12

506 85 45
                                    

Tzuyu biarkan ucapan Sana mengambang tanpa jawaban, mereka mungkin akan terus saling memandang kalau Sana tak melepaskan pandangannya. Tangan Sana bergerak mengambil stik game.

"Ajarin gue.."

Tzuyu berusaha sadar, entah kenapa malam ini Sana terlihat sangat cantik, sedari tadi Tzuyu berusaha tidak hanyut akan pesona Sana, terus mengingat kalau Sana ini menyebalkan.

Tzuyu tarik nafasnya,"Ok.." Dia mulai menjelaskan tombol-tombol pada stik game, Sana hanya mengangguk-anggukan kepalanya, mulai mengerti.

"Oke.. Kalau mau maju pencet ini kan? Kalau lari pencet ini?"

Setelah mengatakan Iya untuk pertanyaan Sana, Tzuyu melirik Sana lagi yang sekarang sudah sangat siap untuk bermain game. Tzuyu jadi tersenyum, ketegangan dalam dirinya berangsur hilang, tujuannya datang untuk menemui Sana juga seakan dia lupakan.

Sana terlihat baik-baik saja, mungkin kemarin itu Sana hanya sedang kelelahan, melampiaskannya padanya, pikir Tzuyu. Suara game menyadarkan Tzuyu, dia kembali menatap kedepan.

Waktu terus berputar, sama sekali tak menganggu keseruan mereka bermain game, Sana beberapa kali memukul Tzuyu karna dia kalah. Mereka tidak sadar kalau malam semakin larut, udara semakin dingin, seharusnya sekarang Tzuyu pulang, karna besok masih harus sekolah.

"Ah.. Lo curang.."
Lagi, Sana kalah, menaruh stik game nya dengan keras, wajahnya ditekuk, sedangkan Tzuyu tertawa disampingnya, "Udah ah cape.."

Suara pintu kulkas yang dibuka, membuat Tzuyu ikut menoleh, Sana sudah kembali berjalan ke arahnya, menyerahkan lagi susu kotak, "Lo suka banget susu coklat ya?"

Sana hanya mengangguk, Tzuyu biarkan game tetap menyala, sekarang dia ikut duduk di kursi bersama Sana. Susu kotak pemberian Sana masih dia genggam, dia perhatikan wajah samping Sana, Sana yang merasa diperhatikan menoleh, "Apa?"

Dengan hati-hati Tzuyu akhirnya membicarakan apa yang menjadi tujuannya datang kesini. "Lo masih marah?"

"Gimana jalan sama Mina? Seru?"

Sana sengaja alihkan pertanyaan Tzuyu, Sana bingung harus menjawab apa, karna pada dasarnya Tzuyu tidak memiliki kesalahan apa-apa, kemarahan nya hanya rasa cemburu yang tak terarah, dia salah karna bersikap seenaknya, padahal Tzuyu bukan siapa-siapa. Sekarang lihat, wajah Tzuyu langsung berubah, membicarakan Mina saja membuat wajahnya jadi terlihat bahagia, apakah Tzuyu memang sudah sebegitu sukanya dengan Mina?

"Seru banget.."

Mungkin Sana merutuki pertanyaan nya sendiri, kalau dengan ini dia jadi harus terbakar lagi, perasaanya terus berkecamuk, dia tidak mengerti kenapa dia bisa cemburu.

"Trus kenapa lo kesini?"

"Yaa-karna lo masih marah.."

"Emang kalau gue marah kenapa? Kan gue bukan Mina.."

Tzuyu sandarkan tubuhnya pada kursi, wajahnya seperti berpikir, membiarkan Sana dengan rasa penasaran nya. "Mina kayanya ga mungkin marah-marah kaya lo sih.."

Tzuyu tertawa saat Sana semakin terlihat kesal, sebenarnya wajahnya lebih terlihat sedih, Tzuyu jadi menghentikan tawanya, dia kembali menghadap Sana, kali ini nada bicaranya lebih serius.

"Jadi lo marah kenapa?"

Akhir-akhir ini cuaca sedang tidak menentu, saat siang hari matahari begitu terik, menyengat kulit, tapi seperti sekarang angin seolah menerobos masuk lewat ventilasi udara, membuat keduanya semakin hanyut akan pikiran masing-masing.

Tzuyu menatap penuh harap, berharap Sana bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang menjadi kesalahannya, Tzuyu tidak mungkin terus menebak-nebak. Tzuyu tau sekarang sudah sangat malam, dia tidak peduli, kalau sampai rumah nanti dia akan dimarahi ibunya, atau mungkin tidak mendapat pintu untuk masuk rumah.

Suasana jadi semakin sunyi, hanya terdengar musik dari game yang mereka biarkan begitu saja, Sana yang sedari tadi tak menatap Tzuyu, tiba-tiba menolehkan kepalanya, entah bisikan setan mana yang membuat mereka sama-sama mengerti, tatapan Tzuyu jadi beralih pada bibir Sana. Sana yang memejamkan mata, seolah memberikan sinyal pada Tzuyu untuk melakukan apa yang dia pikirkan.

Sekarang, rasa kesal dan marah Sana pada Tzuyu meluruh begitu saja, bersamaan dengan bibirnya yang menyatu dengan bibir Tzuyu. Waktu tiba-tiba berhenti, gerakan yang tak pasti, kian terarah saat keduanya sama-sama menginginkan hal yang sama.

Setelah beberapa menit, mereka sama-sama melepaskan, keduanya sama kagetnya, atas apa yang mereka lakukan, tanpa berbicara apapun, Tzuyu langsung mengambil tas nya, keluar dari unit apartement Sana.






..
.
.



Sedari tadi Tzuyu memegangi kepalanya yang terasa pusing, badannya juga jadi demam, dia menyeret kakinya sendiri, dengan susah payah masuk kedalam kelas. Kejadian semalam dengan Sana benar-benar menghantuinya, dia tidak bisa melupakan itu, bahkan rasanya bibirnya masih bisa merasakan bagaimana Sana mulai bergerak.

Ini bukan ciuman pertama Tzuyu, tapi dia tak pernah mencium perempuan yang tak pernah memiliki hubungan dengannya, dia tarik nafasnya, takut kalau besok-besok Sana sadar, dan mungkin akan lebih marah, karna perbuatannya yang kurang aja

Suara Dahyun yang sedang bercerita akan kencannya dengan Sana, semakin membuat kepalanya pusing, bagaimana kalau Dahyun tau, kalau semalam dia baru saja mencium Sana. Dia merasa jadi manusia paling munafik. Dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa mencium Sana.

"Kayanya gue bakal milih Sana deh.."

Chaeyoung mengerutkan keningnya, Tzuyu juga diam-diam ikut penasaran, kenapa Dahyun jadi berubah pikiran secepat itu? Apa yang sebenarnya Sana lakukan, sampai Dahyun yang diawal sangat menyukai Mina, langsung berubah haluan.

"Kan lo belum sama Mina sama Momo juga, jangan gampang ambil keputusan."
Kata Chaeyoung memberi petuah.

"Kan sebelum ini gue udah sering pergi sama Mina, menurut gue Mina terlalu monoton.."

Dahyun memang sering pergi dengan Mina sebelum mereka benar-benar ketahuan.

"Cantik sih, tapi kayanya kalau pacaran sama Sana lebih seru aja." Senyum Dahyun yang sumringah, membuat Tzuyu jadi lebih diam, semakin menyimpan apa yang terjadi diantara dia dan Sana.

"Kayanya gue bakal ambil kencan sama Sana dan Momo aja."

"Gue jadi ga sabar mau pergi sama Sana sore ini.." Kata Chaeyoung, wajahnya tak kalah bahagia dengan Dahyun.

"Lo sama Mina gimana Tzu?"

Tzuyu tersenyum tipis, dia tegakan tubuhnya yang benar-benar lemas, "Bagus deh lo pada mau sama Sana, biar Mina sama gue aja.."

Entah itu ucapan dari hatinya atau hanya sekedar penghibur untuk teman-temannya, Tzuyu sudah terlanjur terprosok, terus berlagak tak tertarik dengan Sana. Sore ini hari terakhirnya pendekatan bersama Mina, mungkin Tzuyu akan lebih memastikan hatinya.

Dua hari bersama Mina, Tzuyu menikmatinya, Tzuyu juga nyaman berbicara dengan Mina, Mina tidak sediam yang dia pikirkan, Mina bisa diajak berbicara apapun, Mina tidak gampang marah seperti Sana, tapi bersama Mina, dia tidak bisa melupakan Sana, sedangkan bersama Sana dia bisa melupakan Mina.



























°°
Happy weekend, have a nice day!
See You^^

MARSHMALLOW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang