chap 23

1.4K 73 6
                                    

kedua saudara itu dipisahkan dengan pembatas besi, walaupun mereka hanya terpisah beberapa cm, tapi mereka sangat tahu jika sekarang mereka di kedua dunia yang berbeda. peraturan tahan ini hanya dapat dikunjungi sekali sehari, hanya mendapatkan waktu 40 menit. dan sailom sudah menggunakan waktunya sekitar 20 meniit menanyakan tentang situasi saifah, tapi situasi terakhirnya tidak bisa dikatakan baik sebenarnya. wajahnya dengan jelas kurus, mata hitamnya seperti dia kurang tidur, tapi orang itu masih memberinya senyum yang lemah, seperti apa yang terjadi tidak sulit untuk dilewati.

" aku mencari uang, untuk membayar pegacara untuk mu" sailom ingin agar kakaknya sedikit tenang, karena dia tidak pernah memikirkan untuk meng asingkannya, tapi selalu mencari jalan untuk membantunya.

" jangan.. simpan uang mu, kamu harus segera masuk kuliah, kamu pasti membutuhkan uang lebih" tapi saifah tidak setuju.

" jangan perdulikan itu, sekarang lebih penting untuk membantumu"

" aku sudah mengaku kejahatan ku, pengacara akan tidak terpakai, pada akhirnya aku akan masuk penjara"

" saifah, kamu dan aku adalah saudara, bagaimana aku bisa tidak diam  jika kamu memberi tahuku kamu benar atau berbohong?'

" tapi semua orang berpikir seperti itu.. kamu harus berpikir seperti itu juuga"

" mengapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya, kenapa kamu menyembunyukan dan menutupi yang lain"

" coba untuk hidup lebih baik, fokus belajar dan belajar yang benar seperti yang biasa kamu lakukan"

" kamu ingin aku hidup dengan tenang sementara saudara ku hidup di tempat ini?!"

" kalau begitu mulai dari sekarang kamu tidak perlu datang kmari, kamu seharusnya tidak sering pergi ketempat semacam ini"

sailom memandang saifah dengan kemarahan, dia tidak perduli apa yang saifah katakan, dan membicarakan topik yang lain menghindari pernyataan saifah, dia merasa terpojokkan dengan niatnya yang ingin menolong saifah, sailom memandang saifah dipeuhi dengan kebencian, walaupun dia dan nabdao selalu berpikir bagaimana cara menolongnya, dia sendiri memilih untuk tetap tinggal dan memikul kasus ini.

" bahkan jika kamu tidak melakukan kejahatan ini, apakah kamu akan tetap bertanggung jawab?"

saifah terdiam seperti sebelumnya, tapi kali ini sailom tidak mempunyai kesabaran lain untuk mendengar, dia berdiri dan meninggalkannya dengan rasa marah, sebenarnya jika saifah bisa berbicara tentang apa yang terjadi di malam itu, dia mungkin bisa mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkannya, tapi saat ini seperti sailom yang mencoba untuk mendayung melewati air sendirian, semua yang dia lakukan membuang waktu, dan tidak berefek.

setelah sailom memutuskan untuk mendedikasikan dirinya untuk berkerja penuh waktu, dia kembali berkerja di bengkel, mulai dari membuka gerbang, sampai selesai menangani pelanggan yang terakhir di jam 8 malam. tapi sebenarnya setelah membersihkan toko itu, sudah jam 10 malam. walaupun pemasukan dari bekerja di bengkel tidak bisa di bandingkan dengan pekerjaannya yang kemarin, tapi bisa saja dia bertemu tamu seperti yang kemarin lagi, sailom tidak mau mengambil resiko, seat dia bertanya ke manager untuk melamar disini lagi, mempertimbangkan keberuntungannya apakan masih bagus, kebetulan manager itu sedang mencari karyawan baru untuk menggantikan karyawan yang baru saja keluar, sebenarnya, mendapatkan sedikit uang lebih baik dari pada tidak menghasilkan sama sekali.

setelah berpikir optimis, kakinya berpindah ke tempat pemberhentian bis, di malam yang gelap itu, tidak ada orang lain yang menunggu kecuali dia, dan pada saat malam berlangsung semakin sedikit bis yang lewat, mata hitamnya menembus kegelapan ditengah jalan, mencoba untuk melihat bis yang akan dia ambil, tapi saat ini, sebuah motor melewati jalan.

kincir angin yang ditiupWhere stories live. Discover now