Thomas

9 0 0
                                    

Cowok berkemeja biru di depannya yang membuka pintu menuju ke klinik Mami tampak familier. Agista tidak sadar sudah menghalangi langkah cowok itu dengan mematung sembari terus mengingat-ingat.

“Halo.” Suara cowok yang perlahan menguak senyum itu menjentikkan jari. “Kamu pengin ke dalam?”

“Oh, maaf.” Agista melangkah mundur untuk menyilakan sosok di depannya melangkah lebih dulu.

“Kamu aja yang duluan.” Cowok itu masih memegang pintu kaca itu. Agar pintu mementang lebih lebar, dia bergerak mundur. “Apa ada sesuatu di wajahku?”

“Oh, enggak.” Agista kelabakan. Dia merasa tidak enak. “Cuman, aku, kok…” Dia menelan ucapannya. Dia merasa tidak sopan jika langsung mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Sembari mendekati pintu, Agista terus saja melekatkan pandangan pada wajah persegi kecokelatan tersebut.

Agista sudah berada di klinik. Pegawai yang berada di resepsionis seketika mengangkat kepala lantas mengumbar senyum. Sapaan itu dibalas Agista singkat saja. Perhatiannya masih terfokus pada cowok di dekatnya. Omong-omong, cowok itu pun belum beranjak. Malah, dia mengulurkan tangan, menampakkan tangannya yang besar.

“Thomas.”

“Agista.” Nama itu sama sekali tidak menampilkan apa pun mengenai informasi mengenai cowok tinggi yang masih mengulas senyum.

“Sekarang, aku udah ingat kapan kita bertemu.”

Detik itu juga, Agista membelalakkan mata. Dia terkesiap dengan fakta yang dibeberkan itu. Bukan hanya dia yang merasa mengenal cowok ini. “Oh, ya?”

“Salah satu undangan yang hadir di pesta Joa kemarin, kan?” Cowok berambut cokelat gelap tersebut menelengkan kepala. “Kamu cewek dress serba hitam itu.” Thomas kemudian mengedikkan bahu. Lalu, dengan santainya berkata, “Mungkin aku muncul di salah satu gambar yang kamu potret.”

Seketika, Agista menepuk kedua tangan. Dia ingat betul pada foto itu. Pada kerumunan orang di salah satu spot menarik dekat kolam. Hanya Thomas yang menatap kamera. Beberapa kali, Agista memandangi foto tersebut. Selain karena diambil layaknya seorang profesional, wajah Thomas begitu menarik. “Pantesan aku kayak enggak asing sama kamu. Maaf kalau tadi aku udah enggak sopan.”

“Bukan cuman kamu yang merasa kayak gitu. Tadi itu, aku bisa menutupinya dengan baik.”

Agista meringis karena sedikit malu. “Bagus, deh. Aku merasa enggak perlu khawatir karena bikin kamu risih.”

“Gimana dengan hasil potret kemarin itu? Aku boleh lihat?”

Dengan pelan, Agista menyanggupi permintaan tersebut. Oh. My. God! Tekannya dalam hati. Pertemuan ini sungguh tak terduga. Agista harus mengorek informasi dari Mami setelah ini mengenai si cowok maskulin di depannya.

“Wow! Ini bagus.”

Sayangnya, Agista tidak bisa melanjutkan percakapan karena Thomas harus mengangkat telepon. Karena tidak ingin bersikap kurang adab, dia pun mengucapkan pamit. Meskipun, dia berusaha keras untuk tidak menengok ke belakang.

Agista tidak berharap banyak akan ada pertemuan selanjutnya. Kecuali jika cowok itu tidak memiliki pasangan. Rasanya mustahil. Cowok ganteng mana, sih, yang betah sendirian lama-lama? Ah, Alan mungkin pengecualian.

Dalam waktu singkat, Agista sudah tiba di ruangan Mami. Ruangan berwarna mint itu cukup sejuk karena suhu AC yang tidak terlalu tinggi. Dia langsung mengambil posisi di sofa sementara Mami sedang menelepon di dekat jendela.

Sembari menunggu Mami yang sudah mengenakan pakaian ganti, Agista kembali mengamati hasil potretnya. Dia memfokuskan perhatian pada Thomas. Andai dia bisa mendapatkan pengganti Reenan dalam waktu dekat. Kalau bisa, sih, harus cakep juga. Minimal kayak Thomas.

“Mami baru selesai ngobrol sama Binar.” Mami bersuara usai mengakhiri pembicaraan di telepon. Beliau bergerak ke meja dan merapikan tempat itu. “Dia pengin gabung dengan kita. Agista, kamu mendengar Mami, kan?”

Agista terkesiap. Dia tidak mendengarkan seluruh ucapan Mami tadi. Di kepalanya hanya ada satu pertanyaan yang pada akhirnya terlontar begitu saja, “Cowok yang namanya Thomas langganan perawatan di sini, ya?”

***

Love, Rara
Pinrang, 13 Juli 2023

Cinta Kali Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang