19

600 86 49
                                    

Dahyun jadi diam, sedangkan Tzuyu melewatkannya dengan tatapan bersalah, Sana yang menarik tangannya, membuat dia tak bisa berbuat banyak. Selang beberapa menit, Dahyun ikut masuk.

Mereka berdua duduk berdampingan, masih saling diam, tapi dari tatapan matanya, mungkin rasa kesal Dahyun sudah ada diubun-ubun.

Suasana jadi dingin sementara, bahkan saat Sana berdiri, menyodorkan dua kotak susu coklat di hadapan keduanya.

Mereka berdua menerimanya dengan diam, Sana sendiri jadi bingung apa yang terjadi dengan kedua sahabat ini. Tzuyu memang tak pernah bercerita apapun tentang ketegangan ini, Sana jadi tidak tau, kalau Tzuyu menyembunyikan hubungan mereka dari teman-temannya.

Sebenarnya Sana sendiri juga belum memberi tau Momo apalagi Mina terkait hubunganya dengan Tzuyu, lagian hubungan mereka juga baru berjalan satu minggu.

Sana biarkan Tzuyu dan Dahyun saling diam, dengan TV yang menyala, menyiarkan cuaca terkini Jakarta,
yang semakin hari semakin sulit untuk mencari udara bersih. Udara Jakarta sedang sangat tidak baik, awan bahkan berwarna gelap, bukan karna akan hujan, tapi polusi yang sudah sangat membandel.

Suara samar Momo dan Sana masih bisa didengar oleh Dahyun dan juga Tzuyu, kedua perempuan yang lebih tua itu, sedang merencakan memasak apa, untuk mengisi perut yang sudah sangat keroncongan.

Suara penyiar yang tak henti-hentinya menyiarkan berita demi berita, muak juga untuk Tzuyu dengarkan, jadi dia mematikannya, kini ruang kosong antara Dahyun dan Tzuyu semakin sepi, sebelum akhirnya Dahyun membuka suara.

"Penghianat.."

Tzuyu langsung menoleh, tatapannya begitu tajam, hanya sekilas dia menatap Dahyun, dia kembali menatap kedepan, tak ada perlawanan. Tidak, Tzuyu tidak mengakui kalau dia penghianat, dia hanya tidak ingin semua semakin rumit, saat dia balas.

Lagian, kalau Tzuyu memang penghianat, memang Tzuyu menghianati siapa? Pada nyatanya Dahyun dan Sana sama sekali tidak memiliki hubungan, hanya karna menyukai perempuan yang sudah teman nya incar, bukan berarti dia menjadi penghianat kan? Tzuyu dulu, memang terlalu lama untuk menyadari, kalau sebenarnya yang dia sukai itu Sana, bukan Mina.

Tzuyu tidak betah berlama-lama dalam situasi tidak menyenangkan, dia turun ke bawah, duduk diatas karpet, tangannya mulai menyalakan Playstation yang ada di apartement Sana.

Sepuluh menit berlalu, Tzuyu asik dengan dirinya sendiri, tanpa peduli kalau teman nya masih ada didekatnya, tetap dengan rasa kesal.

Gerakan Dahyun yang ikut duduk disebelah Tzuyu, sangat Tzuyu sadari, tapi dia sama sekali tidak menoleh, tetap fokus pada game nya.

Tangan Dahyun menarik stik game, suaranya juga terdengar serius. "Kalau gue menang, lo harus cerita semua dari awal, dan kenapa gue harus lepasin Sana buat lo.."

Suara tegas Dahyun, membuat Tzuyu tertegun, dia menoleh, selama menjadi teman Dahyun, baru kali ini Tzuyu melihat Dahyun seserius ini.

"Kalau lo menang, gue akan relain Sana buat lo.."

Tzuyu mengangguk, bentuk setuju, mungkin dengan cara seperti anak-anak ini, bisa membuat Dahyun puas, karna Tzuyu sangat yakin, kalau dia akan menang.

Suara musik pada game semakin terdengar, keduanya juga fokus menatap layar didepan, sesekali meminum susu kotak yang Sana sediakan untuk mereka.

Sana yang sedang memasak, terkadang memandang punggung Tzuyu dan Dahyun, kemudian kembali fokus pada apa yang sedang dia kerjakan. Menu makan malam sederhana, sedang Sana buat, mungkin lebih tepatnya Momo buat, karna Sana disini, hanya membantu Momo.

MARSHMALLOW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang