"Sekarang sebaiknya kau menyerah saja kak.. kak Alfian sudah menghancurkan rencanamu.." ucap Tiffany pelan, Riany lalu perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Tiffany tajam.
"Memang benar.. kalian telah menghancurkan rencanaku.. namun itu tidak merubah kenyataan kalau kami, OSTSBI sudah berhasil menyebarkan virus zombie dan meneror seluruh dunia! Kalian harusnya sadar itu!" Ucap Riany sembari meronta-ronta kuat, ia terlihat depresi.
"Tidak, seperti yang aku bilang.. kau sebenarnya tidak berhasil, Riany.." ucap Alfian.
Kami terdiam menunggu pernyataan Alfian berikutnya..
"Sebenarnya aku ingin menanyakan ini dulu padamu.. jika kau memang agen OSTSBI yang bertugas di daerah sini, maka seharusnya kau diberi perlengkapan untuk melawan zombie bukan?"
Riany terdiam.
"Tapi.. persenjataan lain selain milik kami yang kutemukan hanyalah sebuah senapan yang sudah kehabisan amunisi dan pisau milikmu ini." Ucap Alfian sembari menjatuhkan sebuah pisau berlumur darah ke tanah.
"Apa itu alasanmu merampas senjata kami?.."
"Dan juga.. aku menemukan jalan menuju lantai 3 yang sudah di blokade.. apa yang ada disana? Apa ada zombie dalam jumlah banyak disana? Dan kau kehabisan persenjataan sebelum membunuh mereka sehingga kau memblokade jalannya?"
"Organisasi bodoh itu.. OSTSBI hanya memperalatmu untuk menyebarkan virus itu.. dan setelahnya.. mereka membuangmu.. kau sudah tidak dibutuhkan lagi.. Riany.."
Alfian.. sekali lagi kau mengejutkan kami..
"Hentikan..." ucap Riany tertahan.
"Hentikan!!! Bohong!! Semua yang kau katakan itu bohong!!!" Ucap Riany kembali diluar kendali.
"Semua itu kenyataan, Riany.. aku tahu kau juga sudah mengetahuinya, namun kau mencoba mengelaknya.."
"Bahkan snipermu yang bernama Victor itu.. aku yakin ia sengaja berpura-pura berada di sisimu.. padahal sebenarnya.. ia hanya menunggumu mati.. sehingga ia bisa meninggalkanmu.." ucap Alfian sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Riany.
Riany terlihat sudah tak dapat membendung emosi-nya, wajahnya merah padam, dan rontaanya semakin keras.
Dan Alfian.. Ia.. tersenyum? Apa maksudnya? Ia menikmati semua ini? Ada apa dengannya?
"Alfian.. sudah cukup.." ucapku pelan, namun ia tak menghiraukanku.
"Victor yang kau percaya itu, ternyata ia hanya pengkhianat bermuka dua.." ucap Alfian sembari tersenyum.
Plak!!
Tangan Riany yang terikat itu entah sejak kapan dan entah bagaimana sudah terlepas dari ikatannya dan mendaratkan tamparan di wajah Alfian.
Semua yang ada di dalam ruangan ini mematung, kami terkejut bukan main setelah adegan itu.
"Jangan pernah.. kau.. mengatakan hal semacam itu pada Victor!!" Teriak Riany pada Alfian yang mematung di hadapannya.
Puk.
Tanganku dengan refleks menyentuh pundak Alfian.
"Sudah cukup kawan, kau sudah keluar batas.." ucapku pelan.
Alfian memejamkan matanya dan mengangguk pelan.
"Ya, maaf.."
"Tapi.." ucap Riany pelan sembari melepas ikatan di tangannya yang satu.
"Sebenarnya.. akupun tidak sepenuhnya mempercayai Victor.."
"Namun sejak semua ini dimulai.. karena kejadian kemarin.. hanya ialah satu-satunya orang yang bisa kupercaya.." ucapnya sembari tersenyum kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vegetarian Zombie?! (On Revision)
Ciencia FicciónAku tengah memakan salad kesukaanku di atap sekolah ketika kejadian itu terjadi. Kejadian yang sering disebut- 'Zombie Apocalypse.' Aku dengan beberapa teman sekelasku mencoba survive dari para Zombie ini, namun.. Satu per satu dari kami mulai berja...