Hari rabu. Mari tidak usah menghitung karena masih terlalu lama untuk menyentuh hari sabtu dan minggu hari di mana orang-orang bisa melepas penat dari rutinitas padatnya kegiatan di hari kerja. Bukan-bukan orang yang bekerja saja tapi juga orang yang berlabel sama seperti dirinya yang tengah mengenyam bangku sekolah.
Bukan jadi pertanyaan lagi jika di negara ini jam waktu sekolah untuk anak-anak itu gila-gilaan. Jam tujuh sampai jam enam sore. Belum dengan kelas-kelas yang dibayar para orang tua untuk anaknya ikuti dengan dalih memaksimalkan pengetahuan dan wawasan agar anak mereka bisa lebih terasah soal kemampuan. Apalagi untuk anak yang mendapat penilaian dibawah rata-rata pada mayoritas teman sekolah yang lain. Agaknya mendapat kelas tambahan dan kursus-kursus berkelanjutan itu sudah seperti kewajiban. Tidak aneh jika anak-anak yang masih memakai seragam terlihat berseliweran di atas jam sepuluh malam.
Tapi bersyukurlah Shim Taehyung dilahirkan dalam keluarga yang tidak otoriter tetapi juga tidak lepas peduli. Seperti orang tua yang memposisikan diri ditengah-tengah saja. Tidak keras, tidak menuntut, tapi juga harus ikut tahu bagaimana perkembangan anaknya saat diluar setiap saatnya. Masih cukup baik dari pada ditekan untuk bisa menghasilkan ini itu.
"Ibu, aku pergi sekarang ya. Abang udah nunggu didepan," salamnya berteriak memanggil sang ibu yang entah ada di mana. Masih setengah tujuh tetapi rumah sudah sangat hening karena kepala keluarga dan anak tertua sudah berangkat pagi-pagi sekali demi memenuhi tanggung jawab mereka.
Dua-duanya sudah bekerja tetapi kakak lelaki yang tersisa baru pergi sekitar pukul sembilan karena kelasnya memang baru dimulai pada jam itu.
"Hati-hati. Bilangin si abang jalannya santai aja. Jangan balapan masih pagi pasti jalanan juga lenggang."
"Iya, nanti aku bilang."
Lepas salam dengan ibunya Taehyung lalu menutup pintu rumah dan pergi ke depan pagar yang tingginya hanya sampai dada orang dewasa. Taehyeo sudah menunggu di atas jok motor dengan helm yang terpasang di kepala. Belum mandi, tentu saja. Tapi bagusnya tidak bau agar tidak terlalu memalukan bilamana dia kedapatan mendapat salam dari teman-teman adiknya yang berpapasan dengan mereka saat tiba di sekolah.
"Pakai helm dulu." Taehyeo memberikan satu helm yang dia siapkan agar adiknya pakai.
Taehyung menerima helm itu dan memasangnya hati-hati agar tidak merusak tatanan rambut yang susah payah ia buat rapi. Mandi jam lima dan menghabiskan banyak waktu untuk mempercantik penampilan tidak mau ia sia-siakan hanya karena jepitan helm yang membungkus kepala. Inginnya sih ditinggal saja agar rambutnya bisa terbang sepanjang jalan. Tapi itu tidak mungkin karena ayah mereka sudah berkali-kali mengingatkan agar pengaman seperti ini wajib dipakai tak mempedulikan sejauh atau sedekat apapun jarak yang mereka tempuh.
Turuti saja. Toh yang dikatakan ayah juga benar.
"Bang bantu pasangin bang." Taehyung menepuk bahu kakak lelakinya berulang-ulang. Bukannya manja, tapi mencakup dan menalikan tali helm dibawah dagu itu susah-susah gampang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary the Jungie Family; How did This Family Begin?
Hayran Kurgu"ᵀʰᵃⁿᵏ ʸᵒᵘ ᶠᵒʳ ᵇᵉⁱⁿᵍ ᵃ ᶜʰᵉʳⁱˢʰᵉᵈ ᶜʰᵃᵖᵗᵉʳ ⁱⁿ ᵐʸ ʲᵒᵘʳⁿᵉʸ, ᵃⁿᵈ ᵗʰᵃⁿᵏ ʸᵒᵘ ᶠᵒʳ ᵍʳᵃᶜⁱᵒᵘˢˡʸ ⁱⁿᶜˡᵘᵈⁱⁿᵍ ᵐᵉ ⁱⁿ ᵗʰᵉ ᵇᵉᵃᵘᵗⁱᶠᵘˡ ˢᵗᵒʳʸ ᵒᶠ ʸᵒᵘʳˢ." *** 19 tahun usianya kala itu saat desakan keluarga dan keadaan mengharuskannya untuk pergi dari rumah dan mempertang...