chap 19

1.9K 68 4
                                    

mentari pagi bersinar terang ke kaca yang besar hingga memasuki kamar, dan AC tidak berhenti mengeluarkan udara dingin, juga tidak membangunkan orang-orang yang sedang tidur, tapi untuk orang normal yang tidur sangat sedikit sepertinya, di terbangun selama satu jam, namun karena semalaman masih ada dipangguannya, sailom tidak berani berpindah sedikitpun, tidak sampai matahari bersinar ti tempat tidur mereka, cahayanya bersinar sampai kemata mereka, orang yang lain mulai bangun, melihat itu dia menutup matanya rapat-rapat, karena dia tidak mau kanghan tahu jiak dia sudah berbaring sambil menatap kanghan lama.

tapi dia tidak mendengar atau merasakan pergerakan kanghan, setelah beberapa menit diam sailom membuka matanya lagi dan melihat orang yang lain sedang menatapnya.

keheningan berlangsung selama beberapa menit, namun kejadian tadi malam mengingatkan mereka berdua bahwa semalam pasti menjadi kenangan indah di hati mereka.

" uh.." biasanya diantara mereka berdua, sailom yang selalu aktif menyelesaikan ketegangan dan rasa malu diantara keduanya, tapi kali ini kanghan ingin mengatakan sesuatu terlebih dahulu.

" kamu.. apa kamu terbangun?" itu tidak perlu banyak berfikir untuk menjawab pertanyaan iin, tapi sailom tidak tahu apa ayng harus dikatakannya pada saat ini.

" apa masih sakit?"

" tidak sakit" setelah melewati malam bersama, sailom mandi dan membersihkan tubuhnya, lalu berendam di air hangat sebentar untuk menenangkan tubuhnya, dan tidak ada rasa sakit seperti yang dibayangkannya.

" bagaimana leher mu?" ujung jarinya yang kasar membelai tanda merah yang terdapat di lehernya.

" ada bercak merah seperti bekas gigitan nyamuk"

" leher mu juga ada disana" sailom selesai berbicara.

" aku tidak tahu jika di tulang selangka bisa ditutupi" sailom melanjutkan.

" kenapa ditutupi?"

" lalu..?"

" aku harus memberi tahu orang-orang jika aku sudah ada yang punya"

meski dia yang membuat percakapan terlebih dahulu, suasana yang canggung masih tidak wajar, kanghan masih ingin mencari sesuatu untuk menggoda sailom, karena dia ingin memperpanjang waktu yang indah ini, tapi sekarang ponsel di meja berdering lagi.

" tidak mau kah kamu mengangkat telepon?"

sailom melihat kearah ponsel yang berdering tiada henti, sampai kanghan melepas pegangannya yang memegang sailom, dia mengangkat ponselnya dan melihat nama yang muncul di layarnya, berdiam sebentar, sampai sailom mulai ragu.

" apa ada yang salah?"

" guy menelepon" kanghan hanya bisa berkata satu kalimat ke dia, lalu memutuskan untuk menjawab panggilannya, dan di waktu  yang sama menyalakan speaker agar sailom bisa mendengarnya juga.

" kemaa kamu kanghan?! apa kamu lupa pertandingan hari ini di stadium chonburi?" guy hampir ingin memasuki bis dari sekolah ke stadium, dia bertanya dengan cepat, karena seluruh orang di tim ingin berangkat bersama, tapi kanghan masih belum datang ke sekolah.

" tidak perlu menunggu ku"

" apa kamu akan berangkat sendiri?"

" aku akan mundur"

" apa kamu bilang?!"

semenjak guy menghapus prasangkanya terhadap kanghan, dia bisa melihat bahwa kanghan memiliki bakat dalam sepak bola, tapi saat dia akan menjadi lebih baik dia mengatakan akan mundur tanpa alasan, yang mana ini adalah suatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya, kanghan pasti mengalami masalah.

kincir angin yang ditiupWhere stories live. Discover now