Kavya terus murung. Gadis itu juga tak mau makan dan hanya menyendiri––menbuat Arka dan Kinara jadi khawatir. Raka juga berulang kali menghiburnya, bahkan William dan Serena ikut ambil alih menghibur Kavya. Namun semua itu gagal.
Kavya benar-benar merasa sakit hati. Pertama, karena Aditya bukanlah ayahnya. Kedua, ternyata Karan lah yang menjadi ayahnya. Ketiga, selama ini dia diculik oleh seorang monster yang mengaku sebagai ayah. Keempat, bersedih karena Aditya yang telah membunuh kedua orangtuanya. Terakhir, dia bersedih karena pernah membenci Karan.
Kavya menangis lagi.
"Hei, sudah jangan menangis. Lebih baik kau bertanya lagi, penasaran lagi. Ayo katakan saja... dan apa yang akan kau lakukan setelah itu," bujuk Raka.
"Aku tak tahu harus apa," lirih Kavya malah menangis semakin menjadi.
"Kau tak perlu berbuat apa-apa. Kau hanya perlu menyenangkan dirimu," balas Raka seraya menyentuh kedua pipi Kavya lalu menghapus air matanya. "Kami ada disini untukmu, sungguh... kami jauh-jauh dari Australia ke Indonesia hanya untuk bertemu denganmu dan melindungi mu. Orangtuaku menyayangi mu, dan aku..." Raka terdiam sejenak. "Lupakan..."
"Aku sudah terlanjur menyayangi Aditya... aku ingin dia tetap menjadi ayahku, tetapi aku terlalu sakit mengingat apa yang sudah Aditya lakukan..." isak Kavya.
"Aditya tetap ayahmu. Dia memang jahat, tapi dia tetap ayah yang baik," jelas Raka.
Kavya menatap Raka sejenak seraya menghapus air matanya sendiri. "Tapi dia jahat kepada orangtuaku..."
"Lebih baik kau tidur, dan tenangkan pikiran mu ya? Istirahat... okey?"
Kavya mengangguk dan segera merebahkan tubuhnya. Raka sendiri langsung menyelimuti tubuhnya Kavya lalu mematikan lampunya. Dan keluar dari kamarnya.
Tepat pada pukul satu malam, Kavya terbangun. Gadis itu merasa sangat haus––dan matanya juga sudah bengkak karena menangis terus. Gadis itu pun pergi keluar kamar untuk mengambil air.
Ia melihat ke arah sofa––disana Raka sedang tertidur dengan pulasnya. Oh iya, kamarnya Raka dipakai Kavya sekarang.
Setelah sampai di dapur––Kavya ternyata melihat ada Kinara yang sedang mengambil air juga. Kinara menoleh padanya dan tersenyum. "Haus?"
"Iya..."
"Ini..." Kinara menyerahkan sebotol minuman itu Kavya.
Kavya hendak pergi ke kamarnya lagi. Namun langkahnya terhenti ketika dia teringat sesuatu. "Bukankah selama ini Aditya sangat mencintai Kavita? Lantas mengapa dia ingin padamu?"
Kinara langsung terdiam dalam beberapa saat, senyuman pun luntur––seolah mengingat sesuatu yang buruk. Perempuan itu kembali menatap Kavya dan tersenyum palsu. "Benci bisa menjadi cinta, begitupun cinta bisa menjadi benci..."
Kinara terduduk. Hal itu membuat Kavya ikut terduduk. "Sejak mengetahui Kavita dengan Karan. Aditya langsung membenci Kavita, kau tahu? Benci sedalam-dalamnya. Dan beberapa hari setelah itu, sikap Aditya berubah padaku..."
"Dia menunjukkan sifat seperti seorang pria yang sedang mendekati perempuan. Aku dulu tak berpikir sampai seperti ini, karena kau juga tahu, kedekatan ku dengan Aditya..."
Kinara hendak menceritakannya, tetapi mulutnya seolah mencegahnya. "... ya seperti itu."
"Baiklah..." balas Kavya.
Ting
Ting
TingBel berbunyi terus menerus. Kinara dan Kavya langsung menebak jika itu adalah Aditya. Mengapa begitu? Sebab Raka sengaja menyimpan alamatnya kepada Aditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Time : Kavya Story [Lengkap]
Hài hướcKavya terbawa ke masa lalu, hanya karena menidurkan tubuhnya ke ranjang antik milik ibunya. Dimana saat itu, untuk pertama kalinya ia bisa bertemu dengan ibunya yang sangat cantik itu. Ibunya yang bernama Kavita terkenal sangat dingin dan angkuh. Di...