Part 18 : Yang Sebenarnya [End]

87 10 143
                                    

Beberapa hari setelah kejadian itu. Kavya menetap di rumahnya Arka dan Kinara. Kavya dibuatkan kamar khusus, jadi Raka tak perlu tidur di sofa lagi.

Saat ini pun mereka tengah berada dirumah lamanya Arka, katanya mau mengambil beberapa barang yang hilang sejak bertahun-tahun yang lalu. Awalnya hanya Arka dan Kinara saja. Namun Kavya dan Raka ingin ikut juga. Apalagi Kavya yang sangat antusias, dia juga menceritakan hal-hal yang terjadi di masa lalu kepada Raka dengan pamer. Sedangkan Raka dibuat iri.

"Oh iya, aku harus pergi luar dulu, tak apa?" ujar Kinara.

"Mau di antar sayang?" tawar Arka.

"Tak perlu, aku sendiri saja," jelas Kinara seraya mengambil tasnya lalu pergi keluar.

"Ibu mau kemana sih?" kesal Raka.

"Arisan ibu-ibu, kali," tebak Kavya.

"Jika kau menjadi ibu-ibu nanti... kau akan mengikuti arisan-arisan itu?" tanya Raka penasaran.

"Ya haruslah, nanti aku akan menjadi tuan rumah yang menghidangkan banyak makanan hingga mereka semua kekenyangan dan betah dirumahku," jelas Kavya dengan bangga seraya memberikan senyuman miringnya.

"Kau harus mendapatkan pria yang kaya," timpal Raka.

"Jelas!" balas Kavya.

"Kenapa tidak kalian saja yang menikah?" celetuk Arka seraya menahan tawanya lalu keluar untuk membeli makanan.

Kavya dan Raka saling lirik. "Ish..."

"Apakah kau tahu? Cinta pertamaku siapa?" tanya Kavya memastikan.

"Ayahku, kan?" balas Raka seraya memutar bola matanya malas.

"Kenapa kau tahu? Apa jangan-jangan paman Arka juga tahu?!" Kavya terkaget-kaget, jika sampai benar––ia akan sangat malu.

"Kau sendiri yang mengatakannya padaku; CINTA PERTAMAKU HUUUU!" jelas Raka sambil memparodikan adegan Kavya yang menangis saat tahu Arka sudah menikah.

Kavya langsung melirik sinis. "Jangan diingat-ingat lah!"

"Kau yang memulai!"

Raka pun berjalan-jalan mengelilingi rumah ini. "Ternyata ayah dulu miskin ya? Pantas saja kakek tidak menerimanya."

"Jaga ucapan mu ya!" Kavya melotot.

Raka pun meneliti lemari yang banyak kertasnya. "Kertas apa ini, dia mengumpulkan hasil ujian nya kah?"

Penasaran, Kavya pun segera menghampiri Raka dan melihat kertas-kertas itu. Benar saja disana ada beberapa kertas hasil ujian Arka. Nilainya beragam-ragam. Ada 20, 30, 40, 50.

"Dia menyimpannya untuk apa?"

"Kenang-kenangan," jelas Kavya.

Kavya langsung menyempitkan matanya kala melihat sesuatu yang menarik perhatian. Di kumpulan kertas itu, ia pun mengambil yang menjadi daya tariknya. "Ini apa?"

Raka yang penasaran pun langsung melihatnya dan mereka semuanya ternganga seketika.

Didalam surat itu, menyatakan bahwa Arka Maheswari tidak akan bisa mempunyai anak alias mandul. Seketika Raka tertawa, Kavya yang masih termangu pun memilih ikut tertawa.

"Lalu aku anak siapa? Aku sebesar ini?" Raka tertawa puas.

"Haha!" Kavya ikut tertawa paksa, karena bingung dan masih terkejut.

"Lagipula kadang hal semacam ini bisa saja salah," jelas Kavya.

"... dan masih tersimpan? Konyol sekali ayahku, seharusnya langsung membuangnya," tambah Raka yang masih tertawa.

Past Time : Kavya Story [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang