Jalanan Jakarta siang ini cukup lancar, dia juga jadi bisa bersenandung senang, membawa mobil dengan santai. Walau suara klakson masih terdengar bersautan tapi sama sekali tak membuat perasaannya jadi berubah. Mungkin dia memang sedang bahagia saja, apapun yang dia lalui terasa menyenangkan.
Padahal siang ini dia baru saja mendapatkan pembatalan pertemuan dengan dosen pembimbing, nilai yang seharusnya sudah baik juga masih ada masalah, tapi itu masih bisa dia atasi, perasaanya tetap berbunga-bunga, hanya dengan mengingat satu nama.
Tzuyu, siapa lagi kalau bukan nama itu, dia tersenyum, merapihkan rambutnya, mobilnya sudah berhenti, sekarang, kakinya bergerak masuk ke dalam pusat perbelanjaan. Setelah sampai di toko yang dia tuju, dia langsung menuju rak yang paling tinggi, dia tersenyum cukup lega, karna raket yang beberapa hari lalu, Tzuyu inginkan masih menggantung di tempatnya.
Tanpa membuang waktu, dia ambil raket itu dan membayarnya, dia akan memberikan raket itu untuk Tzuyu, sebagai hadiah pertama, menjadi sepasang kekasih. Mungkin dia memang harus banyak bersyukur, karna siang ini jalannya menuju Tzuyu sangat lancar, kurang dari satu jam, mobilnya sudah berada diluar gerbang sekolah Tzuyu. 10 menit lagi, bel pulang sekolah terdengar, tidak masalah untuk menunggu, bahkan mungkin jika harus menunggu lebih lama.
Suara bel sekolah berbunyi, bersamaan dengan suara anak-anak yang terdengar ramai, Sana langsung menegakan duduknya, kedatangannya ke sekolah Tzuyu, tanpa sepengetahuan Tzuyu, dia sengaja ingin memberi kejutan.
Dari jarak yang lumayan jauh, dia bisa melihat Tzuyu, dengan kedua temannya, iya, Dahyun dan Chaeyoung. Tzuyu terlihat paling tinggi diantara teman-temannya, seragam sekolah yang mereka kenakan tak terlalu rapih, membuat Sana menggeleng, dia langsung keluar dari mobil, untuk menghampiri mereka.
Sedangkan Tzuyu, Dahyun, Chaeyoung terlihat serius, Dahyun sedari tadi terus memberikan petuah pada Chaeyoung, kepercayaan diri Chaeyoung memang sedikit kendur, efek ditolak Sana, sepertinya sangat membekas pada hatinya, apalagi sebelum ini juga Mina, sering menolak ajakannya.
"Cewe kalau minta ketemu lagi, setelah pertemuan pertama, itu tandanya memang tertarik.." Kata Dahyun, suaranya begitu serius, Chaeyoung yang berada disisi kiri, jadi bergerak maju, agar bisa melihat wajah Dahyun yang terhalang Tzuyu.
"Masa sih?"
"Percaya deh sama gue, lo sekarang ga akan nice try lagi."
Sore ini Chaeyoung akan bertemu dengan Mina lagi, bukan Chaeyoung yang merencanakan pertemuan ini, tapi Mina lah yang mengajaknya bertemu.
Ucapan Dahyun tak cukup membuatnya jadi percaya diri, suaranya malah terdengar lesu, Tzuyu yang ada disebelahnya jadi menahan tawa nya, kasian juga kalau harus ingat Chaeyoung hanya dianggap adik oleh Sana.
"Gue ga mau berharap dulu deh, takut kaya kemaren, ternyata cuma dianggap adek.."
Dahyun dan Tzuyu tertawa bersamaan, tapi mereka hentikan karna wajah Chaeyoung yang semakin masam, "Lo keliatan bocil banget sih, jadi orang bawaanya pengen adopsi lo jadi adek, Cheng.."
"Tzu!"
Ketiganya, dengan kompak langsung menoleh pada sumber suara, Chaeyoung dengan senyumnya, Dahyun yang langsung menoleh pada Tzuyu dengan tatapan penuh pertanyaan, sedangkan Tzuyu tubuhnya sudah menegang, untuk apa Sana datang ke sekolahnya? Kenapa Sana tidak memberi kabar kalau dia akan datang kesini? Tzuyu langsung menoleh pada Dahyun, wajah Dahyun sudah bisa dia tebak. Entah, dia akan menjelaskan seperti apa, bahkan saat Sana semakin dekat, tersenyum dihadapannya, pikirannya jadi kosong.
"Hay.." Sana menyapa dengan riang, Dahyun dan juga Chaeyoung. Tangannya dengan pasti langsung mengambil tangan Tzuyu, "Pulang bareng aku ya.."
Tzuyu kembali sadar, dia lihat wajah Sana yang bahagia, matanya juga melihat wajah Dahyun yang sudah sangat kesal. "Kok ga bilang, kalau mau kesini, Ka?"