Part 8 : "Seolah-olah, posisiku tergantikan."

59 11 147
                                    

Semua orang menatapnya aneh. Ada juga yang ikut tersenyum, tetapi canggung. Ya, Aditya tengah berjalan dengan menunjukkan gigi depannya––lelaki itu tengah tersenyum sumringah seraya membawa mawar merah di-tangannya. Rencananya ia hendak pergi ke taman, untuk menemui orang yang dia cintai, serta buah hati di masa depannya.

Kata Kinara; Kavya dan Kavita sedang makan-makan ditaman. Jadi Aditya langsung menyusulnya dengan bahagia, dan berharap jika Kavita akan menerima bunga pemberiannya.

Namun ketika sampai disana, senyuman itu langsung luntur seketika. Mawar merah yang dia pegang pun terjatuh ke tanah begitu saja. Kala mata Aditya menatap pemandangan yang sebenarnya tak pernah mau Aditya lihat dalam hidupnya.

Di depannya––Kavita, Kavya dan Karan tengah makan bersama, dengan tawa mereka yang keluar dari mulut masing-masing. Sesekali Kavita menyuapi Karan lalu bergantian dengan Kavya. Karan dan Kavya juga bermanja-manja kepada Kavita.

Karan menyimpan kepalanya di-paha Kavita, begitupun dengan Kavya yang ada di sebelah Karan. Kavita tertawa-tawa penuh kebahagiaan sambil mengelus rambut keduanya, seolah-olah Kavita adalah istrinya Karan, dan Kavya adalah anak mereka.

Aditya tak rela. Padahal Kavya adalah anak Aditya dan Kavita dimasa depan. Tetapi mereka seperti keluarga cemara yang sedang berlibur.

Karena tak sanggup melihatnya lagi––Aditya memilih pergi dan meninggalkan bunga yang terjatuh ke-tanah itu.

Aditya langsung pergi ke rumahnya Kinara dan langsung menceritakan semua yang dia lihat. Pria itu memegang dadanya sendiri dengan tersedu-sedu. "Dadaku sakit sekali, rasanya seperti ditusuk seratus jarum dalam sekaligus, sakit!" gumam pria itu sambil memayunkan bibirnya.

Kinara terdiam sejenak. "Memangnya kau pernah tertusuk seratus jarum?"

Aditya langsung terlihat kesal. "Hanya istilah... Rasanya seolah-olah, posisiku tergantikan."

"Lagipula mereka hanya bersenang-senang saja. Suruh siapa kau pergi meninggalkan mereka? Dan lagipula posisimu tak bisa tergantikan. Kau sudah mendapatkan hasilnya, Kavya. Apalagi? Pokoknya aman, dimasa depan kau tetap menikah dengan Kavita!" jelas Kinara agar sahabatnya itu tak bersedih. Lagipula sedihnya tidak membuat Kinara ikut sedih, malas geli dengan ekspresinya.

"Iya aku tahu... Cetakan nya juga sudah ada. Memang posisiku aman, tapi pertanyaannya... Kenapa Kavita bisa seperti itu pada Karan? Kavita kan tahu sendiri siapa Karan, apa jangan-jangan dia amnesia?" Aditya terheran-heran.

Kinara melirik kesana kemari. "Ya mungkin sudah ikhlas? Aku tak tahu," dustanya sengaja, demi menjaga perasaan temannya.

"Tapi kenapa bisa bermanja-manja seperti itu?" Aditya bertanya lagi.

"Hmmm..." Kinara terlihat berpikir. "Mungkin saja, Karan menyukai Kavya. Lalu dia ingin diberikan restu oleh Kavita, makanya dia seperti bermanja-manja pada Kavita. Demi mendapatkan perhatian calon mertua," karang Kinara.

"Aku tidak mau mempunyai menantu sepertinya! Dia dan aku saja, lebih tua dia! Aku tidak akan memberikan restu untuk Kavya dan Karan! Titik!" terang Aditya kesal. Membayangkannya saja sudah membuatnya hampir gila. Bayangkan saja jika itu terjadi, Kavya yang baru berusia 17 tahun. Dan dimasa lalu ini Karan berusia 22 tahun. Sedangkan menuju dunianya Kavya harus melewati 24 tahun. Jadi di masa depan, Karan berusia 46.

Kinara melirih. "Ya jangan..."

"Lagipula kenapa juga Karan bisa tahu jika Kavita ibunya Kavya! Mereka kan seumuran, orang-orang juga tak akan pernah curiga jika tidak di kasih tahu!" Aditya kembali kesal memikirkannya.

Kinara cengengesan. "Kavya kan memang orangnya tak bisa merahasiakan sesuatu, kau kan tahu sendiri dia bagaimana?"

"Iya juga..." Aditya mengangguk setuju. "Tapi tetap saja aku merasa sakit hati!" kesal Aditya.

Past Time : Kavya Story [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang