10

1.9K 152 1
                                    

Kini keduanya sudah berada dirumah masing-masing. Deskripsi yang pantas kita gambarkan untuk keduanya adalah bahagia, ya tentu saja jika kita bisa melihat keduanya tidak berhenti mengembangkan senyumnya

Chika? berguling ke kiri - ke kanan tiada hentinya karena mengingat apa yang terjadi dengan dirinya dan zee pada saat ditaman. Langsung memposisikan dirinya ke depan cermin sambil memegang bibirnya itu, ah untuk mengingatnya saja cukup membuat muka chika seperti tomat, padahal dirinya ingin bercerita kepada teman-temannya itu namun mereka sudah pamit pulang terlebih dahulu.

Sama halnya dengan zee dikamarnya pria ini akhirnya merasakan perasaan lega dan bahagia setelah mengeluarkan kata-kata yang mungkin selama ini dipendam. Namun tidak dapat berbahagia terlalu lama baginya karena mengingat besok dirinya sudah meninggalkan indonesia

|
|

DRTT...DRTTT

Suara dering telpon hp yang cukup berisik dipagi hari membuat zee terbangun dengan keadaan setengah sadar dan mengambil hp nya. ”Halo” ucapnya dengan suara lemas ”zee ini kakak nanti jangan lupa jam 10 udah dibandara ya”. Begitulah panggilan dipagi hari yang mengusik zee

Rasanya ingin kembali lagi ke dunia mimpi tapi tiba-tiba saja rasa ngantuk tadi yang menguasai ilang sepenuhnya. ”Masih setengah 6 ternyata” gumam zee

Zee yang merasa dirinya tidak akan tidur lagi langsung mencuci muka dan turun kebawah, ”bunda” peluk zee melihat bundanya sudah berada di dapur. ”Loh udah bangun kak?” tanya bunda pada zee. ”Masih aga ngantuk tapi zee gamau tidur lagi,” katanya sambil memeluk sang bunda

”Enaknya ngapain ya bun?” seraya melirik bundanya

”Kakak mau nya ngapain?” tanya sang bunda namun zee bergeming

”Zee siap-siap aja deh bun, takut ada yang kelupaan nanti” ucapnya meninggalkan sang bunda untuk kembali ke kamarnya

|
|

Tidak menghitung waktu tidak akan menjadikan waktu berhenti. Sama seperti meyakinkan diri sendiri bahwa sesuatu itu biasa-biasa saja tidak akan dapat mengingkari takdirnya untuk menjadi lebih dari biasa. Zee menyadari hal ini sekarang, saat dia berdiri berhadapan dengan chika didepan para keluarga nya, dengan kedua tangan terlipat di dada untuk sedikit menghalau udara dingin, dan itu membuatnya menghela napas pelan, terlalu pelan untuk disadari chika.

Chika tiba-tiba memeluknya, erat, lebih erat tanpa mengatakan apa-apa, cuma memeluknya. Lalu sebelum zee bahkan sempat memejamkan mata untuk meresapi pelukan itu, chika melepaskannya, kembali berdiri di depannya, menatap mata dengan sorot mata yang tidak dapat diartikan zee.

”Have a safe flight, zee” chika akhirnya mengucapkan ini. ”Dont be a stranger okay?” Kalimat terakhir yang dicetuskannya itu mungkin lebih sering menjadi basa-basi bagi banyak orang dan banyak peristiwa lainnya, tapi chika tidak pernah lebih dari sungguh-sungguh daripada sekarang, walaupun kata-kata penuh pengharapan itu diucapkannya pelan, dengan senyum riang dipaksakan, menyamarkan kesedihannya.

Zee mengangguk, lalu dikecupnya pipi chika, singkat, dan dengan suara parau diucapkannya kalimat perpisahan itu ”aku nggak akan berubah”. Lalu zee tersenyum tipis tidak lupa untuk berpamitan juga pada sang keluarga tercintanya, hanya dua atau tiga detik dan langsung berbalik badan, berlalu dengan derap langkah tergesa-gesa, seakan-akan waktu memakan semua momen mereka. Chika masih berdiri disitu menatap punggung zee

Butuh waktu perjalanan yang akan lama untuk zee dan sekretaris nya sampai dinegara orang, mungkin bagi zee ini adalah momen yang pas untuk menghabiskan waktu istirahatnya ber jam- jam dipesawat ”Kak mpen zee tidur ya” sekretarisnya itu yang bernama Feni Alinir atau kerap biasa dipanggil kak mpen oleh zee hanya membalas dengan anggukan pelan

”Oh iya kak”

Feni menoleh ia kira zee sudah tidur

”Kakak ketemu Mira ya kemarin, aku kira kalian mau berantem”

Feni mengalihkan pandangannya sambil tertawa ”Haha, buat apa berantem? Dia gak salah.”

”Maksud zee, kok kakak bisa lapang dada gak marah didepan orang yang...secara gak langsung ngehancurin hubungan kakak?” Feni menghela napas dan bersadar dikursi pesawat. ”Hm...” Ia bergumam, berpikir. Berusaha merangkai kata yang tepat untuk menggambarkan ”Kakak ngerasa, kayak kita perlu liat segala dari dua sisi. Kurang adil rasanya kalo cuma paksa orang ngerti keadaan kita sedangkan kita sama sekali gak peduli. Kalo dipikir baik-baik, malah Mira jauh lebih sakit karena hubungannya lebih lama,  Dibohonginnya lebih lama.”

Zee mendengarkan tanpa memotong

”Kakak tuh, selalu mikirin perasaan orang lain. Tapi...” Zee membuka aisleepnya menghadap feni. ”Pertanyaan zee, kakak pernah gak mikirin diri sendiri?” Feni terkekeh tak tahu mau menjawab apa karena dusta jika menjawab iya.

”Kamu udah dewasa ya sekarang, perasaan dulu apa-apa minta temenin kakak terus.” sindir Feni membuat zee memutar bolanya dan kembali memakai aisleep ”Aku udah sembilan belas tahun gak mungkin kan zee yang kakak kenal bakal selalu sama” ucapnya. Benar apa adanya yang diucapkan zee mungkin dirinya terlalu fokus terhadap orang lain dan tidak terlalu memperhatikan dirinya sendiri

”Kalo dia ngeliat kamu yang sekarang pasti seneng zee” batinnya

---------------------------------------------------------

Haii Haii udah sampe chap 10 nih
so far gimanaa sama ceritanya?? semoga kalian suka & ttp enjoy ya

untuk chap ini maaf kalo pendek karena kedepannya akan.... (rahasia)

kalo ada kritik/saran boleh banget

see u in the next chapter

Senandika [END]. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang