Part 6 : 10 Hari

70 13 168
                                    

"Ibu... Kenapa ayah jahat?"

"Ibu... Keadilan itu seperti apa?"

Kavita terbangun dari tidurnya kala mendengar suara Kavya yang bergumam. Kavita langsung menyalakan lampunya. Ternyata, Kavya berbicara sambil tertidur. "Apa dia mimpi buruk ya?"

"Aku ingin keadilannya..."

Kavita mengernyitkan dahinya. Keadilan apa maksudnya? Apa dia bermimpi setelah menonton Film tanpa keadilan? Kavita tersenyum tipis, dia sampai terbawa mimpi.

Gadis itu pun segera memegang tangan Kavya, akan tetapi tangannya sangat panas. Kavita seketika panik dan segera menempelkan pinggir tangannya ke kening Kavya. "Kau demam, bagaimana ini?"

Kavita pun segera pergi ke dapur untuk mengambil air es dan mengompres kening Kavya dengan tatapan khawatir. Gadis itu juga menyelimuti Kavya dengan selimut yang tebal. "Aku tidak tahu bagaimana cara menangani orang sakit, jika aku panggil ibu... Maka ibu akan marah padaku karena membiarkannya menginap terus, lalu aku harus bagaimana?" gumam Kavita resah.

Ingatannya justru tertuju pada gadis feminim yang menjadi temannya itu. "Kinara... Dia pasti tahu bagaimana cara menangani orang sakit. Aku harus menjemputnya sekarang." Kavita buru-buru keluar rumah dan segera pergi kerumah yang dituju, setelah itu––Kavita dan Kinara segera kembali menuju Kavya.

"Dia hujan-hujanan ya sepertinya, sampai demam seperti ini," gumam Kinara seraya terus mengompres kening Kavya. "Kau pijat kakinya pelan-pelan," titah Kinara yang yang memang sudah keibuan.

Kavita mulai memijat pelan-pelan. Sedangkan Kinara memastikan panasnya Kavya terlebih dahulu. "Siapa yang akan membeli obat? Obat dirumahku habis, disini ada obatkan?"

Kavita langsung mengecek tempat obatnya dan tidak menemukan apapun. Sebenarnya kemarin ibunya menyuruhnya untuk membeli obat-obatan, akan tetapi dia malas dan terus menundanya hingga akhirnya tidak beli-beli.

"Kau suruh Aditya saja. Dia kan ayahnya Kavya," saran Kinara.

Kavita langsung tercengang. Tengah malam begini dirinya harus menghubungi Aditya? Aditya? Yang benar saja! Yang ada Aditya malah semakin percaya diri. "Kau saja yang hubungi dia ya?" pinta Kavita.

"Kau-lah... Aditya tidak akan percaya padaku! Dia akan mengira jika aku kesepian dan ingin ditemani dia," jelas Kinara yang memang selalu begitu––Kinara memang sering sendirian dirumah walaupun tengah malam. Orangtuanya bisa tak pulang selama beberapa hari, jadi Kinara selalu menghubungi Aditya untuk menemaninya.

Kenapa tidak menghubungi Kavita yang sesama perempuan? Karena Kinara tahu Kavita orangnya seperti apa. Dia akan mengamuk jika tidurnya diganggu. Sedangkan Arka sendiri? Kinara mana berani mengajak Arka ke rumahnya. Ayahnya bisa mengamuk.

Kavita pun terpaksa segera menghubungi Aditya menggunakan telepon rumah. "Hallo..."

"Ya, siapa?"

"Hmmm, bibi aku ingin berbicara dengan Aditya."

"Kau Kavita? Suaranya tidak asing. Tumben ingin menghubungi Aditya?"

"Ada sesuatu yang penting."

"Baiklah, tunggu ya... ADITYA ADA TELEPON DARI KAVITA."

Kavita tampak gugup dan merasa aneh karena menghubungi Aditya lebih dulu––mana malam-malam seperti ini.

"Hallo say--eh apa? Ada apa?" suara Aditya awalnya antusias, tapi diakhir suaranya dibuat dingin.

"Kavya demam, dia butuh obat. Bisakah kau membeli obat untuknya?" Kavita langsung menggigit bibir bawahnya malu sendiri.

Past Time : Kavya Story [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang