kamar sembari terus mengirim pesan pada Fatimah, permintaan maaf dan lain lain

Bukannya dia tak mau mendobrak pintu, namun dia tak mau istrinya malah tertekan, dan amarahnya kembali memuncak

Dn yg lebih dia takutkan adalah ucapan istrinya tadi jadi kenyataan, yaitu pulang ke abahnya sendiri

"Fat, mas berangkat rapat yah, mas udah masakkan capcai kesukaan kamu, nanti makan yah" ucap Manaf didepan pintu namun tak dijawab oleh Fatimah

Manaf menghembuskan nafas beratnya lalu keluar rumah tanpa mengunci rumah, menuju sekolah Salafy

Sementara didalam rumah, Fatimah sudah siap dengan tas kecilnya akan pergi dijemput mbanya

Mba, Gus Manaf udah pergi

Fatimah mengirim pesan itu pada kakaknya lalu tak lama mobil kakaknya sampai didepan rumahnya, mobil Haura sudah sampai sedari 20 menit yg lalu, namun memilih berhenti diluar Pesantren menunggu Manaf keluar rumah

Cepat cepat dia berlari menuju mobil dan langsung memeluk Haura yg ada didalam

Mobil itupun cepat keluar dari Pesantren agar tak ketahuan oleh Manaf

Didalam mobil Fatimah langsung memeluk erat kakaknya, dia tumpahkan air matanya dipelukan kakaknya sementara Gus Hisyam suami Haura memilih diam menjadi supir membiarkan kedua putri kyai Zaid itu saling menguatkan

"Mba aku capek mba, aku capek mau pisah aja"

"Tenangin diri di rumah mba yah, mba udah bilang ke mertua mba kok katanya boleh"

Fatimah mengangguk namun tak melepaskan pelukkannya pada kakaknya

Ponpes milik iparnya itu jauh dari Jakarta namun dekat dengan Ponpes milik Abahnya

Dari Jakarta kira kira 5 jam sedangkan dari Al Munawar hanya 1 jam

Tepat jam 3 sore ketiganya sampai di Ndalem Ponpes Salafy Nurul Huda yg semua santrinya tak sekolah melainkan kejar paket dan fokus dalam pembelajaran kitab kuning

Namun ada juga yg Tahfidz

Sampai disana, Fatimah menyalami dan memeluk mertua kakaknya itu yg juga dekat dengannya

Sebenarnya juga Fatimah akan dipinang oleh Salah satu sepupu Iparnya namun kalah cepat dengan Gus Manaf

Umi Halimah (Mertua Haura) memang belum 100% tau semua permasalahan Fatimah karna umi Halimah tau privasi kelurga

Umi Halimah sudah tak lagi memiliki suami jadi ponpes ini di binanya dibantu Gus Hisyam anak satu satunya juga dibantu oleh beberapa saudaranya

"Fatimah, kamu boleh menenangkan diri sampai kamu bener bener siap ketemu suami, tapi ndak bisa di Ndalem sini yah nduk, kamu dan suami kakakmu bukan mahrom juga jaga jaga takut abahmu kesini, kamu nanti tinggal sama Ning Khairunnisa atau Ning Nisa yg ada di komplek Tahfidz yah"

"Makasih yah umi, maaf Fatimah merepotkan"

"Ndak sama sekali nduk, umi tau yg kamu rasakan apalagi kalau sampai kamu ketauan abahmu kabur begini pasti akan lebih menyakitkan bagimu, di Komplek Tahfidz nanti kamu boleh ikut menyimak setoran santri yah karna kamu juga seorang Hafidzoh yah Fatimah"

"Nggeh umi, sekali lagi makasih yah umi"

**************

Dilain tempat, Manaf baru pulang rapat dan membelikkan minuman dingin yg sering dibeli istrinya itu

Dia masuk rumah sedikit bingung karna pintu rumahnya terbuka

"Fatimah" panggilnya setelah salam

Manaf menaruh minumannya di meja ruang tamu lalu masuk ke kamarnya, terlihat semuanya sudah rapi, istrinya tak ada disana

Manaf berjalan cepat ke lantai 2 dan tak ada istrinya juga

Dia langsung membuka hpnya menelfon istrinya namun panggilannya tertolak

"FATIMAAAHH" teriaknya dilantai 2 berharap istrinya mendengar karna dia masih merasa istrinya masih dirumah

Namun saat dia turun ke lantai 1 dan masuk kamar dia kehilangan beberapa baju istrinya yg lenyap, 1 baris baju istrinya sudah tiada, tas kecil yg pernah dibeli dengannya waktu itupun sudah tak ada

"Gak mungkin kamu berani pulang ke Abahmu Fatimah, pergi kemana kamu" monolognya kelimpungan karna istrinya benar benar pergi

Bodohnya tak mengunci pintu saat keluar tadi

Namun tanpa fikir panjang juga Manaf mengambil beberapa bajunya lalu kunci mobilnya dan pergi menuju rumah mertuanya

Sepanjang jalan dia terus menelfon istrinya yg berkali kali ditolak dan akhirnya di blokir oleh Fatimah

"Ya Allah Fatimah" keluhnya dikala kemacettan Jakarta






























************************

Kalau kalian jadi Fatimah, bakal maafin ndak ?

Ini kan bukan perselingkuhan, tapi menyakitkan

Segaris HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang