9

1.8K 170 3
                                    

"Fio lepasin dulu" ucap zee yang menahannya adalah fiony teman kampusnya

setelah kejadian dikampus tadi zee tidak sempat mengejar chika dan langsung pulang

|
|
|

"Dunia orang dewasa tidak selurus dunia anak anak yang kadang lima menit bertengkar, lima menit kemudian mereka sudah baikan. Kamu tahu, dunia orang dewasa itu kaya bawang merah, berlapis lapis oleh ego,keras kepala oleh argumen dan adanya pembenaran yang boleh jadi tidak akan kamu pahami sekarang."

Bunda menatapku secara dalam dan dalam. "kamu ngerti apa yang dimaksud bunda?"

"gak bun" jawabnya dengan jujur, menelan ludah.

Bunda tertawa kecil. "gak masalah, nanti kamu juga bakal ngerti kok" dengan mengelus rambut ku

Sekarang bunda sedang membantuku merapihkan baju dan barang barang yang akan dibawa nantinya, sesekali kita berdua saling melempar canda sebelum nanti kita saling rindu

"inget pesan bunda ya zee, kabarin ke bunda apapun itu walaupun bunda gak bisa awasin kamu" kata bunda

Zee mengacungkan jempolnya dan juga melirik ke arah hp nya itu yang sedari tadi menunggu suatu pesan dari seseorang, shani yang menyadari tingkah laku dari anaknya itu hanya tersenyum. "lagi naksir sama orang ya kak" ucapnya pelan

"Ha nggak kok bun. Ya kali, tiba tiba naksir orang" gugup zee

"Kita gak pernah tahu zee yang namanya perasaan naksir sama orang itu pasti atau gak, malah kadang orang yang kamu bilang nggak itu bisa aja ternyata beneran naksir. Karena kamu tahu perempuan seperti apa yang membahayakan?"

"Apa" tanya zee

"Perempuan yang cantiknya bukan dari parasnya aja. Tapi dari hati dan isi kepala nya"

Ucapan bundanya membuat dirinya terdiam. Zee sama sekali tidak bersuara untuk beberapa saat ketika bundanya kini tengah merapihkan sisa bajunya dilemari. Kalimat yang didengarnya barusan membuat berpikir. Pada usia sembilan belas tahun, dirinya sudah beberapa kali bertemu dengan perempuan. Ada dari beberapa mereka yang kemudian menjalin hubungan dengannya. Namun ia tidak berbohong bahwa hal pertama yang membuatnya tertarik adalah fisik.

~~~

Kini sekumpulan para gadis sedang berada didalam 1 kamar dan saling bertukar cerita satu sama lain untuk membahas apa saja yang ada dipikiran mereka itu. "Belom cocok,mau gimana" ashel tertawa kecil dan memundurkan posisi duduknya.

"Tapi serius question, nih, chik..." gadis itu menghadap chika

"Apa tuh?"

"Ada gak orang yang gak brengsek?" Pertanyaan itu benar - benar keluar dari dirinya. Pertanyaan yang benar-benar butuh jawaban.

Chika menggumam "Banyak, yang bahkan menurut orang brengsek padahal engga. Cuma ya menurut gua, manusia emang ada sisi brengseknya masing-masing aja. Ada orang yang keliatan brengsek padahal tulus begitupun sebaliknya

"Hm.." ashel membulatkan bibirnya sambil mengangguk. Berusaha mengingat pria-pria macam apa yang dulu pernah berhubungan dengannya. "Kalau lo? yang mana?"

"Gua.." chika menatap langit kamar sepersekian detik, lalu kembali fokus dengan pertanyaannya "Gua...bakal tulus, mungkin kalo ketemu yang tepat"

Eli memutar kedua bola matanya, meremehkan. "Sampe kapannnnn yesicaa"

"Ya, sampe ketemu" jawabnya sambil mengambil snack yang tadi ia bawa dari dapur

|
|
|

Zee kini berada didepan rumah chika yang sedari tadi ia merasa khawatir karena pesannya tidak kunjung dibalas selama beberapa jam, "Chik itu bukannya zee" tunjuk ashel dari jendela kamar chika

Chika berdiam jongkok melihat zee yang sudah berada didepan rumahnya, gimana pikirnya untuk ia tidak bertemu zee hari ini "lu ngapain, sana samperin kita tunggu sini" kata eli sambil memakan snack

"biarin aja lah nanti juga pergi gw lagi males" kata chika yang kini ingin menaiki kasur

"kita udah tau chik gimana lu sama zee, ayolah kalo lu gak bisa ketemu hari ini emang besok bisa?" tegas ashel

Chika berpikir sejenak memang benar kata ashel bahwa besok ia pasti sudah tidak bisa melihat zee karena jadwalnya besok untuk penerbangan ke UK, "iya gw temuin dia kalian disini aja" ucapnya mengambil sweater yang tergantung

"Chik-" ucap zee yang saat ingin memanggil chika namun pintu rumahnya sudah terbuka. "ngapain dateng kesini malem-malem" cuek chika

"Ayo ngomong sebentar chik gw mohon" ucap zee

"Kita ke taman belakang komplek" kata chika langsung menutup pintu rumahnya dan mendahului zee, sepanjang jalan hanya ada suara burung berkicau dan hembusan angin. Tidak ada obrolan yang terjadi sampai mereka berdua berada di taman itu

Kini keduanya tengah berada ditaman komplek yang biasa anak- anak suka main namun karena jam sudah agak malem jadi tidak ada satupun yang kesini. Tiba -tiba zee mendekatkan dirinya ke arah chika dan langsung memeluknya dengan erat lebih erat. Bahkan sangat erat sampai chika yakin dirinya tidak pernah dipeluk seerat ini oleh siapapun sebelumnya.

Menenggelamkan kepalanya dalam ceruk leher chika dengan bernapas berat disana. Seperti juga, menahan nangis. Dirinya kini yang sedang berpagut kepada orang lain setelah bundanya. Berusaha menenangkan dirinya yang kini masih berpagut pada chika. Memastikan momen yang ia lakukan ini bukan hanya semalam, namun selamanya. Memastikan zee yang sudah sedikit tenang membuat chika mengajaknya untuk duduk

"Maaf..." ucap zee menundukan kepalanya, chika mengangkat kepala zee dan mengelap bekas air mata yang masih tersisa dengan ujung bajunya. "cowo kok cengeng" dengan telaten chika mengelap zee, kini dirinya bergantian mengambil alih untuk mengsingkirkan tangannya chika dari wajahnya itu dan menatap penuh wajah chika

"Chik" zee menarik napas panjang dan perlahan memegang tangan chika

"Kamu berhak marah,sedih,bingung apalagi kecewa, atau apapun itu yang kamu rasain ke aku sekarang. Aku juga sadar kalau aku salah karena ngga cerita ke kamu, aku minta maaf untuk itu" jelas zee

Tangis chika perlahan mulai terdengar oleh zee, "bukannya aku gak seneng atau gimana, nggak mungkin juga aku ngelarang kamu buat kesana karena urusan dari papah kamu kan. Tapi aku kecewa karena kamu sama sekali gak kasitau kenapa....kenapa aku malah tau itu dari aldo bukan dari kamu sendiri" Napas chika tersenggal-senggal. Dadanya terasa semakin sesak sekarang, terutama karena tangisnya kian kencang.

Zee benar-benar merasa dirinya tidak benar bagaimana ia bisa membuat seorang perempuan menangis karena dirinya, "chik liat aku" zee menangkup kedua pipi chika menggunakan tangannya dan "cup.."
Ada satu kecupan dibibir dari zee untuk menenangkan chika. Chika jelas kaget dan memukul lengan zee "first kiss gua" ucap chika dengan memegang bibir nya

Zee tertawa kecil "sama kok"

"Sekarang sampai seterusnya Yessica nataline tolong izinin gw buat selalu ada disamping lu. Gua akan ngomong itu setelah gw balik dari UK" senyum zee

"Zee, kamu satu tahun disana kalo kamu ketemu perempuan yang lebih cantik dari aku, lebih lembut dari aku, gimana?"

Sejenak tertawa kemudian zee menatap chika dengan serius. "Kalo aku mencintai karena hanya cantiknya aja, aku nggak akan pernah puas karena didunia ini banyak perempuan, aku pasti akan selalu cari yang lebih cantik lagi." Detik itu chika mengerutkan dahi, ia sama sekali belum mendapat jawaban. "Ya apa?"

"Karena kamu pertama dan yang terakhir. Jadi, aku harus perlakuin kamu sebaik-baiknya, biarpun nggak punya jajaran mantan yang bisa dijadiin acuan dunia pergombalan- eh, tapi aku nggak gombal" Zeendra membenarkan kalimatnya, tapi chika terlanjur memasang muka meledek. "Aku akan menjadi laki-laki kedua yang paling mencintai kamu setelah ayah kamu, Yessica".

TBC












Senandika [END]. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang