Dorongan Hati

13 0 0
                                    

            Usai perjalanan dari Jepang, akhirnya Reenan dan semua pekerja di kapal pesiar mendapatkan jatah libur. Sebelum ini, dia akan bersemangat untuk pulang. Tidak hanya merindukan keluarga, tetapi dia ingin bertemu dengan Agista secepatnya.

Hal yang sudah lagi tak bisa Reenan lakukan. Begitu tur ke Jepang berakhir, Katarina memberikan nomor. Perempuan yang sudah tidak lagi memendam rasa benci itu mengaku agar mereka tetap melanjutkaan komunikasi.

Mungkin, sekali-kali Reenan akan menghubungi untuk sekadar bersikap sopan dan membalas kekurang ajarannya. Meski dia begitu yakin, tidak akan ada lagi komunikasi di antara mereka. Reenan akan kembali ke kampung halaman dan sibuk pada apa pun yang Bapak berikan. Berbeda dengan Katarina yang bisa saja menemukan pengganti. Memang sebaiknya itulah yang terjadi.

Kepulangan Reenan sepertinya tidak diharapkan. Bukannya mendapatkan wajah hangat beserta pelukan, dia malah menerima amukan dari Ibu. Seumur-umur, dia baru merasakan cubitan berkali-kali dari wanita tangguh yang melahirkannya itu.

Persoalan yang membuat Ibu masih marah tentu saja karena kemungkinan besar Agista tidak bisa lagi menjadi menantu kesayangan beliau. Bapak pun sama. Sepanjang waktu, lelaki yang kadang-kadang jauh lebih cerewet dari Ibu, hanya mendiamkannya. Oleh-oleh melimpah dari Reenan hanya dikerubuti adik-adiknya.

"Kalian akan terus bersikap begini padaku?"

Bapak yang memelotot. Beliau tampaknya kesal setengah mati. "Kami marah karena sebenarnya kamu pasti memiliki kesalahan yang tak termaafkan pada Agista. Apa yang ada di otakmu sampai membuat anak sebaik itu memutuskan hubungan kalian? Selama di sini, kamu harus mendapatkan maafnya."

Pertama-tama, Reenan harus bertemu dengan Alan untuk memastikan sesuatu. Dia kesal setengah mati pada dirinya karena begitu saja percaya pada postingan dari lelaki itu. Sayang sekali, dia tidak memiliki kesempatan bertemu Alan dalam beberapa hari ini. Si berengsek ternyata tidak ada di apartemennya. Ajakan bertemunya pun tak Alan gubris.

Kini, Reenan memasuki restoran ternama. Beberapa waktu lalu, Tante Yuri menelepon untuk bertemu. Reenan rasanya belum siap. Entahlah, dia menjadi pengecut setelah putus dari Agista.

Tentu saja pertemuan ini akan membahas dirinya dan Agista. Seandainya saja dia bisa menemukan Alan agar bisa menarik si berengsek itu. Para tetua sebaiknya tahu jika kekacauan ini karena ulah si penulis itu.

Seorang pramusaji berwajah ramah menuntun Reenan untuk memasuki ruangan yang sisinya disekati dinding kaca. Interior ruangan ini terkesan mewah dan elegan. Meski kondisi finansial keluarganya sudah membaik, dia masih saja syok pada kemewahan yang menyertainya.

Tante Yuri bukannya sosok wanita glamour. Namun, perempuan yang memiliki klinik kecantikan sukses tak begitu suka dengan keramaian. Ya, jauh berbeda dengan anak-anaknya. Meski dia tahu betul, Agista dan kedua saudaranya bukanlah tukang pamer.

Reenan memasuki ruangan dengan beberapa meja. Hanya beberapa orang yang menikmati santapannya di ruangan berpencahayaan temaram. Tante Yuri duduk di salah meja yang dekat dengan bar. Beliau sedang mengenakan kacamata saat tatapannya berfokus pada Ipad.

Sebagai awalan, Reenan mendeham dan menyapa sopan. Tante Yuri segera menyadari kehadirannya dengan melengak. "Aku terlambat. Maaf."

"Enggak perlu, Re." Tante Yuri mengibaskan tangan usai melepas kacamata dan menjauhkan Ipad. "Kita berdua datang jauh lebih cepat dari janji temunya, kan? Jadwalku sudah kosong, jadi tidak ada salahnya datang lebih awal. Aku hanya duduk sepuluh menit kemudian kamu muncul."

Cinta Kali Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang