22

1.6K 141 6
                                    

”Udah disiapin semua kak?”

Yang ditanya pun masih melihat-lihat isi tas nya, takut ada barang yang mungkin nantinya tidak terbawa olehnya. Kemudian ia menutup resleting tas yang dimiliki dengan lesu

”Kamu ngga semangat banget kayaknya, kenapa?”

”Aku batalin aja kali ya mih KKN nya, mending dirumah sakit aja.” ucap si pemilik suara

Wanita dengan berpenampilan paruh baya ini hanya bisa menggeleng atas jawaban dari anaknya. Sebenarnya ia tau maksud dari anaknya yang lebih betah berada dirumah sakit ”Nanti kan Mamih yang jagain, ada tante shani juga pasti.” ucap Anin

Chika hanya mengeluarkan nafas panjangnya dengan muka yang terlihat tidak senang. Hari ini juga dirinya akan mengikuti program KKN dari kampus nya itu dengan jangka waktu 1 Bulan, 1 Bulan? Membayangi untuk tidak berada didekat Zee sehari saja bagi Chika sudah lumayan sulit, apalagi ini 1 Bulan.

”Ke rumah sakit dulu mih, aku pengen pamitan sekalian ke Zee.” ucap Chika yang diangguki oleh mamihnya

.
.
.
.
.
.

07.00 WIB

Perlahan suara kicauan burung memasuki telinganya, cukup terdengar nyaring untuk saat ini karena biasanya ia sama sekali jarang mendengar suara burung. Cahaya yang terang menusuk penglihatan dirinya membuat nya terusik dari tidurnya itu. Zee perlahan membuka mata nya yang menangkap sosok perempuan tinggi dengan pakaian yang sangat rapih. ”Bunda...?” yang terpanggil hanya tersenyum, kemudian mendekati sang Anak.

”Muka kamu kaget gitu, kenapa? Kayak nggak pernah liat Bunda nya aja.”

”Yaa...kan biasanya Bunda jam segini ngurus toko batik dulu, baru inget anak.” jawaban dari Zee membuatnya mendapatkan 1 cubitan di perutnya

”Awws, sakit ih bun malah dicubit.”

”Ngomong kamu sekali lagi, Bunda pelintir nanti kamu.” tegas Shani

Yang terkena cubitan pun hanya bisa menampilkan senyum kaku nya lalu menarik selimutnya kembali.

”Masih pagi banget Bunda, aku tidur bentar lagi gapapa ya.” ucap Zee dengan suara pelannya, memang akhir-akhir ini dirinya tidak terbiasa untuk bangun pagi, kecuali ada pengobatan tambahan dari Dokter yang merawatnya. Tidak terhitung sampai 10 menit dirinya untuk segera tidur terdengar suara berisik dari luar kamarnya seperti ada perdebatan kecil.

Inilah hal yang membuatnya sangat tidak ingin bangun di pagi hari. Selain rasa ngantuk yang terus menyerang, suara kebisingan terus muncul dimana-mana. Keinginannya untuk tidur hilang begitu saja karena suara yang menggangu diluar, perlahan mulai hilang suara yang tadi terdengar berisik diluar. Kini ia memposisikan bantalnya untuk menutup wajahnya itu, belum sampai 5 menit juga pintu ruang kamarnya terbuka perlahan.

Rasanya ingin sekali ia mengutuk dirinya sendiri atas hal-hal yang sudah membuatnya terganggu di pagi hari. Zee masih enggan untuk melihat siapa yang membuka pintu ruangannya, ia masih menutup wajahnya dengan bantal.

”Bunda itu siapa yang buka pintu?” tanya nya dengan suara yang terdengar kedap karena terhalang bantal

”Kamu liat aja sendiri, lagian ngapain ditutup-tutup segala mukanya.” kata Bunda nya itu

Mendengar jawaban dari sang Bunda cukup membuatnya kesal, apa salahnya tinggal memberi tahu siapa yang sedang berada di ruang rawatnya sekarang. ”Aku ngantuk mau tidur dari tadi keganggu terus.” jawabnya kemudian.

”Ganggu ya kita shan, ini si Chika rewel katanya mau pamitan dulu.”

Suara yang tidak asing bagi Zee membuat menyingkirkan bantalnya lalu melihat ke arah pemilik suara. Ternyata terdapat Chika dan Anin yang sedang berada di ruang rawatnya sekarang

”Eh, Tante... enggak kok tan, hehe maaf Zee kira siapa tadi.” ucap Zee cengegesan

Kini pandangan Zee mengarah ke Chika, bisa dilihat tatapan Chika sekarang adalah tatapan seperti ingin memakan seseorang. ”Jadi maksud kamu aku ganggu gitu dateng kesini.” yang di tatap kini membuka suaranya dengan sedikit marah.

”Yaudah kalo gitu, engga perlu jadi pamitan aku mau langsung pergi aja.”

Sebenarnya Chika tidak marah, hanya saja ia ingin sedikit membuat skenario tambahan untuk dirinya menjahili Zee pagi-pagi. Chika perlahan memutarkan badannya untuk berpura-pura pergi, lalu tiba-tiba tangannya tertahan yang sangat jelas Chika mengetahui pemilik tangan tersebut.

”Engga gitu maksud aku, aku ngga tau kalo yang dateng ternyata kamu sama Mamih.”

Chika masih belom menjawab dan masih ingin melanjutkan kejahilannya terhadap Zee. ”Hmm... udah lepasin nanti telat aku.” balasan dari Chika

Chika melepaskan tangan Zee yang menahannya dan berpura-pura ingin segera pergi.

”Chik mau keman-, ” ucapannya terpotong karena merasakan sakit dikepalanya

”Bunda...” terdengar pelan namun Shani masih bisa mendengar panggilan dari Anaknya

Shani segera mendekat ke arah Zee dan menekan tombol nurse call untuk memanggil perawat. Perlahan tangan sang Anak di elus agar memberi sedikit ketenangan, saat perawat tiba Zee diberi penanganan langsung. Namun rasa sakitnya masih terasa, mungkin sekarang bagi Zee semakin terasa nyeri dikepalanya, akhirnya penanganan terakhir yang diberikan adalah memberi obat bius agar diberi waktu untuk istirahat terlebih dahulu. 

”Bunda, maaf aku nggak maksud buat marah beneran tadi.” ucap Chika lirih

Shani melemparkan senyum nya kepada Chika untuk menandakan bahwa ini bukan salahnya. ”Gapapa,  Zee nya lagi capek aja mungkin.”

Chika kembali memandangi Zee yang sudah kembali tertidur dengan wajah yang tenang.








Senandika [END]. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang