Mulai Dekat

2.1K 142 29
                                    

Malam sudah larut, namun Nabila masih setia di depan laptopnya. Kali ini bukan karena tugas ospek, melainkan tentang kelanjutan novel ketigannya yang tengah berhenti di tengah jalan. ya dia tengah mengalami yang namanya writer's block. 

Writer's block adalah kondisi yang mana penulis mengalami kesulitan (sementara atau permanen) untuk menuliskan kata-kata atau menulis. Hal ini memang bukan kali pertama Nabila mengalami writer's block, tapi hal ini adalah kali pertama Nabila benar-benar bingung mengenai kelanjutan novelnya ini. 

"Sumpah, ini gimana bisa lanjut kalau ide aku aja mentok gini. Mana ni novel ceritannya tentang jatuh cinta, tapi aku sendiri lagi putus cinta gini," ujar Nabila bermonolog sendiri sembari menyeruput secangkir matcha hangat yang dibelikan Bang Neyl tadi.

Tiba-tiba saat Nabila sedang asyik dengan lamunannya untuk mencari sebuah ide, bayangan tentang Paul yang selalu menemaninnya ketika ia mengalamin writer's block seperti saat ini, paul juga yang membantunya ketika ia benar-benar buntu dengan kelanjutan ceritannya. Entahlah, tiba-tiba ia rindu dengan pemuda bule yang sudah menemaninya setahun terakhir ini.

"Jadi kangen powl," Ujarnya pelan sembari mengusap air matanya yang entah kapan sudah menetes dan membasahi pipinya saat ini.

"Dulu kalau aku lagi buntu gini, pasti di temenin powl, dia juga bantuin aku buat nyari ide, aku kangen powl."

Dalam lamunan Nabila mulai muncul bayangan-bayangan indah mereka berdua, ketika ia sedang asik dengan lamunannya, tiba-tiba ada satu pesan masuk. Nabila mulai melirik ke arah handphonennya dan mengambil hp-nya, lalu ia membuka satu pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.

"Ini nomer siapa lagi," Gumam Nabila pelan.

"Mampus," Kata Nabila sembari menepuk jidatnya dan menaruh hp-nya di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mampus," Kata Nabila sembari menepuk jidatnya dan menaruh hp-nya di atas meja. Ia memijit pelan kepalanya yang sudah terasa penat karena ide yang tak kunjung muncul, malah sekarang ia harus terkena masalah karena udah marah-marah kepada kakak tingkatnya itu.

"Ini kalau sampe Kak Rony marah, gak tahu lagi aku."

Nabila mulai mengambil hp-nya lagi dan membalas pesan dari Rony tadi, ia berniat untuk meminta maaf kepada Kakak tingkatnya itu.

"Nabiya? Kok kayak pernah baca ya? Eh ini sama kek tulisan disetiap note yang aku dapat di kampus-kan? Yang dari penggemarmu? " Ujar Nabila sembari beranjak dari ranjangnya untuk mengambil tas yang ia gunakan tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nabiya? Kok kayak pernah baca ya? Eh ini sama kek tulisan disetiap note yang aku dapat di kampus-kan? Yang dari penggemarmu? " Ujar Nabila sembari beranjak dari ranjangnya untuk mengambil tas yang ia gunakan tadi siang. Nabila mengambil tas itu dan mencari note yang ada di dalam tasnya.

"Tuhkan sama, tapi masak iya penggemarmu ini Kak Rony?" Gumam Nabila pelan.

"Gak mungkin banget gak sih? Tapi mungkin aja, tapi ya gak mungkin, tau ah besok aku nanya langsung aja sama orangnya," Gumam Nabila sembari menyimpan note itu di dalam tasnya dan ia berlalu ke arah ranjang. Ia menarug hp-nya di nakas dan setelah itu ia mulai memejamkan matanya.

Sementara di belahan bumi lain, Rony masih saja senyum-senyum sendiri sembari menatap layar handphonenya yang menampilkan room chatnya dengan Nabila. Diman yang merasa aneh dengan kelakuan temannya itu pun, hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, sembari mengecek suhu badan Rony dengan punggung tangannya.

"Kagak panas," Ujar Diman setelah berhasil menempelkan punggung tangannya di dahi Rony. Rony yang merasa ada sesuatu di dahinya pun langsung menoleh ke arah Diman dengan tatapan yang seolah bertanya kenapa?

"Gak papa, loe yang kenapa? Senyum-senyum sendiri dari tadi kek orang gila."

"Anjir gue gak gila Dim, gue lagi seneng aja.

"Seneng kenapa? Loe lagi jatuh cinta ya?" Tanya Diman dengan tatapan tajamnya seolah tengah menginterogasi temannya itu.

"Kagak."

"Gak usah boong Ron, gue kenal loe gak setahun dua tahun ya, jadi gue hafal kalau loe lagi jatuh cinta tuh gimana."

"Dih,gak percayaan loe mah jadi temen."

Diman yang sudah diliputi rasa penasaran akhirnya berinisiatif untuk merebut hp Rony. Karena menurutnya jawaban dari pertanyaan yang ia tanyakan ada di situ. Dengan cekatan ketika Rony lengah Diman langsung merebut hp itu dari tangan Rony dan ia berhasil melihat isi chat Rony dengan Nabila, walaupun hanya sekilas karena hp tersebut berhasil direbut kembali oleh pemiliknya.

"Gak sopan loe, buka-buka hp gue," Ujar Rony setelah mendapatkan hp-nya kembali.

"Hahaha ya sorry, suruh siapa gak jawab pertanyaan gue, tapi itu bener? Nabila yang bisa bikin loe senyum-senyum sendiri kek orang gila tadi?"

"Gue gak gila," Jawab Rony tanpa ada pengelakan karena memang ia sudah tertangkap basah oleh Diman dan tidak mungkin bisa mengelak.

"Iya deh gak gila, tapi lagi jatuh cinta bener kan? Tapi ya, pesonanya Nabila Kirana emang sehebat itu ya Ron? Sampai-sampai dia bisa bikin seorang Rony Andrian yang terkenal dingin ke cewek, bisa se perhatian itu ke dia, dari mulai di gendong ke klinik pas dia pingsan, ditemenin sampai sadar, dibeliin sarapan, dijagain dipinggir lapangan, terus pake acara sender-senderan lagi," Ujar Diman menceritakan apa yang Rony lakukan buat Nabila selama seharian ini.

"Anjir loe Dim, bisa diem gak!"

"Dih kok marah? Kan emang bener yang gue omongin kan? Hahaha," Ujar Diman diiringi dengan suara tawa Diman yang pecah ketika melihat muka salting di tambah malunya Rony ketika ia menggodanya.

"Muka loe Ron, sumpah ngakak banget gue hahaha."

"Serah loe lah Dim, gue mau tidur, besok gue mau jalan sama Nabila." Kata Rony sembari berjalan meninggalkan Diman seorang diri.

"Anjir, udah jalan berdua aja nih. Mulus bener pdkt-annya, mau di kasih tantangan gak? " Tanya Diman sembari berjalan menyusul Rony.

"Gak usah macem-macem Dim!"

"Gak macem-macem kok, paling satu macem."

"Loe mau ngapain sih?" Tanya Rony yang seketika berhenti dari jalannya dan langsung berbalik menghadap ke arah Diman dengan tatapan tajamnya.

"Santai Ron, becanda doang. Gak berani gue sama loe, takut kena bogem."

"Baguslah, gue tidur yak! Besok loe jangan ganggu gue dengan rapat evaluasi yang kagak ada habisnya itu, gue mau jalan sama Nabila dengan tenang."

"Iyee, loe gue ijinin buat gak ikut besok."

"Mau gak loe ijinin juga, gue bakal pergi."

"Iye Ron iyee, dah sana tidur loe, debat sama loe gak ada habisnya."

Rony tidak membalas omongan Diman, ia berlari ke arah kasur Diman dan langsung tidur tanpa menghiraukan ocehan Diman selanjutnya.

"Emang dasar temen kurang ajar, dia yang numpang di kos gue, kenapa jadi dia juga yang tidur di kasur," Kata Diman dengan suara yang sedikit meninggi sembari menyusul Rony untuk tidur di samping temannya itu, ya walaupun harus berdesak-desakan.

----

Next gak?

C R U S H (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang