#Chapter 17 : memories

1.7K 76 2
                                    

musim hujan masih belum selesai. Hujan kembali mengguyur Jakarta pagi ini. Raka berdiri dibawah payung dengan langkah seribu menuju apotek terdekat. dari semalam Shilla sakit dan panasnya tidak turun. Raka khawatir terjadi sesuatu dengan Shilla makanya ia menelpon Stevan dan menanyakan obat yang cocok untuk Shilla kepada Calon dokter yang satu itu lagi pula kebetulan kakak Stevan juga sudah jadi dokter sukses.

ngomong-ngomong tentang Stevan yang akan masuk universitas kedokteran, sebentar lagi mereka akan lulus. ujian juga sudah dilaksanakan. berarti sudah Saatnya Raka pergi dari apartemennya. Memberi waktu untuk Shilla terbiasa tanpa kehadiran Raka bertahun-tahun nanti.

Raka berencana pindah ke Korea. menjadi seorang penari dan musisi seperti yang diharapkannya. Stevan sudah mendaftar tes universitas kedokteran dan hasilnya memuaskan. Irene akan masuk universitas Designer dan melanjutkan bisnis Ibunya. Dan Shilla... Dia akan debut novelnya. dan sebentar lagi ia akan menjadi penulis terkenal.

"Pak, tolong obat yang ini ya satu." ucap Raka dan memberikan nama obatnya kepada penjaga apotek itu.

Penjaga apotek itu mengernyit heran lalu mengangguk.

selesai membeli obat, Raka mampir ke cafe sebentar. hanya sekedar untuk membeli segelas caramel mocha kesukaannya dan ChocoLatte kesukaan Shilla. matanya tergerak senang begitu melihat Irene melambaikan tangannya dari jauh. Raka tersenyum dan menghampirinya.

"Hai." Sapa Raka sambil menarik kursi dan duduk.

Irene melihat sekantung obat di pergelangan tangan Raka.

"Lah Ka, lo ngapain beli obat?" Tanya Irene.

"Hah? Oh ini. Shilla sakit. Dari semalem dia panas. Gue jadi khawatir." ujar Raka sedih.

Irene ikut tersenyum sedih mendengarnya.

"Shilla sakit? kambuh lagi?" tanya Irene.

"Kambuh? apanya?" tanya Raka bingung.

"yaelah pura-pura lupa. ya penyakit lam-"

Irene terdiam menatap Raka yang kebingungan. lalu menepuk jidatnya.

"penyakit apa? lo nyembunyiin sesuatu kan!? cepet cerita!!" ucap Raka sebal.

Irene hanya nyengir kuda di omeli begitu oleh Raka.

"Ren, gue serius cepet cerita semua tentang Shilla sama gue." ujar Raka serius.

melihat mimik wajah Raka yang serius, membuat raut wajah Irene juga berubah.

"oke gue cerita. gue inget lo sempet lupa ingatan. maafin gue. jadi sekitar 11 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2004 Ayah Shilla ada kepentingan yang harus di selesaiin di luar negri. tapi ternyata mereka mengalami kerusakan mesin yang berakhir kecelakaan pesawat. ayah Shilla meninggal tepat saat umur Shilla 7 tahun. setelahnya Shilla hanya hidup dengan Ibunya dan dibantu dengan keluarga lo Ka. tapi ternyata 4 tahun kemudian Ibu Shilla dirawat karena mengidap penyakit Kanker Paru-paru. Ibu Shilla bertahan selama 2 tahun. tepat saat lo kecelakaan setahun sebelumnya. Shilla sedih. dia marah sama lo karena lo pergi ninggalin dia disaat dia butuh lo. dan disaat itulah gue dan Stevan berubah menjadi teman baru yang akhirnya dilupakan dan kita kembali berkenalan. Shilla gak pernah tau kalau Ayah stevan ngebantuin dia untuk mencukupi kebutuhannya. dia cuma tau kalau orang itu adalah Om jauhnya. setahun setelah kepergian ibunya, Shilla sering sakit-sakitan. sampai saat dia pergi mencari anjing kesayangan lo yang lo tinggalin sama Shilla, namanya Monggu waktu itu. dan dia pingsan di taman." ucap Irene panjang lebar.

"apa yang terjadi sama Shilla setelah itu!?" tanya Raka penasaran.

"ternyata dia mengidap penyakit. dan saat itu penyakitnya sembuh. setidaknya kekuatannya untuk tetap hidup membuat dia sanggup untuk sembuh. dan begitu dia lulus SMP dia pergi ke jakarta buat nyari lo Raka." ucap Irene.

Hello, Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang