#Chapter 20 : is this the last?

1.4K 80 0
                                    

Pagi ini Irene kembali si Telfon oleh ibunya. Masalah perusahaan ibunya belum juga selesai. Akhirnya Irene terpaksa untuk menindas Stevan menjaga Shilla hari ini.

Irene pergi lebih pagi dari biasanya. Stevan yang sudah sampai pun langsung ke dalam apartment Shilla.

"Shil?" Panggil Stevan.

"Gue di dapur Stev." Ujar Shilla.

Stevan menghampiri Shilla dan melihat Shilla tengah membereskan pecahan piring yang berserakan.

"Ya ampun Shil, Lo kenapa?" Ujar Stevan dan langsung bergerak untuk membantu Shilla.

"Iya nih. Tadi ke Senggol. Terus jatoh." Ujar Shilla sambil tertawa kecil.

Stevan membuang serpihan piring itu dan mengambil vacum cleaner untuk membersihkan dapur itu. Shilla pun berdiri dan duduk di meja makan.

"Shil, hari ini Lo jadi kan fanmeeting novel Lo itu?" Tanya Stevan.

Shilla mengangguk. "Emang kenapa?"

"Gak ada. Yaudah gih buruan sana beres-beres. Jam 1 kan?" Tanya Stevan.

Shilla kembali mengangguk. Shilla pergi ke kamarnya dan bersiap-siap untuk fanmeeting pertamanya.

Novel itu, novel ibunya yang ia lanjutkan sudah laku terjual sekarang. Banyak yang senang dengan cerita di Novel itu. Mereka bilang, itu karna semua ceritanya terasa Real.

"Ayo." Ujar Shill setelah rapi dengan setelan kemeja oranye, cardigan hitam, jeans pendek, topi kupluk, clutch tas jinjing biru dan sepatu kets hitamnya.

Stevan tersenyum lalu berdiri. Ia sendiri sudah siap mengantarkan Shilla menuju lokasi Fanmeeting.

***

"Stev, mau makan gak?" Ucap Shilla.

"Boleh." Stevan berjalan menuju meja makan dan menatap jajangmyeon yang tadi Shilla beli.

PRANG!

Shilla lagi-lagi menjatuhkan gelas yang ia ambil dari lemari.

"Kenapa Shil? Kok jatuh lagi?" Tanya Stevan dan menghampiri Shilla.

"Tadi tangan gue licin. Gelasnya jadi jatuh." Ucap Shilla.

"Yaudah Lo duduk aja. Gue aja yang bersihin." Ucap Stevan.

Shilla mengangguk. Ia berjalan menuju kamar mandi dan memutar knop nya lalu menutup pintu.

Ia bediri di depan wastafel. Memandangi pantulan dirinya yang berantakan di cermin.

"Buruk." Gumam Shilla.

Ia menggerakkan tangannya dan mengambil botol berisi obat di lemari atas.

"Uhuk!"

Shilla terbatuk. Tangannya menangkup mulutnya yang mengeluarkan isi.

Darah. Dan Shilla kembali terbatuk. Stevan dari luar mengernyit bingung mendengar suara batuk tidak henti dari dalam kamar mandi.

"Shil? Are you Okay?" Tanya Stevan mendekati pintu kamar mandi.

Shilla tidak menjawab. Hanya ada suara Kran wastafel dan suara batuk Shilla di sana.

"Shil?" Panggil Stevan khawatir. Ia berusaha membuka pintu dan mengetuk pintu.

Tiba-tiba knop terputar dan pintu terbuka.

"Shil, are you ok-Shilla Lo kenapa berdarah gini!?" Ujar Stevan tiba-tiba heboh saat melihat darah berlumuran di baju yang Shilla pakai.

Shilla hanya menatap Stevan lemas sebelum akhirnya ia jatuh pingsan. Stevan mengangkatnya dan langsung membawanya keluar menuju rumah sakit dengan perasaan khawatir dan panik.

Hello, Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang