🔸🔸🔸🍁🍁🌸🦋💖🦋🌸🍁🍁🔸🔸🔸
Melakukan kunjungan
***
Selama kepergian Lei Tia, Qin Mian sengaja memasak lebih banyak, agar Lei Tia bisa makan kapan saja ketika dia kembali. Nasi sisa di sore hari bisa dibuat nasi goreng. Qin Mian mengambil dua telur dan mengaduknya menjadi cairan, selanjutnya dia mengambil wortel dan segenggam sayuran, setelah mencucinya bersih, dia memotong wortel menjadi dadu dan mencincang sayuran. Qin Mian akhirnya membuat nasi goreng yang harum.
Pada saat yang sama, tercium aroma sup asam dan pedas yang dimasak di atas tungku arang.
Setelah Lei Tia selesai mandi dan berganti pakaian bersih, dia pergi ke dapur dan melihat istri kecilnya sedang membawa nasi goreng ke meja, jadi Lei Tia membungkuk untuk membawa panci tanah liat di atas tungku dan mengikuti di belakangnya.
"Apakah ini cukup untuk dimakan?" Qin Mian bertanya.
Ada tumpukan besar nasi goreng di atas piring, yang memiliki aroma menggugah selera, dengan penampilan menarik penuh warna dari sayuran dan yang pasti rasanya sangat enak.
Karena Qin Mian menyukai makanan, dia juga menyukai semua jenis peralatan makan. Alat makan di rumah itu semua berbeda, ada yang besar dan kecil, dan piring yang menampung nasi goreng itu sangat besar.
"Cukup." Lei Tia pergi ke dapur untuk mengambil empat mangkuk, dua mangkuk nasi dan dua mangkuk sup, "Kamu juga makan."
Perut Qin Mian memang sedikit lapar dan dia menyendok semangkuk nasi goreng.
"Cukup?" Lei Tia duduk di sampingnya dan bertanya. Melihat istrinya mengangguk, dia memindahkan piring berisi nasi goreng ke depannya dan mulai makan tanpa sepatah kata pun.
Tampak jelas bahwa Lei Tia sangat lapar. Meskipun begitu gerakan makannya yang cepat tidak menghilangkan keanggunannya.
Bibir Qin Mian meringkuk membentuk senyuman tipis dan berkata dengan nada celaan, "Tidak akan ada yang ingin merebutnya darimu." Dia mengatakan itu, tapi tangannya mengambilkan semangkuk sup dan meletakkannya di sisi kiri Lei Tia.
"Aku belum makan apapun seharian." Lei Tia menjawab singkat. Setelah minum seteguk sup, dia melanjutkan makan.
Qin Mian tidak tahan untuk berbicara lebih jauh, dia juga menundukkan kepalanya dan makan. Setelah menghabiskan semangkuk nasi goreng, dia meminum setengah mangkuk sup dan meletakkan sumpitnya, melihat Lei Tia makan.
Lei Tia lalu meminum sisa supnya.
Qin Mian bertanya dengan ragu: "Apakah kamu sudah kenyang? Jika belum, aku akan membuat dua pancake lagi."
"Aku sudah kenyang." Lei Tia berdiri dan membereskan peralatan makan.
Qin Mian menguap, "Cuci besok saja."
Lei Tia terkejut. Dia tahu bahwa istri kecilnya sangat menyukai kebersihan dan kerapian, terutama di dapur. Mangkuk bekas sama sekali tidak boleh dibiarkan tanpa dicuci hingga keesokan harinya. Ini adalah pertama kalinya.
Di bawah cahaya, mata hitam Lei Tia dipenuhi aura lembut. Dia menjawab dengan anggukan dan meletakkan peralatan di atas kompor sebelum dia keluar dari dapur.
Setelah mereka berdua berkumur, mereka kembali ke kamar tidur bersama.
Qin Mian memasukkan uang kertas itu ke dalam kotak uang, menguncinya, menyimpan kuncinya dan naik ke tempat tidur.
Lei Tia mematikan lampu dan membawa istri kecilnya ke pelukannya. Qin Mian terlalu malas untuk berdebat dan menyesuaikan postur tubuhnya dengan nyaman. Dia dengan hati-hati menghindari luka di tubuh pria itu dan menikmati suhu tubuhnya yang lebih tinggi, menegaskan sekali lagi bahwa pria itu adalah penghangat terbaik di musim dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Transmigration: To Be His Man
Fiksi SejarahNovel BL Cina terjemahan bahasa Indonesia. Sinopsis: Begitu Qin Mian membuka matanya, dia ngeri menemukan dirinya terbaring di gubuk jerami yang berangin. Masalahnya, seingatnya, tadi dia masih di villanya! Yang lebih mengerikan adalah, ada pria lai...