"Cinta itu perlu resiko, bahagia atau luka. Itu sudah menjadi tanggung jawab karena telah jatuh cinta."_Ema.
"Masa sih?"
"Ya, siapa tau, soalnya cinta itu kan gak ada yang tau," balas Ema.
"Iya sih bener, tapi kayaknya gak mungkin deh Ma," ujarnya lagi.
"Why not? "
"Ya kali Ma, cowok cakep kayak dia mau sama modelan kayak gue gini," ucapnya.
Ema meramgkul pundak Ningrum, walaupun baru hari ini Ema akrab pada gadis itu. Ema merasakan apa yang Ningrum rasakan juga.
"Rum, lo gak boleh kayak gitu. Lo tuh cantik, percaya diri itu harus, yah walaupun sadar diri itu perlu sih. Tapi, lo gak boleh pesimis gini, liat gimana nanti aja. Saran gue, kalau lo mau tau dia suka atau gak nya sama lo, lo ubah kelakuan lo yang petakilan itu jadi pendiam. Nanti dia ngerasa ada yang beda gitu sama lo," saran Ema.
"Apakah mungkin?"
Ema berdecak. "Ya ellah ni anak, gak percaya banget sama gue. Nih ya Rum, cowok kayak gitu bakal ngerasa ada yang aneh kalau dia suka sama seseorang, terus dia tau kalau orang yang dia sukain itu karakternya gimana, dan tiba-tiba berubah. Pasti dia bakal cari tau."
"Tapi..., gue takut Ma." Mimik wajahnya terlihat bimbang, cinta itu memang meribetkan, tapi terkadang juga menyenangkan.
"Takut kenapa?"
"Gue takut, datang cuman karena penasaran, terus pas udah tau segalanya eh malah ngilang," curhatnya.
Ema mengelus pundak Ningrum. "Yah, namanya juga percintaan Rum, gak ada yang mulus," jawabnya.
Ningrum menatap Ema. "Tapi, kisah lo sama Galen mulus-mulus aja tuh," ujarnya.
Ema memasang wajah malas, mungkin orang lain tahunya hubungan dirinya dan Galen itu seperti awan yang indah dan tenang. Namun, nyatanya hubungan mereka berdua itu seperti air yang diam-diam menghanyutkan.
"Lo belum tau aja, gimana gue sama Galen sering baku hantam," ujar Ema. Baru kali ini ia membahas tentang kisah cintanya yang dipenuhi pertengkaran yang menyebalkan.
"Emang iya?" binggung Ningrum.
"Lo boleh tanya Arul deh, tiap hari Galen itu cari masalah. Yah, walaupun gak pernah berantem hebat sih, cuman ledek-ledekan aja. Tapi, jujur ya, masa-masa itu bakal dirinduiin suatu saat nanti," ungkap Ema.
Saat Ema dan Ningrum sedang ngobrol, tiba-tiba Galen dan ketiga temannya datang mengejutkan mereka.
"Dor, hayo lagi ngomongin apa sih? Kok jadi kepo sih gue," tanya Galen.
Ningrum yang melihat tingkah Galen yang agak sedikit alay, kaget. Ternyata apa yang Ema ucapkan benar. Gadis itu mendekat ke arah Ema, membisikan sesuatu pada Ema.
"Ma, ternyata apa yang lo omongin benar ya, kok bisa ya?"
"Hehe, bisalah, cowok itu bakal berubah kalau dia nemuin orang yang tepat, bahkan yang cuek bisa jadi bucin. Tapi, bucinnya gak usah jadi tolol yang ngerendahin diri masing-masing," ujar Ema.
Ningrum tertawa, aksi itu menjadi pertanyaan untuk Arul dan Galen. "Napa lo ketawa-tawa?" wajah Galen seketika berubah, tidak ada lagi wajah sok cutenya seperti tadi.
"Gak papa kok, lucu aja gitu," ucap Ningrum.
"Kenapa?"
Arul pun masuk ke dalam obrolan Galen dan Ningrum. "Biasalah Gal, dia tuh lagi kasmara, sama kayak lo sama Ema. Kayaknya dia abis jadian sama Asep deh," sambung Arul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...