Pagi ini Nabila berangkat ke kampus bersama dengan Nevan. Namun ketika diperjalanan ke kampus, tiba-tiba motor Nevan mogok, alhasil mereka harus mendorong motor itu sampai menemukan bengkel terdekat.
"Bang? Bengkelnya masih jauh? Nab capek, Nab juga takut telat," Ujar Nabila sembari menghentak-hentakan kakinya ketika berjalan.
"Sabar Nab, udah deket kok."
"Tapi Nab takut telat, Nab gak mau di hukum."
"Iya, bentar kamu mau gak berangkat bareng temen Abang? Kebetulan rumahnya di deket sini."
"Mauu."
"Oke, kalau gitu Abang hubungin dia dulu."
Nevan mulai mengotak-atil hp-nya. Mencari nama temannya yang memang rumahnya di daerah tempat motornya itu mogok. Setelah ketemu, Nevan menekan tombol panggil dan tidak sampai satu menit orang itu pun mengangkat telpon Nevan.
"Halo Bro? Loe masih di rumah gak?"
"Masih, kenapa?"
"Bisa tolong ke pertigaan rumah loe gak? Motor gue mogok."
"Walah, bisa bentar gue otw kesitu."
"Oke, gue tunggu ya?"
"Siap Bro."
"Gimana Bang?"
"Bisa, dia lagi otw ke sini."
"Alhamdulillah."
Beberapa menit kemudian akhirnya teman Nevan datang, Nabila yang tadinya tengah duduk di trotoar jalan pun Berdiri dan menghampiri Nevan yang tengah mengobrol dengan temannya itu.
"Lah, Kak Rony?"
"Hai Nab," Sapa Rony padahal kalau boleh jujur ia juga terkejut ada Nabila di sini, ia pikir hanya ada Nevan saja tadi.
"Jadi temen yang Bang Nevan maksud tadi tuh Kak Rony?"
"Kamu udah kenal sama Rony?"
"Udah."
"Kenal dimana?" Tanya Nevan dengan nada bingung.
"Ospek Van, gue kan ikut panitia ospek fakultas," Jawab Rony menyela percakapan antara kakak beradik tersebut, karena ia takut kalau Nevan akan berfikiran yang aneh-aneh tentang dirinya.
"Lu beneran jadi ikut panitia? Kirain cuman becandaan doang Ron," Balas Nevan berbalik menatap ke arah temannya.
"Jadi ikut gue, pengen cari pengalaman aja." Padahal jelas alasan Rony ikut penitia adalah ingin kenal dengan Nabila, walaupun sebenarnya ia bisa saja meminta bantuan temannya itu, tapi ia gengsi selain itu juga ia tidak yakin Nevan akan dengan mudah mengenalkannya dengan Nabila.
"Okelah, btw gue boleh minta tolong kan ya?"
"Bolehlah, ini gue kesini kan mau nolongin lu. Mau minta tolong dorongin kan?"
"Bukan, gue mau minta tolong anterin adek gue ke kampus. Soalnya dia takut telat, biasa masih maba."
"Oalah gitu, boleh aja sih. Tapi loe beneran aman dorong ni motor sendirian?"
"Aman tenang aja Ron."
"Oke kalau gitu, Nab mau berangkat sekarang?"
"Iya Kak ayo, takut telat aku."
"Tenang aja kali Nab, panitianya juga masih di sini."
"Hehe iya juga ya Bang? Aman berarti nih? Berangkatnya bareng orang dalem soalnya."
"Nah itu paham."
"Enak aja, gue juga kena marah kalau telat."
"Hahaha becanda Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
C R U S H (TERBIT)
Hayran KurguMencintaimu bukan hal yang aku rencanakan, rasa itu hadir secara tiba-tiba dan aku tidak bisa menahannya. Maaf jika memang perasaan ini lancang, kita memang belum saling mengenal, tapi aku sudah tahu banyak tentang kamu, dan harapku satu, kamu bisa...