Butuh Penyelesaian

37 0 0
                                    

            Mata Agista pasti sedang bermasalah. Ini hanya efek kelelahan karena seharian tenaganya terkuras. Namun, kenapa dirinya harus menghalusinasikan Reenan? Mungkin seseorang berambut tebal dan penuh brewok itu hanya mirip dengan mantannya. Karena seingatnya, Reenan tak pernah setidak modis itu.

Agista mengabaikan cowok yang terus berdiri sembari berkacak pinggang tak jauh dari pintu unitnya. Ketika jaraknya dengan cowok berkemeja flanel kian dekat, Agista mematung. Dia menelan ludah sebab seseorang itu memang Reenan!

"Akhirnya kamu datang juga." Reenan menoleh dan langsung menyuarakan nada kesal. "Aku udah menunggu lama di sini."

Seketika, kemarahan Agista memuncak. Jangan kira, dia sudah memaafkan perlakuan buruk si bajingan ini dengan mudah. Terlebih, si mantan malah muncul di unitnya dengan penampilan... aduh, untung mereka sudah putus. Kalau tidak, Agista akan mencak-mencak melihat penampilan buruk Reenan.

"Ngapain di sini?" ingatan Agista masih bagus. Dia memastikan semua chat sudah mendapatkan balasan. Selain itu, dia tak mendapatkan chat dari cowok ini yang menyebutkan sedang menunggu di sini. "Ish, kamu tuh..." Agista ingat kalau tak berhak lagi mengoceh mengenai apa pun yang tampak pada cowok berparas jengkel ini. "Aku capek dan lagi enggak pengin menerima tamu."

"Aku enggak perlu masuk. Kita bisa bicara sekarang di sini." Reenan lantas menempelkan tubuhnya tepat di pintu unit Agista. "Dari mana kamu?"

Tidak ada lagi tenaga untuk sekadar marah-marah. Maka, Agista mengembuskan napas agar masih bisa bersikap waras. "Bukan urusanmu." Agista kemudian bersedekap. "Mungkin kamu lupa kalau aku bisa melakukan kekerasan." Ya, dia bisa menggunakan tasnya ini untuk memukuli badan bahkan kepala si cowok, yang sialnya, tidak bergeming di depannya.

"Oh, ya?" Reenan mengedik. "Kalau begitu, silakan aja."

Dua tangan Agista mengepal. Ancamannya tidak diacuhkan oleh Reenan. Koridor lantai ini sepi. Meski begitu, dia enggan untuk memancing keributan. Bukan hanya itu, dia tidak ingin menjadi tontonan di ruang kontrol keamanan karena terekam CCTV. "Aku beneran serius," desisnya begitu pelan, yang diyakininya akan terdengar lawan bicaranya. "Pergi sekarang juga."

"Aku pasti pergi. Tapi, aku pengin bicara." Reenan menambahkan ketika Agista mengambil langkah panjang sembari mengayunkan tasnya. "Aku udah ketemuan sama Alan."

Sontak, Agista menahan tangannya di udara yang masih memegang tas. Ada apa Reenan menemui Alan?

"Kalian sedang mengecohku, ya?" Reenan mengambil jarak dari pintu. "Kalau kamu udah kepengin banget putus, enggak perlulah sampai pura-pura pacaran segala dengan Alan."

"Jangan asal bicara, ya?" Agista menyeru. Di dalam hati, dia mengumpati Alan. Mungkinkah Alan mengatakan hal sejujurnya pada Reenan? Kalau begini, seolah sahabatnya itu sedang menyerangnya balik.

"Aku enggak menyangka Alan membantumu menjalin hubungan dengan cowok asing."

"Apa, sih?"

"Sebenarnya, apa yang aktor itu janjikan sampai kamu pengin putus dariku? Dia ingin melamarmu sesegera mungkin, hm?"

"Udah, ya, Re!" telunjuk Agista terentang. "Pergi sekarang juga atau aku panggil sekuriti."

"Silakan kamu panggil sekuriti, Gis. Aku enggak pergi sebelum kita bicara sejelas-jelasnya. Dia mampu mewujudkan semua apa yang kamu inginkan hingga berpaling dariku."

"Kamu yang selingkuh–"

"Jangan selalu menggunakan alasan kalau aku berselingkuh, Gis. Itu udah basi. Karena kita tahu betul, aku enggak mungkin selingkuh."

"Hanya karena aku pernah cinta banget sama kamu–"

"Sebenarnya, apa, sih, yang Alan bilang ke kamu, Gis?" Reenan mendekat. "Dia bilang kalau perempuan itu tergila-gila padaku hingga menciumku begitu saja?"

"Cukup!" Agista menutup telinga dengan kedua tangan. Dia benci jika ucapan Reenan benar. Dia benci jika anggapannya selama ini salah. "Pokoknya, aku udah enggak ada rasa lagi sama kamu."

Reenan tetap mendekati Agista meskipun tak ada tanda-tanda penerimaan. "Aku berusaha menjaga hatiku untuk kamu seseorang, tapi ternyata, kamu yang lebih dulu menyerah pada hubungan kita."

***


Love, RaraPinrang, 22 Juli 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Kali Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang