chap 11

1.4K 89 8
                                    

sailom sangat puas dengan pekerjaannya mengajarkan pimfa, dia orang yang tajam, rajin untuk belajar, tambahan, tambahan dia juga mencari soal masuk ke perguruan tinggi tahun tahun sebelumnya untuk meminta sailom mengajarkannya, yang mana membuatnya jadi belajar pengetahuan baru.

" jika kamu terus belajar seperti ini, kamu pasti akan mendapatkan nilai yang lebih dtinggi dari ku"

"ini sangat sulit, aku bisa mengingat rumusnya, tapi kecepatan ku saat menjumlahkannya sangat lamban, hasilnya rumus yang aku ingat jadi lupa"

" setelah menerima test, kamu hanya perlu menulis semua rumus yang sudah kamu ingat sebelumnya, lalu kerjahan soal yang mudah dah jelas dahulu, lalu sianya kerjakan soal yang sulit "

" yeah, mengapa aku tidak memikirkaan itu sebelumnya"

" sebenarnya, aku canggung setiap aku mengerjakan test"

" tapi peringkatmu selalu tiggi"

" karena jika aku tidak mengerjakannya dengan baik saat ujian, aku tidak akan mendapatkan beasiswa"

" aku bisa bilang kamu punya mimpi mu, aku harus mempunyai nya juga untuk diriku sendiri"

kedua orang dengan mimpinya melihat ke satu sama lain dan tersenyum, tapi suasana les yang menyenangkan dengan cepat di interupsi, dua gelas air diletakkan dengan kasar ke tengah meja, bahkan air di dalamnya terciprat ke buku sailom.

" tidak bisakah kamu menaruh gelas dengan hati-hati kanghan?"

" aku menaruhnya dengan benar, kenapa kamu tidak menyalahkan diri mu karena menaruh bukunya dengan berantakan"

" buku ku sudah dari tadi disini, kamu baru saja datang"

" jadi kamu menyalahkan ku karena mengganggu mu?"

" jadi ketika buku ku terciprat air, aku tidak bisa berbicara?"

semenjak sailom setuju untuk mengajar pimfa, mereka tidak punya waktu sehari pun untuk belajar dengan tenang, karena kanghan seperti roh yang tersebar yang selalu melayang-layang disekeliling mereka, walaupun orang yang kanghan sangat ingin dekati adalah pimfa, kehadirannya di sekitar sailom membuat jantungnya membengkak dengan kegembiraan yang tidak bisa di deskripsikannya. dia sering mengacau dan melalukan hal semacam yang membuat sailom merasa tidak nyaman dan terganggu.

" ada yang salah dengan mu kanghan? kenapa kamu selalu mengganggu kami yang sedang belajar?" pimfa mulai mendumal, biasanya kanghan tidak pernah mencari masalah dengan pimfa, tapi dia aneh semenjak datang ke sini.

" sailom bukan guru mu lagi, apakah kamu lupa?"

kanghan membeku, dan menaruh gelas yang dia pegang ke meja, tatapannya beralih dari pimfa ke mantan gurunya, di waktu ini, sailom bertindak seperti orang asing dan tidak menyapanya pada saat mereka berdua berlari di lapangan. walaupun berkali-kali kanghan melihat kearahnya, hanya ingin mendapat senyuman pun tidak masalah.

" seperti anak kecil yang menolak untuk berkembang"

sebenarnya kanghan membawa dua gelas air dan satunya untuk sailom, tapi sekarang dia mengambilnya dan meminumnya, lalu memberikan gelas yang satunya ke pimfa.

sailom tidak terkejut dengan itu, dari awal dia sudah tau dua gelas di tangan kanghan untuk dia sendiri dan pimfa, pada saat ini, kanghan mengguncang pahanya di satu sisi dia bangga sudah membuaut sailom marah, tapi pada saat dia melihat keduanya tidak perduli dan melanjutkan sesi belajarnya, dia hanya bisa duduk dengan cemberut, kanghan tau dia marah, tapi dia benci dirinya sendiri karena tidak tahu kenapa dia marah

kincir angin yang ditiupWhere stories live. Discover now