Aku, Kamu, Lapangan

2.1K 175 18
                                    

Sudah hampir dua jam lebih Nabila hanya berbaring di ranjang klinik fakultasnya. Kali ini ia sudah merasa jenuh sekali. Ingin sekali ia keluar dan ikut kegiatan ospek, tapi pasti tidak akan ijinkan oleh Abangnya.

Padahal saat ini Nevan malah tertidur di sampingnya, ia juga tidak tega untuk membangunkan Abangnya itu. Nabila yang sudah kepalang bosan akhirnya mencoba meraih hp-nya yang ada di nakas sampinh ranjangnya. Di ambilnya hp-nya dan ia mulai membuka aplikasi Instagram.

Saat ia sedang asik scroll tiba-tiba ia teringat Kak Rony, akhirnya ia memutuskan untuk men-dm katingnya itu. Siapa tahu dengan men-dm Rony bisa sedikit menghilangkan bosannya.

Setelah membaca chat Rony yang terakhir Nabila pun memutuskan untuk membangunkan abangnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca chat Rony yang terakhir Nabila pun memutuskan untuk membangunkan abangnya itu. Dengan pelan-pelan tangan Nabila mulai menepuk pelan pipi Nevan seraya membangunkannya.

"Bang, bangun Nab bosen nih, ayo kita keluar aja ya? Nab mau lihat yang lagi ospek," Ujar Nabila sembari tangannya terus menepuk pipi Nevan pelan.

Danil yang merasa ada yang menepuk-nepuk pipinya pun mulai bangun dari tidurnya. Tanganya mulai mengusap mukanya dengan kasar, agar bisa sadar sepenuhnya.

"Kenapa Nab? Pusing lagi?" Tanya Nevan sembari memegang kepala Nabila.

"Enggak, Nab udah sembuh kok. Nab bosen Bang, keluar yuk," Ajak Nabila di iringi dengan puppy eyesnya yang selalu membuat orang disekitarnya tidak bisa menolak permintaannya, termasuk Nevan.

"Beneran udah gak pusing?" Tanya Nevan memastikan kembali kondisi adiknya.

"Beneran, Nab udah sembuh."

"Yaudah iya, ayo keluar. Tapi nanti kamu nonton aja ya? Jangan ikut kegiatan ospeknya oke?"

"Tsiap Bang."

"Tapi nanti kamu sendiri gak papa? Abang ada kelas habis ini."

"Gak papa Bang."

"Oke."

"Yaudah ayo bangun, Abang bantu. hati-hati bangunnya," Ujar Nevan sembari membantu Nabila bangun dari tidurnya.

"Iya Bang iyaa," kata Nabila sembari memegang tangan Nevan sebagai tumpuan untuk bangun dari tidurnya.

"Hati-hati Nab."

"Iyaa, abangku yang ganteng. Nab udah pelan-pelan lho ini. Nab cuman habis pingsan ya jangan berlebihan ah."

"Ya gak gitu, Abang kan cuman khawatir aja."

Nabila yang mendengar jawaban Nevan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Terkadang ia capek dengan sang kakak yang selalu protektif kepada dirinya, ya walaupun ia juga tahu alasannya apa, tapi ia juga capek terus diperlakukan seperti anak kecil seperti ini. Bahkan untuk sekedar ada kerjaan yang memang mengharuskan ia pulang malam saja tidak boleh, harus ditemani oleh Nevan atau Nael.

C R U S H (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang