chap -6

17.8K 1.4K 11
                                    


Alvin saat ini tengah sibuk menyuapi Clay makan, bocah itu sangat senang makan bubur yang ia buat dan itu juga membuat dirinya senang karena masakan miliknya di makan habis oleh bocah berusia 3 tahun tersebut.

Sedangkan di depan dirinya duduk terdapat Samuel yang tengah asik sarapan sembari bermain ponsel.

Alvin menghela nafas, sebenarnya dirinya ingin menegur anak itu agar tak makan sambil bermain ponsel, dirinya memang pernah makan sambil main ponsel saat di kehidupan nya sebelum. Namun itu hanya sesaat karena waktu itu saat ia asik menonton vidio tikt*k  tak sengaja ada sebauh video lucu muncul. Jadi dirinya menonton namun saat pertengahan video dirinya tertawa sangat kencang bahkan dengan nasi yang masih berada di mulutnya.

Hingga dirinya tersedak bahkan hampir kehabisan nafas namun untung ia dengan cepat minum air, jadi mulai saat itu ia mulai Trauma atau takut makan sambil bermain ponsel.

Alvin menatap Samuel dengan lekat anak itu seperti tertawa-taww kecil, membayangkan Samuel tersedak karena nasi ia jadi mergidik ngeri.

Lantas dirinya menghela nafas dengan pelan lalu menegur anak itu dengan halus. "Samuel, kau tak boleh makan sambil bermain ponsel. Nanti kau tersedak" Alvin menatap Samuel yang mengalihkan tatapan nya yang semula pada ponsel kini pada dirinya.

Lantas dirinya tersenyum lalu Samuel mengangguk dan anak itu segera meletakkan ponsel miliknya di saku celana sekolah nya.

Haah... kita melupakan David pemuda itu tadi setelah sedikit berdebat dengan Alvin dirinya langsung pergi ke kamar hingga saat ini belum juga keluar entah dirinya sedang melakukan apa.

Setelah mereka makan cukup lama kini telah selesai dengan makanan yang Alvin buat hampir habis, tapi ada beberapa makanan yang Alvin simpan untuk David jika pemuda tersebut makan sebelum pergi ke kantor.

Dan kini mereka berada di garasi rumah mereka, dengan Samuel yang tenggah duduk dengan nyaman di motor miliknya. Sedangkan Alvin tenggah berdiri menunggu pekerja mereka untuk memanaskan mobil yang ingin ia pakai untuk ke kantor dengan menggendong Clay.

"Dad, aku akan pergi ke sekolah sekarang"  Pamitnya, Alvin mengangguk lalu mendekat ke arah Samuel.

Samuel dengan pelan menyalimi tangan milik Alvin, lalu dirinya menatap Clay yang tenggah menatap dirinya polos sembari mengigit jari telunjuk miliknya, sangat menggemaskan.

Lalu Alvin dengan pelan menarik tangan anak itu mengelap nya dengan tisu yang ia pegang, setelah itu ia menjulurkan tangan Clay pada Samuel seolah ingin salim.

Samuel heran lantas dirinya menatap Daddy nya yang tenggah menatap dirinya juga, Alvin langsung mengangguk dan tersenyum. Samuel yang melihat itu langsung ikut tersenyum.

Lalu dirinya mengambil tangan Clay dengan hati-hati dan ia mendekatkan tangan miliknya yang tengah mengenggam tangan mungil bocah tersebut pada jidat nya dengan hati-hati.

Tak lupa juga dirinya untuk mencium pipi berisi anak itu, setelah itu dirinya pergi meninggalkan Alvin yang juga sudah bersiap di dalam mobil.

Sedangkan itu terdapat seorang pemuda yang diam-diam menatap mereka dari dalam rumah, dirinya mengintip melalui celah jendela yang memang langsung memperlihatkan garasi mobil dan motor di rumah mereka.

Dirinya tersenyum sekilas setelah itu ia pergi dari sana dengan perasaan yang senang dan juga ada sedikit rasa kebencian dalam hati nya, entah untuk siapa.

***

Sedangkan itu Alvin dan Clay telah sampai di perusahaan milik Alvino yang besar dan megah. Alvin jadi tak yakin dirinya pantas untuk menginjakkan kakinya di kantor ini, terlebih dengan statusnya dulu sudah seperti gelandang dan sekarang dirinya juga hanya numpang tempat tinggal beserta tubuh milik Alvino.

Ia berjalan dengan pelan, sembari menggendong Clay menggunakan tangan kananya sedangkan sebelahnya lagi mengelus rambut anak itu. Tak lupa juga dengan sebauh tas bergambar Pororo yang ia sampirkan di sebelah pundak kirinya. Berisikan perlengkapan milik Clay.

Ia juga dapat melihat tatapan para karyawan yang bekerja di sana, seolah-olah menanyakan keberadaan Clay yang berada dalam gendongan bos mereka. Karena mereka tak pernah melihat bos mereka datang dengan seorang bocah kecil terlebih lagi ia di gendong, sangat membuat mereka penasaran siapa bocah itu?.

Salah satu Karyawan menatap dirinya laku tersenyum, sedangkan Alvin yang melihat itu sedikit tersenyum membuat seluru karyawan wanita yang berada di sana memekik senang.

Membuat Clay kaget, lantas ia mengeratkan pelukan pada sang ayah dan sedikit menarik lengan jas milik Alvin.

Alvin mengerutkan keningnya setelah merasakan sedikit tarikan pada lengan jasnya lantas dirinya menunduk menatap Clay yang tenggah menyembunyikan wajah miliknya pada dada bidang Alvin.

Alvin paham, pasti Clay takut keramaian karena anak itu tak pernah keluar rumah, oleh sebab itu ia sedikit risih. Namun tenang ia akan sering mengajak anak itu untuk keluar rumah agar tak terjadi hal seperti ini, terlebih beberapa tahun lagi ia akan masuk sekolah.

Ia mengangkat kepala dengan pelan saat dirinya akan melewati rombongan para wanita yang tengah memekik iitu, lantas dirinya menatap tajam mereka membuat orang-orang tadi seketika terdiam dan kembali pada tugas mereka masing-masing.

Setelah cukup lama mereka berjalan dan menaiki lift untuk sampai kini mereka telah berada di ruangan milik Alvin, dengan dirinya yang tenggah serius untuk mengerjakan berkas yang ada di meja miliknya, takut jika salah membuat perusahaan itu bengkrut. Walau tak mungkin akan langsung bangkrut, tapi Alvin adalah tipikal orang yang bekerja dengan serius.

Sedangkan Clay tengah asik bersandar pada dada bidang milik Alvin sembari menonton sebauh kartun Pororo kesukaan anak itu, yang Alvin putar pada tablet dan meletakkan di meja. tak lupa juga dengan jari telunjuk yang sudah berada di mulut miliknya.

Tenggah asik menonton dirinya mendongok menatap wajah serius sang daddy dengan sebauh kaca mata yang bertengkar indah di wajah  Daddy nya.

"Ddy.. enen.... enen Daddy" Clay menarik kemeja yang di pakai oleh Alvin dengan tidak sabar, dirinya haus, sangat haus! Bahkan juga mengantuk.

"Daddy, enen... Lay antuk"

Alvin menunduk menatap Clay sekilas lalu dirinya melepaskan kaca mata yang ia pakai dengan pelan, meletakkan di meja lalu dirinya beranjak dari kursi yang ia duduki menuju sebauh sofa besar yang ada di sana.

Meletakkan Clay di sofa itu, lalu mengambil tas Pororo yang ia bawa lantas membukanya dan mengambil sebauh botol susu yang sudah ia isi di rumah tadi.

Dirinya membaringkan Clay di sofa dengan hati-hati, sebelum itu ia mengambil sebauh selimut yang tebal dan lembut dan bantal kecil beserta guling di kamar yang berada di ruangan tersebut. Melipat selimut tersebut agar tak terlalu besar dan juga nyaman untuk Clay tiduri.

Setelah membaringkan Clay ia memberikan dot tersebut pada mulut Clay dan di Terima baik oleh anak itu. Dirinya tersenyum menatap wajah Clay yang sudah pulas, setelah itu ia beranjak menuju kembali ke kursi yang tadi ia duduki mengerjakan berkas-berkas dengan teliti, agar cepat selesai dan segera pulang.








1070 kata...

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang