Satu bulan yang lalu.
***
Angin sore hari berhembus lembut seolah menyapaku yang tengah asik sendiri dengan manga di tanganku.
Sembari sesekali mengambil potongan wortel yang ada di kotak makan siangku, aku membuka halaman demi halaman manga yang menceritakan tentang Zombie ini.
Drrrrttt.
Handphoneku bergetar, namun maaf saja aku tak bisa menghiraukannya karena Manga ini tengah berada di bagian serunya. Lagipula aku yakin isinya tidak penting, pesan dari operator mungkin?
Namun, tak lama kemudian aku menutup Manga di tanganku dan membetulkan poni yang menutupi mataku, aku kemudian menghela napas panjang.
"Jadi ... begini ya rasanya menjadi siswa pindahan yang tak pandai bersosialisai?" batinku.
Ya, itulah yang kualami sekarang. Namun kurasa ini tidak terlalu buruk juga, hidupku menjadi terasa amat tenang. Setiap memasuki jam makan siang aku menghabiskan waktuku di atas sini seorang diri, menghabiskan bekalku seorang diri, apapun kulakukan seorang diri.
Haha, sekarang aku malah terdengar seperti orang menyedihkan yang kesepian ya. Selama tiga bulan aku pindah kemari, hanya satu orang yang sudah kuajak mengobrol, dia ... sekretaris kelas, Fransisca Octaviani.
#Flashback#
Hari itu aku tengah menatap keluar jendela, langit biru yang membentang luas itu berhasil mengalihkan perhatianku dari papan tulis hitam yang penuh kegelapan.
Saat itulah, jari jemari lentik yang terasa amat lembut menyentuh lenganku, aku menoleh dan mendapati seorang gadis berambut kuning panjang yang duduk di sebelahku lah yang baru saja menyentuhku.
"Y-ya? A-ada apa?"
Ia menatapku dengan mata indahnya yang berwarna biru, biru yang sama indahnya dengan biru langit. Amat menyejukkan.
"E-ehm, kau punya penghapus?" tanyanya.
"Ah, maaf aku hanya membawa pulpen dan buku tuis ini ke sekolah," ujarku sembari menunjukan 'seluruh' alat tulisku.
"Oh, baiklah terima kasih," ucapnya sembari tersenyum manis, senyuman tulus yang seolah menghentikan waktu saat itu.
#Flashback End#
Dan saat itulah pertama dan terakhir kalinya ada teman sekelas yang berbicara padaku.
Entah kenapa aku merasa makin menyedihkan sekarang setelah mengingat itu semua.
Kriiing.
Ah, suara bel. Dengan segera aku membereskan tempat makanku dan beranjak dari kursiku.
"Ghyyyyaaaaaaa!!!!!! Berisik!!" teriak seorang gadis dari arah lapangan, teriakan itu sukses membuatku menghentikan langkahku dan memunculkan rasa penasaranku.
Aku menoleh ke arah lapangan sekolah dan langsung mengernyitkan dahiku, nampak beberapa murid yang memakai seragam olahraga berteriak kesakitan sembari menutup telinga mereka.
"Hentikan! Hentikan suara itu!"
"Berisik!!"
"Aaakh!"
Apa itu? Berisik? Apa yang berisik? Apakah maksud mereka bel sekolah? Bagaimana bisa mereka kesakitan setelah mendengar suara bel sekolah?
Tak semua orang nampak kesakitan, hanya beberapa orang saja, sementara yang lain nampak kebingungan juga sama sepertiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vegetarian Zombie?! (On Revision)
Science-FictionAku tengah memakan salad kesukaanku di atap sekolah ketika kejadian itu terjadi. Kejadian yang sering disebut- 'Zombie Apocalypse.' Aku dengan beberapa teman sekelasku mencoba survive dari para Zombie ini, namun.. Satu per satu dari kami mulai berja...