11

1.8K 141 6
                                    

Pagi ini hari yang menjadi cukup padat bagi seorang zee, sudah melintasi berbagai jalanan untuk menuju kantor nya. Hari yang seharusnya dia bisa gunakan untuk ber istirahat tapi nasib mengatakan lain untuk pemuda ini ”Tumben banget kak jam segini udah harus meeting” ucapnya sambil memainkan ponsel

”Kamu tau sendiri yang kerja sama kamu gimana orang nya, sama sekali gaboleh ada yang misskom kan” jawab feni

Zee hanya melihat ke arah jendela mobil untuk sekedar melihat-lihat agar dirinya tidak bosan. Dua jam kemudian akhirnya mereka tiba dikantor dan langsung menuju ruangan meeting

|
|

Akhirnya meeting yang menurutnya cukup menghabiskan waktu telah selesai juga. ”Gimana meetingnya” tanya sang Feni


”Aku khawatir” ucap zee

”Khawatir kenapa?” tanya Feni

”Kayak banyak yang dikerjain, kuliah,
kerjaan, sama project. Tiga hal, tapi semuanya krusial gitu. Aku khawatir gak bisa maksimalin ketiganya”


”Karena kamu mikirnya barengan.”

Zee yang sudah bersender pada kursi kantornya itu terlihat lebih muram dari sebelumnya. Ia kemudian kembali menegakkan tubuh untuk mengaduk kopi miliknya dengan sedotan, tanpa meminumnya. Lalu ia berkata ”Ya, gimana dong? Aku punya tanggung jawab disemuanya jadi, ya mau nggak mau harus dipikirin.”

”Kakak bukan bilang nggak boleh dipikirin, tapi dipikirinnya satu-satu.” ucapan Feni membuat zee terdiam, tangannya masih terlihat mengaduk kopinya dan tetap tidak diminum. ”Kalau punya tanggung jawab, jangan dijadiin itu sebagai beban. Coba kamu buat to do list atau agenda, sekarang coba dilakuin. Kamu bikin daftar mana yang important dan urgent, kalau kamu mikirnya barengan ya berantakan, jadinya kamu bakal stress sendiri.”

”Ya udah, pas kamu selesai mau coba dirapihin nggak? Kakak temenin dan bantu kalau bisa.” Feni menawarkan bantuannya. 

Zee meraih buku catatan yang digunakan untuk membuat daftar kegiatannya. Ia membuka buku tersebut untuk melihat sisa agenda untuk malam nanti, kemudian ia kembali menatap Feni yang tengah membereskan dokumen, ”Boleh,nanti pas di apartemen aja ya kak? Aku mau siap-siap keluar dulu.”


Zee memutuskan pergi dari kawasan kantor terlebih dahulu untuk mencari makan, tujuannya? entahlah dia hanya mengendarai mobilnya sendiri walaupun dari sang sekretaris masih belom mengizinkan zee untuk keluar sendirian. Katanya si takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, ”emang dipikirnya gw anak kecil apa diculik segala” gumam nya yang tengah fokus menyetir mobil

Dirinya mendapati sebuah cafe yang bisa dibilang terlihat minimalis namun cenderung sedikit modern, banyak berbagai orang yang sudah berada di cafe ini. Pikirnya ia adalah orang satu-satunya yang sudah bekerja se pagi ini namun ternyata masih banyak orang lebih dari dirinya, menengok kanan-kiri untuk melihat tempat duduk mana yang masih bisa ditempati. Nihil tempat ini sangat-sangat penuh

Ternyata masih ada 1 tempat duduk yang kosong, namun terdapat sebuah sosok perempuan muda yang tengah duduk di situ juga. ”Masa gw harus duduk sama perempuan si” batinnya, mau pergi ke cafe lain juga tenaga nya sudah terbilang habis karena meeting tadi pagi. Akhirnya zee memberanikan diri ke meja perempuan itu untuk menempati kursi yang kosong ”excuse me, can i sit here?” tanya nya dengan sebaik mungkin

Gadis itu hanya mengganguk sembari fokus terhadap laptopnya entah apa yang ia kerjakan dihari pagi ini, zee tidak terlalu mengambil pusing dengan gadis itu dan langsung saja duduk. Gadis itu secara tidak sengaja melihat tas kecil zee yang terdapat gantungan baju batik kecil dan mengeritkan dahinya ”orang indo?” tanya nya pelan. Zee cukup kaget mendengar gadis yang didepannya menggunakan bahasa dimana zee lahir

”Lu barusan ngomong bahasa indonesia?” tanyanya memastikan

”Perlu gw ulangin apa gimana” ucap gadis tersebut

Ternyata benar zee tidak salah dengar bahwa gadis ini 1 negara dengannya, ”kok lu tau?” tanya zee sembari mengeluarkan laptop dari tasnya. Gadis itu menunjuk dengan telunjuknya ke arah gantungan kunci batik yang ada di tas zee. ”Nama kakak siapa?” tanya sang gadis tersebut

”Zeendra, kamu sendiri?” tanya zee balik

”Marsha kak”

Zee mengangkat satu tangannya untuk memanggil pelayan yang ada disitu untuk segera memesan makanan dan minuman karena sedari pagi tadi dirinya sama sekali belom mengisi perut, menunggu sekitar 10 menit untuk pesanan tiba ke meja dua orang ini, ”banyak banget kak pesennya” ucapnya seraya melirik makanan yang dipesan zee. ”Gapapa sekalian kita makan bareng, aku traktir abisnya dari pas masuk mejanya kosong banget” ucap zee

”Kamu disini sendiri apa tinggal sama yang lain?” tanya zee sembari menyicip makanannya

”Sama mamih aku kak, kebetulan mamih lagi sakit terus sekalian aku nyari kerja sampingan disini, awalnya dapet beasiswa buat kuliah cuman kurang buat sehari-hari” ujar nya

|
|
|

Chika kini terdiam diruang tv entah apa yang membuat nya kepikiran sesuatu karena perkataan teman-temannya saat di kampus tadi. ”Chik lu yakin bakal nunggu zee setahun?” tanya eli, chika bergeming dia pikir awalnya setahun bukanlah waktu yang lama baginya tapi mengingat belum ada kejelasan diantara keduanya itu membuat chika khawatir

”Chika...” ucap anin lembut. Anin bergeser lebih dekat dengan chika lalu menarik dan meletakkan kepala putrinya itu untuk bersandar dibahunya. ”Lagi ada masalah?” chika hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan dari mamihnya itu

”Menurut mamih zee gimana?” pertanyaan yang akhirnya dikeluarkan oleh chika. ”Zee ganteng gitu kok.” ucap anin

Chika membulatkan matanya dan menatap anin curiga. ”Ma....mamih sehat, kan?”

”Dengerin mamih, chik. Jangan gengsi
buat ungkapin apa yang kamu rasain semuanya ke zee.” ucap anin menasehatin

”Tapi Chika nggak---”

”Nggak usah bohong sama mamih”

Chika menghela napas pasrah. ”Iya, Mih...maaf”

”Mamih juga pernah muda, pernah rasain apa yang kamu rasain pasti. Kamu mau tau waktu Mamih muda dulu?” Tanya anin

Chika tak bersuara. Dia hanya mengangguk kecil

Anin berdehem terlebih dahulu. ”Dulu, Mamih juga sama kayak kamu. Mamih diem-diem suka sama Papa. Mama tuh cuek, tapi papa kamu orang nya blak-blakan. Kalau dia suka sama mama ya, dia pasti langsung ngomong. Tapi lama-lama, Papa kamu punya caranya sendiri buat luluhin hati mamih. Kamu harus tau satu hal, bahwa setiap orang punya cara sendiri untuk mengungkapkan seberapa besar sayangnya ke kita,” ucap Anin, tersenyum kepada putrinya. ”Kalaupun kalian jalanin sekarang tanpa status apalagi zee sekarang lagi diluar negri dan bikin kamu merasa bahwa nantinya hubungan kalian gak nentu, justru kamu yang harus lurusin. Bikin dia kembali ke alur cerita cinta yang kalian buat.”

Aku hanya tersenyum mendengar nasihat dari mamih, terkadang baginya zee memang orang yang unik sekaligus aneh dan terkadang menyebalkan tapi perasaan tulus yang chika punya sekarang membuatnya ingin selalu berada terus disamping zee. Suatu saat? Berdoa saja jika semesta pada nantinya menyatukan mereka.






Senandika [END]. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang