Kepala ikan yang sudah dicuci tersebut kemudian dimasukkan ke presto. Reenan bersiap menyiapkan bumbu ketika mendengar rekannya berujar, "Perempuan berambut pirang semalam memang cantik." Dia refleks menoleh ketika rekannya berbadan gelap di sampingnya melanjutkan. "Sayang sekali, kita tidak boleh menjalin affair dengan penumpang."
"Aku–"
"Tentu saja, kalian bisa melanjutkan hubungan terlarang itu jika tur ini berakhir."
Celaka! Brad pasti melihat kejadian semalam. Dia pun kesal setengah mati ketika tahu Katarina, penumpang keturunan Asia tersebut, tidaklah mabuk, tetapi berani sekali memberikan kecupan.
Dengan cengkeram kuat memegang ujung pisau, Reenan membalas. "Well, itu tidak akan terjadi lagi. Anggap saja dia sedang khilaf."
"Apakah artinya kau sedang tidak menikmati ciuman itu?"
"Kau pasti melihat aku langsung menghindarinya."
Pembicaraan ini sebaiknya tidak berlanjut. Jauh lebih baik membicarakan apa pun daripada mengingat perlakuan Katarina. Ciuman itu kesalahan. Meski Reenan tidak pernah mengharapkannya, rasanya seperti sedang berselingkuh.
"Berapa kali aku melihat kalian berbincang. Perempuan cantik dan ramah, jelas-jelas menunjukkan ketertarikannya."
Sungguh, Reenan tak sedikit pun ingin membahasnya. Usai kejadian semalam, dia menjadi gelisah. Matanya sulit memejam karena wajah kesal Agista terus menghantui. "Omong-omong, kau sudah menyelesaikan bumbu karinya?"
Brad segera menangkap maksud tersebut agar menghentikan percakapan ini. Mungkin sadar sudah menyentuh area pribadi sahabatnya. Di sisi lain, Reenan berdengkus jengkel. Semalam, dia agak kasar pada Katarina. Setengah membentak perempuan yang tampak terkejut usai melepaskan diri dari ciuman tiba-tiba tersebut. Reenan sudah sangat jelas menunjukkan ketidaktertarikannya. Pembicaraan mereka hanya seputar basa-basi jika Katarina yang menyapa lebih dulu.
Reenan menghentikan segala pikiran mengenai tindakannya. Semalam bukanlah apa-apa. Ada yang harus dikerjakannya saat ini. Sementara Brad menyelesaikan menu lain, dia pun harus menuntaskan fish head curry khas Singapura ini. Kepala koki menyebutkan mengenai beberapa menu khas negeri singa yang harus mereka siapkan. Reenan menduga karena sebagian penumpang ada yang berasal dari negara tersebut, mereka perlu menciptakan momen nostalgia. Terlebih, mereka akan bersandar di sana dalam waktu dekat sebelum melanjutkan perjalanan.
"Hei, aku lupa menyimpan wajan untuk menu ini." Brad menyeru cukup keras. Lalu, jawaban untuknya segera menyusul.
Reenan memberikan jempolnya singkat. Sudah sejak dulu, mereka selalu diingatkan untuk menggunakan peralatan masakan khusus. Ini demi menjamin kehalalan menu tertentu yang mereka sajikan.
"Aku sudah tak sabar agar kapal segera bersandar." Brad menyahut. Kalimat itu ditujukan untuk Reenan. "Sejak bekerja di sini, aku belum pernah benar-benar untuk berkunjung ke negara Asia satu itu."
Berbeda dengan Brad yang kadang hanya menikmati kesendiriannya di kapal, Reenan justru antusias untuk berpetualang meski sebentar. Berkunjung di sebuah tempat tidak akan pernah disia-siakannya. Menikmati kuliner. Berfoto dilatar belakangi laut. Terakhir, mendapatkan koin khas sebuah negara. Oleh-oleh spesial untuk Agista. Namun, kali ini dia memiliki misi lain. Membeli ponsel demi menghubungi pacar yang mungkin sudah uring-uringan di sana.
Rutinitas di kapal sedikit membantunya lepas dari obsesi tersebut. Maka, ketika dia berhasil ke daratan, Reenan sesegera mungkin membeli peralatan komunikasi tersebut. Sesuai dugaanya, Agista memang mengomel. Karena rindunya mengalahkan apa pun, Reenan tidak akan membantah.
Hanya saja, omelan Agista agak berbeda. Itu membuktikan firasat jeleknya belakangan ini. Benaknya sudah penuh dengan rasa bersalah lalu Agista malah menambahkan dengan permintaan lain.
"Aku lagi enggak nyindir kamu, kok. Dalam kondisi santai aja, kamu udah syok banget. Heran, deh, kenapa kamu takut banget aku mengungkit soal lamaran? Menikah sama aku semenyeramkan itu, ya?"
Tentu saja menikah dengan Agista bukanlah hal menyenangkan. Dari sejak melihat Agista, Reenan tidak pernah berpikir untuk berjumpa dengan perempuan lain. Dia hanya... dia belum siap meninggalkan segalanya tentang laut. Dia tidak pernah mengerti kenapa orang-orang menggampang kesiapan untuk menikah.
Lebih dari itu, Reenan masih ingin berada di laut. Menjadi koki di restoran akan jauh berbeda saat melakukannya di kapal. Ya Tuhan, padahal Agista sangat paham mengenai impiannya ini.
Begitu topik sensitif ini muncul dalam percakapan, Reenan sudah yakin mereka tidak akan baik-baik saja. Lihat, Agista malah mengancamn. Apa tadi katanya? Calon suami?
Sial, Agista memutuskan sambungan dan tidak memberikan kesempatan untuk berbicara. Reenan memandangi ponsel dan ingin mengumpat begitu keras. Agista tidak boleh bersama dengan orang lain!
Ini tidak mungkin terjadi, kan? Agista tidak akan dengan mudah meninggalkannya. Sekali lagi, Reenan memandang ponsel di tangannya usai menelepon dan mendapati suara mesin yang menjelaskan ponsel perempuan yang hari ini mengaduk-aduk perasaannya, memilih untuk mendiamkannya.
Agista tidak serius dengan ucapannya. Pasti. Reenan tahu seberapa besar cinta yang telah diterimanya tak peduli seberapa banyak omelan yang juga diterimanya. Sembari menyugar rambut tebal bergelombangnya, dia berjalan tanpa arah. Tatapannya jatuh pada jalanan. Agista hanya menggertak. Agista tidak mungkin menemukan pengganti dengan mudah.
Akan tetapi, perempuan itu begitu cantik. Tak peduli seberapa keras kepala perempuan yang sudah menawan hatinya itu, pandangan lelaki selalu akan tertuju pada Agista. Reenan akan membiarkan mereka memulihkan amarah. Besok, dia akan menghubungi Agista. Merengek dan menyanjungkan berbagai pujian agar keduanya bisa berbaikan.
Begitu Reenan berhasil menenangkan diri, langkahnya berbalik menuju dermaga. Hanya saja, langkahnya menjadi tidak mantap saat bertatapan dengan Katarina. Ugh, tidak sekarang!
Katarina memandang dengan wajah jengkel. Alih-alih melengos pergi, perempuan berkemeja putih tersebut justru mendekat. Kedua tangannya terlipat. "Kau sama sekali tidak meminta maaf."
"Maaf." Reenan mengucapkannya dengan tulus. Masalah di antara mereka harus jelas dan selesai.
"Aku tidak membicarakan tentang kejadian malam itu," Katarina menyingkirkan helai-helai rambut yang menutupi sebagian pandangannya. "Tapi semua sikapmu yang membuatku salah sangka."
Reenan memicing. Apakah dia perlu putar balik demi menghindari perempuan yang meminta penjelasan ini. Dia merasa tidak berutang apa pun. "Aku sama sekali tidak pernah menggodamu." Dia bukan lelaki yang suka tebar pesona. Sepanjang bersama Agista, kepercayaan dirinya tumbuh. Bukan berarti dia pun mengumbar-umbar pesonanya pada tiap perempuan. "Atau bersikap kurang ajar."
"Paling tidak," Katarina berdengkus. "kamu memberiku sinyal jika sedang tidak tertarik padaku."
"Aku memiliki kekasih."
"Itu kesalahanmu yang lain." Perempuan di depannya ini mengucapkan kalimat tersebut dengan berapia-api. "Semestinya kamu mengatakannya sejak awal hingga semua jelas."
Saat ini, Reenan sudah cukup pusing dengan apa yang baru saja terjadi. Nyaris dua ribu kilometer dari tempatnya berdiri, seseorang sedang mengancam akan mengakhiri hubungan. Lalu ada Katarina.
"Aku mengira, kamu hanya belum tertarik. Aku hanya perlu berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkanmu."
"Maafkan aku." Reenan sungguh berharap, perempuan yang tampak ingin menangis ini membiarkannya pergi. Seorang rekan salah paham atas kejadian saat Katarina mengecupnya saja sudah membuat ketar-ketir. Dia berusaha menghindari segala aturan ketat termasuk terlibat hubungan asmara dengan penumpang. "Maafkan karena aku tidak memikirkan perasaanmu. Aku sungguh serius, ada orang yang sangat aku cintai." Dan sedang mengancamku.
Katarina membuka mulut. Reenan mencoba untuk mendengar. Yang ada, Katarina berbalik dengan langkah gegas. Langkah yang kian jauh itu sedikit membuatnya bersalah. Reenan kembali mengambil ponsel dan menghubungi Agista.
Benda sialan di tangannya ini masih belum bisa menghubungkannya dengan Agista.
***
Love, Rara
Pinrang, 06 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kali Kedua
RomanceAgista minta putus dari Reenan. Pacar baik hati dan gantengnya yang satu dekade menjalin hubungan enggak kunjung datang melamar. Usai mencampakkan koki kapal pesiar itu, Agista pun berburu calon suami. Akan tetapi, pencariannya tidak mulus karena e...