#Chapter 18 : The Ballroom

1.6K 75 2
                                    

-Kamu mengajarkanku bagaimana cara mencintaimu. Tapi kamu lupa untuk mengajarkanku bagaimana cara melupakanmu. Kamu sengaja atau bagaimana?-

[Ashilla Kwon]

.
.
.

Shilla duduk sambil memandang pemandangan luar lewat balkonnya. Sudah 1 bulan setelah Raka pergi. Ia masih saja memikirkan Raka. Ia sangat merindukan Raka sekarang.

Shilla menyeruput coklat hangatnya lalu menaruhnya kembali di atas meja. Ia memandang layar laptop di pangkuannya dan mulai mengetik lagi.

'Seandainya saja ia tahu. Aku benar-benar merindukannya. Kamu sedang apa disana? Apakah kamu makan dengan baik? Aku hanya ingin memastikan kau Baik-baik saja.'

"SHIIILLAAAAAA!!!"

Irene masuk dan berteriak kencang. Membuka pintu balkon dan duduk di sebelah Shilla.

"Kenapa sih Ren? Kayaknya seneng banget?" Tanya Shilla. Masih sibuk dengan laptop nya.

"lo udah siapin baju untuk pesta Ball nanti malam?" Tanya Irene dengan mata semangat.

"Eumm, belum. Nothing special tonight." Ujar Shilla dengan wajah datar dan tetap sibuk mengetik.

Irene menepuk jidatnya. Lalu menggeram kesal kearah Shilla.

"Aduh Shil, Ball malam ini jelas lah special!! Lo lupa!? Today is my big day! My relation aniversary!!" Ujar Irene kesal.

Shilla menengok dengan wajah datar ke arah Irene. Lalu tersenyum hingga matanya menyipit. Irene ikut tersenyum seperti itu lalu mencemooh tidak jelas.

"Sorry dear. And happy aniversary!! Pajak jangan lupa ya!" Ujar Shilla sambil mencubit pipi Irene lalu kembali fokus pada ceritanya.

'Aku tidak bisa apa-apa selain menatap pemandangan ini. Memuji keindahan tuhan. Yah setidaknya aku sedikit melupakan dirimu. Peterpan, kamu bilang kamu akan setia padaku kan? Kau bilang kau tidak akan jatuh hati pada Wendy dan akan kembali untuk tinkerbell. Tink menunggu mu disini. Kembali lah..

Ku mohon, Peterpan.'

Irene membaca sekilas cerita yang Shilla ketik.

"Shil, masih sebesar itukah rasa rindu lo?" Tanya Irene.

Shilla mengangguk.

"Shil, udah jangan bikin cerita terus. Lo juga butuh refreshing. Dari kemaren bikin cerita terus." Ujar Irene.

"Gak bisa Ren. 7 bulan lagi gue udah harus release ceritanya ke distributor. Kalau gak gue harus nunggu tahun depan. Dan gue baru berhasil selesaiin belum ada setengahnya." Ujar Shilla.

"Shil, lo ada medical check up. Ayo yuk!! Nanti habis itu lo temenin gue shopping. Lagi pula siapa tau lo dapet pencerahan!" Ujar Irene senang.

Shilla berpikir, benar juga.

"Yaudah. Gue ganti baju dulu." Ujar Shilla.

Shilla mematikan laptop nya lalu membawanya menuju kamarnya.

***

Irene sudah siap malam ini. Stevan bilang, ia akan menjeput dua gadis bersahabat ini di apartemen Raka yang sekarang terkesan menjadi milik Shilla. Setidaknya setelah selama ini Raka tidak pernah kembali lagi.

Irene benar-benar terlihat lebih cantik malam ini. Ia mengenakan dress berwarna merah diatas lutut. Rambut coklat mudanya di rol biasa dan di hias pita merah. Kaki putih nya ia pakaian high heels berwarna hitam kasual yang senada dengan makeup nya yang natural.

Hello, Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang