Nabila baru saja bangun dari tidurnya, ia langsung mengecek hp yang ada di sebelahnya. Ketika ia cek ia dikejutkan dengan banyaknya notif dari media sosialnya.
"Gilaaa, ini siapa sih yang ngevideo? Kok jadi rame gini?" Gumam Nabila sembari terus menscroll komen yang ada di video tersebut. Banyak sekali komen yang menyemangatinya, namun banyak juga komen yang menghujat Paul dan juga Cala. Nabila merasa tidak enak dengan Paul dan Cala, ia benar-benar tidak ada niatan untuk menyebarluaskan masalah ini. Ia juga tidak tahu kalau ada yang mengambil video mereka saat ketemu kemarin. Nabila bingung harus berbuat apa? Pikirannya kalut sekarang, ia pun akhirnya berlari keluar kamar untuk menemui abangnya.
"Bang, bang Nevan dimana?" Teriak Nabila memanggil-manggil nama Nevan.
"Kenapa Nab? Abang di kamar," Ujar Nevan menjawab di balik pintu kamarnya. Mendengar jawaban Nevan. Nabila langsung berlari ke arah kamar kakaknya itu. Nabila langsung membuka pintu kamar Nevan yang memang tidak dikunci dan ia pun langsung menubrukan tubuhnya ke arah Nevan, ia menangis sejadi-jadinya dipelukan abangnya.
"Kamu kenapa Nab?" Tanya Nevan yang merasa bingung dengan tingkah adiknya yang datang-datang langsung menangis.
"Sini duduk dulu, habis itu cerita kenapa?"
Nabila mengikuti arahan Nevan. Ia duduk di pinggir kasur dengan Nevan yang berada di sampingnya.
"Jadi kenapa kamu nangis?"
Nabila mengeluarkan hp-nya, ia menunjukan video yang ia tonton tadi. Nevan mengambil hp Nabila dan menonton video tersebut, sekarang Nevan tahu alasan kenapa Nabila menangis, semua itu karena videonya yang membongkar kejahatan Paul tersebar di media sosial.
"Aku harus gimana Bang? Aku gak ada niatan buat nyebarin kek gitu, aku kasian sama Paul, sama Cala juga mereka jadi dihujat gara-gara aku. Aku gak tahu kalau ada yang ngevideoin kita, aku gak tahu kalau bakal rame gini. Aku harus gimana?"
"Tenang dulu, tenangin diri kamu dulu, kamu gak harus ngapa-ngapain, toh kamu gak salah kan? Mereka berhak buat dapet pelajaran kan? Ya mungkin ini pelajaran buat mereka. Kamu gak usah ngerasa bersalah."
"Tapi Bang, kasian Paul sama Cala. Mereka juga gak seharusnya dapat hujatan kek gini, aku gak tega Bang, bagaimanapun juga Cala tetap sahabat aku. Paul juga pernah jadi bagian dari perjalanan hidupku, aku gak mau juga mereka di hujat kek gini Bang."
"Nab, dengerin Abang. Kamu gak salah, jadi kamu gak usah ngerasa bersalah, toh bukan kamu juga yang nyebarin videonya kan? Kamu juga gak ada niatan buat ngelakuin itu kan? Jadi please abang mohon jangan salahin diri kamu sendiri. Abang bakal coba cari siapa yang pertama kali nyebar itu video, kamu tenang aja."
"Makasih ya Bang, udah selalu ada buat Nab," Ujar Nabila sembari berhambur ke pelukan Nevan. Saat mereka sedang berlarut dengan pelukan mereka, tiba-tiba ada panggilan telepon dari Paul.
"Siapa?" Tanya Nevan.
"Paul Bang."
"Angkat aja, loudspeaker ya."
"Oke."
Nabila pun mengangkat telepon dari Paul dan tak lupa mengloudspeaker agar abangnya juga dapat mendengar percakapan mereka.
"Halo Nab," Ujar Paul dari balik telepon.
"Ya? Ada apa?" Jawab Nabila dengan nada sedikit takut.
"Gak usah sok pura-pura gak tahu deh Nab, maksud loe apa nyebar-nyebar video kita ketemu kemaren? Loe mau jatuhin gue? Loe mau rusak mental Cala? Gak gini caranya Nab! " Tuduh Paul dengan suara yang terlihat sangat marah. Nevan yang mendengar tuduhan Paul kepada adiknya pun jadi terpancing emosinya, namun ditahan oleh Nabila.

KAMU SEDANG MEMBACA
C R U S H (TERBIT)
Fiksi PenggemarMencintaimu bukan hal yang aku rencanakan, rasa itu hadir secara tiba-tiba dan aku tidak bisa menahannya. Maaf jika memang perasaan ini lancang, kita memang belum saling mengenal, tapi aku sudah tahu banyak tentang kamu, dan harapku satu, kamu bisa...