Suara air dalam kamar mandi sudah berlangsung satu jam lamanya, tidak ada tanda-tanda kalau Sana akan keluar dari kamar mandi, udara dingin pada apartement Sana, membuat matanya mengantuk, dari duduk hingga dia menidurkan tubuhnya, Sana masih sibuk sendiri, dia benar-benar bosan menunggu Sana.
Udara dingin dari AC seolah membelai pipi nya, gara-gara sibuk dengan urusan wanita, dia sampai melewatkan jam tidur siangnya, bahkan sekarang langit diluar sudah gelap.
Mati-matian dia mencoba tetap terjaga, karna dia rasa tidak sopan untuk tidur di tempat seseorang yang tidak dia kenal, maksudnya, dia kan baru saja mengenal Sana.
Baru saja ingin terpejam, matanya menangkap sesuatu yang mungkin akan menghilangkan rasa bosannya, dia terjaga lagi, matanya membulat.
"Anjay, Ps 5.." Tzuyu langsung bangun, mendekat pada benda itu, matanya tidak bisa bohong, dia seperti menemukan jarum ditumpukan jerami, dia tidak menyangka kalau Sana suka bermain game.
Tangannya mengambil lagi satu susu coklat yang kotaknya sudah berembun, ini adalah susu kotak ke empat nya. Bisa dibayangkan betapa lamanya, dia menunggu Sana.
Dia berjalan mendekat pada pintu kamar mandi, dengan tangan yang ragu, dia ketuk pintu itu.
"Apa?!"
Tzuyu meringis mendengar suara Sana yang tak kalah keras dari air yang jatuh ke lantai, Tzuyu bisa dengar Sana yang mematikan kran air, mungkin agar bisa mendengar suara Tzuyu lebih jelas.
"Ka, aku boleh pinjem game nya?"
10 menit Tzuyu menunggu, yang dia dengar malah suara kran air yang menyala lagi, dia menyimpulkan kalau Sana tak mengijinkannya, dia berjalan dengan lesu, kembali, menjatuhkan tubuhnya di kursi. Tak lama dari itu, Sana keluar kamar mandi, bajunya sudah berganti, rambutnya juga sudah kering.
Wangi sabun memenuhi indra penciuman nya, dia yang awalnya tak menghiraukan Sana, matanya jadi mengikuti kemana Sana bergerak. Tzuyu pura-pura tak melihat apa yang Sana lakukan, perempuan yang menurut Tzuyu cukup galak itu, sekarang sudah menyalakan PlayStation miliknya. Tzuyu langsung mengalihkan pandangannya, saat Sana tiba-tiba menoleh padanya.
"Nih.." Sana masih berdiri diposisinya, menyerahkan stik game pada Tzuyu. Tzuyu tentu langsung menerimanya, senyumnya juga cukup lebar membalas perlakuan Sana.
"Jangan sampe rusak, ini punya Mina.."
Tzuyu hampir saja tertawa karna sudah mengira kalau Sana lah yang menyukai game, karna sedari tadi logikanya juga menolak itu, mana mungkin perempuan seperti Sana, akan menghabiskan waktu hanya untuk bermain game, Tzuyu jadi semakin suka saja pada Mina, dia mulai membayangkan untuk menghabiskan waktu bersama Mina walau hanya dengan bermain game, mungkin dia akan senang saja.
Sana duduk di kursi, memandangi punggung Tzuyu yang sekarang sudah asik dengan game, Sana tidak lupa dengan tujuannya mengajak Tzuyu kesini, tapi dia biarkan Tzuyu dengan game nya, itung-itung hadiah karna sudah sabar menunggunya mandi.
Setengah jam Sana biarkan Tzuyu bermain game, dia juga sibuk membaca buku, waktu seolah berputar begitu cepat, tak terasa sudah jam 8 malam. Sana tutup novelnya, dia pandangi lagi tzuyu yang semakin lama sepertinya semakin nyaman, Sana tersenyum saat mendengar Tzuyu merancau, kadang mengumpat mungkin karna kalah, Sana tidak tau pasti, dia tidak mengerti tentang game.
Tzuyu menoleh saat mendapati Sana ikut duduk disampingnya, mata mereka bertemu, tatapan mata Sana seakan menusuk, Tzuyu tanpa banyak bicara langsung menurunkan stik game nya, setelah itu dia tertawa, suaranya, sarat akan ketakutan.