SH 20

36.4K 1.7K 25
                                    

Kita akan berharga bukan karna kita sempurna
Namun ketika kita berada ditempat yg bisa menerima kekurangan kita

{Widyaarrahma}
























Hingga dini hari, Manaf sampai di Al Munawar namun gerbang sudah ditutup, akhirnya dia menunggu diluar gerbang hingga tertidur di mobil

Saat ini masih jam setengah 2 pagi jadi santri belum pada bangun, jam santri bangun biasanya jam 3 pagi

Santri biasanya bangun jam 3 untuk ngantri mandi lalu disunnahkan untuk tahajud, dan sebelum jam 3 pun kamar mandi tak akan dibuka oleh pengurus karna mengoptimalkan jam tidur santri

Manaf terbangun saat alarm hpnya berbunyi tepat jam 3 lebih 10 menit, dia melihat satpam di Al Munawar pun sudsh bangun dan tengah menguletkan badannya

Manaf langsung turun dan meminta izin masuk, sontak satpam itu langsung mengizin kan

Manaf masuk ke Ponpes AlMunawar sudah terdengar suara murotal di masjid tanda santri disunnahkan untuk Sholat disepertiga malam

Sampai dirumah iparnya, Manaf melihat pintu rumah iparnya sudah dibuka, mungkin agar udara sejuk masuk kerumah itu

Sebenarnya Manaf merasa tak enak karna harus bertamu sepagi ini, namun ini permintaan kaka iparnya harus menemuinya sekarang

Manaf turun setelah memakai jaket karna pondok milik mertuanya ini juga berada didaerah pegunungan yg jam jam segini udara tengah dingin

Manaf mengetuk pintu rumah dan terlihat Gus Faris baru selesai Sholat dan mempersilahkan Manaf tuk masuk

"Mau istirahat dulu Naf ? Nyetir semaleman kan ?"

"Ndapapa mas, yang penting saya bisa liat Fatimah"

"Mas mau tanya Naf, ya ini termasuk kepo sih tapi mas pengin kalian damai apalagi ada anak yg tengah dikandung Fatimah, kamu belum tau toh ?"

"Belum mas, mas tau dari mana yah ?"

"Dari Haura, Fatimah memang menginap disana, Haura sudah cerita kalau kamupun kesana tapi ndak ada yg kasih tau kalau ada Fatimah disana, pagi kemarin Fatimah tespack ternyata sudah garis 2 tandanya dia sudah hamil"

"Alhamdulillah" ucap Manaf penuh Syukur tanpa sadar air matanya sudah menetes dan dia cepat cepat menghapusnya

"Apa masalah ini masih ada kaitannya dengan putri Gus Ahmad Naf ?"

Dengan ragu Manaf mengangguk, memang Navi ada kaitannya disini

"Naf, mas memang ndak setegas dan sekeras Nadif dan Ahnaf, tapi mas juga ndak rela kalau Fatimah disakitin, cara kami menyayangi Fatimah memang beda, tapi mas mohon, kalau mau memang mau Fatimah pulang ke Al Furqon, Hilangkan semua tentang Navisha, Dia sudah jadi istri orang bahkan sudah menjadi ibu, istrimu sekarang Fatimah, banyak loh putra kyai yg minta Fatimah tapi kamu yg terpilih Naf, jangan siasiakan, jangan sampai Mas yg maju untuk Fatimah jika kamu masih berlarut dengan Navisha"

"Iya mas saya tau dan saya sadar kalau saya salah, saya masih berusaha melupakan Navisha, berusaha membuang semua tentang dia, Fatimah pun membantu, namun ditengah proses itu saya malah teledor, salah menulis nama Fatimah dikado ulang tahun Fatimah, menulisnya malah nama Navisha mas"

"Oh ini permasalahannya, yah memang susah jika Fatimah harus bersaing dengan masalalu kamu, tapi mas mohon kalau memang kamu memang serius mau dengan Fatimah, jaga dia kalau nanti dia mau pulang lagi sama kamu, buang semua tentang masalalu kamu, jika nanti Fatimah memilih pulang lagi kesini, berarti kesempatan kamu sudah habis Manaf, mas kasih kamu 1 kesempatan saja"

"InsyaAllah mas, InsyaAllah bakal saya perbaikki hubungan ini"

******************

Selesai jamaah subuh Manaf disuruh istirshat dulu di kamar dilantai 1 dirumah Gus Faris

Keluarga Ndalem belumnada yg tau tentang kedatangan Manaf maupun keberadaan Fatimah yg ada disini

Mobil Gus Manaf diamankan Gus Faris dirumah salah satu kerabat diluar Pesantren, sholat Gus Manaf pun didalam rumah tak jamaah di masjid

Gus Faris membawa sepiring sarapan untuk adiknya setelah dia selesai sarapan dengan istri dan anaknya, Gus Faris mengetuk pintu dan terlihat Fatimah sudah segar penampilannya dsri pada kemarin

Keduanya duduk lesehan bersama didalam 1 kamar, Fatimah tak khawatir sebab Faris itu mahramnya, kaka kandungnya

"Dek, Manaf sudah sampai, dia lagi istirahat dirumah, kamu sudah siap ketemu Manaf ?" Tanya Faris ditengah adiknya makan

"Bingung mulai ngomongnya dari mana mas"

"Nanti, habis Dzuhur, mas minta Manaf kesini, kalian duduk bareng, omongin semua dengan kepala dingin, mas sengaja milih waktu setelah sholat, biar hati kalian tenang, mas dan mba gak akan ikut campur walaupun mas dan mba sudah tau masalah kalian, mas yakin adik mas ini gak sedangkal ini pemikirannya, kamu seorang penghafal Al Quran, kamu seorang yang dalam ilmunya, kamu pasti tau bagaimana harus menyelesaikkan semua ini"

Fatimah mengangguk lalu kembali memakan sarapannya

Lalu Fatimah mengambil hp diatas kasur, membuka sebuah room chat dan diberikan pada kakaknya itu

Faris membaca Chat dari adik lelaki terakhirnya itu yg banyak mengancam Fatimah, Ahnaf dan Nadif gak ada bedanya, sama sama keras, sama sama gak bisa diatur tapi hebatnya keduanya bisa mengatur diri hingga menjadi Gus terpandang yg banyak diidolakan kyai kyai besar tuk dijadikan menantu

"Gak usah fikirin, Ahnaf dan Nadif gak akan ada yg berani kesini, mas jamin itu"

Fatimah meminum air putih yg dibawa kakaknya setelah selesai menghabiskan sarapannya

Dia memandang kosong kedepan sembari memikirkan sesuatu

"Kenapa yah mas di masalah ini semua menyalahkan Fatim, Mas Nadif, mas Ahnaf, Abah, umi, semua nyalahin Fatimah, kenapa ndak tanya dulu apa masalahnya, Fatimah ndak minta kok jadi adik kalian, tapi kenapa kalian terus nyalahin Fatimah untuk semua masalah dirumah"

Faris memandang iba adik bungsunya itu, emmang benar, Nadif dan Ahnaf selalu menyalahkan Fatimah. Salah satu alasannya karna saat umi melahirkan Fatimah, beliau hampir merenggang nyawa

Faris mengusap kepala Fatimah lembut, dia sungguh tak tega mendengar suara tangis adiknya































****************************

Pada bingung gak sama silsilah keluarga Fatimah ?

Ada di Part 2 yah

Segaris HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang