5.

554 91 17
                                    

Rasanya hidupnya tak bisa dibuat tenang barang sedetikpun, setelah pertemuannya dengan Sana yang tak pernah dia duga, sekarang ban motornya malah bocor.

Kalau tau akan seperti ini, mungkin dia akan menerima tawaran Dahyun untuk pulang bersama. Dahyun memang membawa mobil milik kaka nya, Dahyun benar-benar mendalami perannya,  sebagai seorang mahasiswa.

Walau matahari sudah tenggelam, tapi rasanya tubuhnya terbakar, dia sudah berjalan 300 meter dari kampus, seingatnya tak jauh dari kampus ada bengkel, tapi ternyata bengkel itu tutup, dia jadi terus menuntun motornya.

Dia sudah tidak sanggup lagi, dia hentikan motornya, nafasnya naik turun, dia memutuskan untuk duduk di halte, mencoba menghubungi kedua temannya.

Sekali, dua kali, ketiga kali, panggilannya tak ada jawaban, dia sandarkan tubuhnya pada kursi halte yang berdebu.

"Setan! Ga ada yang angkat!"

Dia terus mengumpat, bersumpah serapah, mungkin kalau Dahyun dan Chaeyoung ada dihadapannya, sudah dia ulek seperti sambal.

Tak ingin putus asa begitu saja, dia kembali menghubungi Chaeyoung dan Dahyun, tapi hasilnya masih tetap sama, tak ada jawaban.

"Apa gue tinggalin aja nih motor ya?" Katanya bermonolog, tapi setelah itu dia menggeleng, mau bagaimanapun, ini motor satu-satunya, bisa habis dia dimaki ibunya, kalau motornya sampai hilang.

Terus bergelut akan rasa bingung, suara klakson mobil menyadarkannya, tubuhnya secara otomatis menegang, dunia sepertinya senang sekali, membuat dia terpojok.

"Butuh bantuan?"

Lama-lama Sana ini menyebalkan, dia tidak suka senyum Sana, seperti sedang menertawakannya secara tidak langsung.

Karna Tzuyu yang tak menjawab, Sana keluar dari mobil. "Oh kempes.." Kata Sana sambil memperhatikan ban motor Tzuyu.

Sana sebelum ini, dipandang baik oleh Tzuyu, tapi sekarang pandangan Tzuyu berubah, Sana menurutnya cukup licik, memang, kesalahan ada pada dia dan teman-temannya, harusnya dia juga bersyukur karna Sana tidak membeberkan langsung bagaimana dia dan teman-temannya, tapi perlakuan Sana yang seperti ini malah membuatnya semakin sebal.

"Kalau mau bareng boleh kok-"

Tatapan Sana masih sama, Tzuyu dengan dingin membalas tatapan Sana.

"Gue siap, dengerin semua penjelasan lo.."

Tzuyu berdecih, dia sangat mengerti maksud Sana, dia tarik nafasnya. Tanpa berkata apapun, Tzuyu kembali mendorong motornya, pergi dari hadapan Sana.

Suara klakson dari mobil Sana, cukup membuatnya frustasi, dia lirik Sana yang mengendarai mobilnya pelan, berjalan di sampingnya

"Lo cukup jelasin, maksud lo dan teman-temen lo itu apa?!"

Tzuyu tak ingin peduli lagi pada Sana, dia terus berjalan, membawa motornya yang berat, kehadiran Sana malah menambah bebannya.

"Atau mau gue laporin?!"

Pada saat itu juga Tzuyu langsung menatap tajam Sana, dia hentikan gerakan kakinya. "Laporin apa??"

"Lo pikir gue maling??"

Suara tawa Sana memenuhi telinganya, dengan sengaja mobil Sana memblok jalan motornya. Sana keluar lagi dari motornya, tangannya mengangkat telpon genggamnya, "Halte Sudirman,"

"Depan jembatan penyeberangan,"

Tzuyu perhatikan Sana yang sedang berbicara dibalik telfon, entah dengan siapa. Nafasnya naik turun mungkin karna lelah, atau karna menahan emosi pada Sana. Sebenarnya ini kesalahan Dahyun, besok saat bertemu Dahyun, dia akan beberkan semua apa yang sudah terjadi, dan lebih baik untuk menghentikan aksi pendekatannya dengan Mina. Toh, pada akhirnya Mina juga akan tau, Sana tidak mungkin tinggal diam.

"Iya, gak jauh dari kampus.."

Sana sudah menutup telponnya, kali ini dia berbicara pada Tzuyu.
"Mas-mas yang kemaren bakal ambil motor lo, sekarang masuk ke mobil gue."

Hidup berputar begitu cepat, keadaan jadi terbalik, kemaren Tzuyu yang memberi tumpangan pada Sana, hari ini, Sana lah yang menawarkan tumpangan pada Tzuyu, tapi Tzuyu tentu tidak akan setuju begitu saja, kalau dia setuju untuk ikut Sana, dia juga setuju untuk menjelaskan  maksud dia dan teman-temannya berbohong.

"Ga."

Sana lipat kedua tangannya didada, ternyata Tzuyu, sulit untuk dia kendalikan, "Gue bisa laporin lo ya, karna udah nipu dan bawa uang gue-"

"Uang apa anj??"

Kalau maksud Sana adalah uang sisa makan kemaren, Tzuyu tidak akan tinggal diam, kalau seperti itu yang ditipu bukan Sana, tapi Tzuyu. Sana   benar-benar mengambil celah, untuk membuatnya jadi kalah.

Nada bicara Sana semakin menuntut, sejujurnya, Tzuyu sudah sangat takut, bahkan sejak pertemuan dikantin tadi, "Gue juga bisa laporin temen lo, karna udah bawa mobil tanpa surat izin mengemudi!"

"Fine!"





..
.
.


Jakarta selalu mengajarkan tentang arti sabar, kehidupan di kota metropolitan yang sibuk dan kompleks, trotoar yang terisi penuh oleh pedagang kaki lima, membuat Jakarta semakin semrawut.

Tak kalah kompleks dengan jalanan Jakarta, dua orang yang duduk bersebelahan, tapi saling diam, sudah 30 menit, Sana tak membuka suara, walau sekedar menanyakan dimana alamat rumah Tzuyu. Tzuyu juga ikut diam seolah membiarkan Sana membawanya pergi, asalkan Sana bisa puas.

Sana rupanya bukan orang yang cukup sabar, karna sedari tadi, dia terus mengeluh, karna mobilnya yang hanya maju secara perlahan.

"Sabar kenapa si,"

Sana melirik sebentar Tzuyu, dia tidak melupakan kalau sekarang bukan hanya dia yang ada didalam mobil, tapi jalanan yang macet, membuatnya begitu kesal.

"Diem deh.."

Sana memutar stir mobilnya, mencari celah untuk menyalip, Sana tidak akan segan menekan klakson dengan keras, saat ada kendaran lain yang menyerobot jalannya. Tzuyu hanya bisa menggelengkan kepala, "Lo mau bawa gue kemana sih?"

Tanpa menoleh Sana sedikit menekan ucapannya, bersamaan dengan itu juga dia mendapatkan jalan untuk maju.
"Ke Neraka!"

Tzuyu bergidik ngeri, memutuskan untuk diam, dan semakin menyatu dengan kursi mobil.

Setelah menghabiskan dua jam diperjalanan, akhirnya mobil Sana terparkir juga di basemant apartement, Tzuyu mengerutkan dahinya, bingung, sebenarnya Tzuyu sudah duga kalau Sana tidak akan mengantarkannya pulang, tapi Tzuyu tidak sangka kalau Sana membawanya ke gedung apartement miliknya.

"Tzu-yu!!"

Tzuyu yang sedari tadi berdiri, menunggu Sana yang sedang mengeluarkan beberpa barang dari dalam mobil, jadi mendekat pada Sana.

"Tangan lo mana?"

"Ha? Tangan?"

Saat Tzuyu menunjukan tangannya, saat itu juga Sana menyerahkan tumpukan buku tebal untuk Tzuyu bawa. Tubuh Tzuyu sampai terhuyung, untung dia masih bisa menjaga keseimbangannya.

"Tolong bawain.. "

Baru saja Tzuyu akan memprotes aksi Sana yang seenaknya itu, tapi Sana memberikan wajah lelah, tangannya dia angkat keatas seolah sedang meluruskan otot-otot tangan yang kebas karna menyetir dua jam lamanya.

"Tangan gue pegel.."

Tzuyu akhirnya pasrah, berjalan di belakang Sana dengan tumpukan buku tebal ditangannya. Setelah tubuh mereka sudah masuk ke unit apartement, Tzuyu langsung menjatuhkan buku Sana, sekarang tangannya lah yang jadi kaku. Tzuyu juga menjatuhkan tubuhnya dikursi milik Sana, saat Tzuyu masih mengatur nafas, satu kotak susu coklat dingin, menempel di pipinya.
































°°
See You^^

MARSHMALLOW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang