Dengan masalalumu pun aku cemburu.
Andai saja aku menjadi Cinta pertama dan terakhirmu{Ning Fatimatuzzahra}
Permohonan mereka untuk mencari Fatimah di komplek Putri benar benar gagal, Gus Hisyam kekeh tak mengizinkan mereka masuk ke komplek putri sebab dirinya sendiri tak pernah sekalipun menginjakkan kaki di komplek yg ada di samping ndalem itu
Disana dibangun pagar beton yg tinggi agar santri putri nyaman tak ada lelaki yg masuk
Walisantri lelaki pun dilarang keras masuk kesana
Manaf memilih pulang ke Al Furqon karna ada tanggung jawab yg dia pikul, sebagai wakil kepala sekolah apalagi ini di akhir semester 1 banyak sekali pekerjaannya
Dia melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju Pesantren, kepalanya rasanya mau pecah karna kurang tidur ditambah belum makan
Jarak yg biasanya sampai 7 jam dia tempuh dg 5 jam karna memang jam tidak sibuk dan juga lewat tol
Sampai di Al Furqon dia langsung masuk kerumah yg sudah dibereskan oleh Ndalem dari Rumah uminya, dia masuk ke kamar dan menguncinya
Manaf memilih untuk tidur terlebih dahulu sebelum ke Sekolahan untuk mengerjakan sesuatu
Dilain tempat, Haura sudah menyuruh Fatimah tuk keluar dari area jemuran itu, terhitung hampir 1 jam setengah Fatimah disana
"Makan dulu dek, belum makan toh kamu" ucap Haura membawa kotak makan dari Ndalem
"Udah pulang mba semuanya ?"
"Udah, tadi mau masuk sini tapi mas Hisyam cegah"
Haura dan Fatimah duduk di kamar Fatimah, kedua putri kyai Zaid itu saling memberi kekuatan untuk melajutkan takdirnya
"Kenapa yah mba hidup aku gini banget, lahir juga aku ndak minta, dari kecil dibedain sama mas masku, pas udah nikah harus bersaing sama Navisha" keluh Fatimah setelah selesai makan dan membuang kotak makan sekali pakai itu
Dia mengambil air minum yg ada di luar kamar lalu kembali masuk dan duduk didepan kakaknya yg tengah membuka hpnya
"Kamu gak perlu bersaing dengan Navisha, Fatimah. Kamu sudah menang atas Manaf, Navisha juga ndak minta bersaing dengan kamu, yg sekarang harus kamu lakuin adalah ambil hati suamimu, lakukan apa yg dia sukai, tapi bukan berarti kamu kalah, kamu hanya sedang berusaha mempertahanin rumah tanggamu"
"Aku gak tau mba akan bertahan atau tidak, ndak ada alasan aku untuk bertahan mba"
"Mba ndak bermaksud bela Manaf yah, Mba, Umi dan mas Hisyam sangat senang kamu disini, tapi tadi mba, umi dan mas Hisyam pun liat sendiri Gus Manaf memohon sama mas Hisyam biar bisa masuk komplek putri, beberapa kali mba liat gus Manaf menghapus air katanya Fatim, mba ndak minta kamu untuk kembali sekarang, mba minta kamu perjuangin rumah tanggamu Fatim"
"Difikiran dan hati Gus Manaf itu hanya ada Navisha mba, gak ada aku sama sekali"
"Manaf hanya butuh waktu lebih banyak sama kamu sampai dia benar benar bisa melupakan masalalunya itu, mba tau adik mba hebat, adik mba orang pilihan Allah yg diberi ujian lewat suaminya, fikirin lagi tentang perpisahan itu yah dek, jangan mikirin mba atau yg lain, fikirin diri kamu, capenya kamu selama setahun bareng sama Manaf, masa mau mundur ditengah jalan sih dek"
"Aku harus apa mba ? Perjuangan aku sia sia mba"
"Ndak sia sia dek, buktinya dia mau kesini nyari kamu, artinya dia masih nyariin kamu, masih khawatir sama kamu, mba dan mas Hisyam kasih kamu waktu berfikir yah, kami membeebaskan kamu selama apapun kamu tinggal disini, tapi inget dek, kamu punya tanggung jawab, sebagai Istri, Sebagai menantu kyai, sebagai Guru untuk santri santrimu"
Fatimah terdiam tak tau harus berkata apa lagi, semalam pun dia memikirkan hal ini, mau selama apa dia disini, di sekolahan masih banyak tanggung jawabnya walaupun jika memang dia memutuskan tak lagi mengajar disana Manaf pasti akan mengizinkan
"Makadih yah mba kasih aku tumpangan disini"
"Dek, bahasanya jangan seperti kamu orang lain yah, kamu adik mba, selama apapun kamu disini mba gak masalah, umi Halimah pun sangat senang kamu disini, makanan tadi yg menyiapkan dan memasakkan itu beliau katanya makanan kesukaan kamu kalau disini, kamu boleh disini, bukan menumpang, kamu juga ada jasa disini, membantu para Asatidz dslam setoran tahfidz, tenangin hatimu yah dek"
Fatimah mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di pundak kakak perempuan satu satunya itu, pundak satu satunya pula tempatnya bersandar jika ada masalah. Jasa kakaknya sangat besar padanya
Tak lama hp Fatimah yg ada di rak kitab kosong itu bergetar tertulis nama Mas AnNadif Malik disana
"Mba, Mas Nadif nelfon, pasti mau marahin aku" keluh Fatimah
"Angkat aja, di speeker nanti mba ajarin jawabnya"
Fatimah menganggukinya lalu mengamgkat telfon itu disamping Haura
Dimana kamu Fatimah ?
Ucap Gus Nadif setelah salam, dari sana pun terdengar suara Ning Nisa yg seakan menenangkan suaminya
Kenapa memangnya mas ?
Mas tanya kamu dimana, jangan jawab dengan pertanyaan lagi Fatimah
Ya memangnya mas nanya aku dimana buat apa mas ?
Ada masalah apa kamu sama Manaf ?
Apapun masalahnya gak akan penting buat Mas kan ? Apalagi buat abah, mas nelfon kaya gini mau marahin Fatimah ?
Mas marahin kamu juga karna kamu salah Fatimah
Iya aku salah mas, kenapa aku gak mati aja yah pas lahir, kenapa aku bisa lahir jadi anak terakhirnya kyai Zaid, iya aku yg salah mas karna aku pertahanin diri buat lahir sampai besar begini, Bener kata mas Nadif, aku salah
Jangan lari dari topik yg mas bicarakan Fatimah !!
Tapi emang bener kok, Fatimah yg salah, Fatimah yg salah karna lahir jadi adiknya mas Nadif, yg suka merepotkan
Jangan tanya keadaan Fatimah sekarang, penuh dengan air mata, apalagi sebelum Nadif tadi Gus Ahnaf pun menelfon namun tak terangkat, gus Ahnaf juga menanyakan keberadaannya kemungkinan abahnya sudah memberi tahu semua kakaknya
Kamu emang keras kepala Fatimah
Iyah, Fatimah keras kepala, gak bisa diatur, gak nurut, ngerepotin, nyusahin, banyak maunya. Itukan yg mau mas bilang ke Fatimah
Haura langsung memeluk erat tubuh adiknya itu
Nadif memang adik dari Haura namun Haura sendiri tak berani karna memang adiknya itu benar benar keras dan tegas sama seperti abahnya
Fatimah langsung mematikkan telfon itu lalu memeluk erat tubuh kakaknya
"Kenapa semua nyalahin aku mbaaaaa"
************************
Kalau kalian di posisi Fatimah gimana ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Segaris Harapan
Fanfiction"Gus, Njenengan minta saya baik baik ke Abah saya, kalau memang belum siap beristri, pulangkan saya baik baik ke Abah saya, sebab kalau saya pulang sendiri, Harga diri Gus sendiri yg akan turun, saya disini berusaha menjaga harga diri Gus" "Masuk ke...